Sebutkan Unsur-unsur Penting dalam Pendidikan Karakter Anak dalam Konsep Catur Pusat Pendidikan Menurut Nyai Ahmad Dahlan?
Moh. Habib Asyhad July 18, 2025 12:34 PM

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Selain tokoh pergerakan perempuan, Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan juga dikenal sebagai tokoh pendidikan. Sumbangsihnya terhadap pendidikan Indonesia adalah mendirikan Sopo Tresno yang kemudian bersulih rupa menjadi Aisyiyah. Terkait pendidikan, Siti Walidah juga mencetuskan konsep catur pusat dalam pembentukan karakter seseorang.

Nah, artikel ini akan sebutkan unsur-unsur penting dalam pendidikan karakter anak dalam konsep catur pusat pendidikan menurut Nyai Ahmad Dahlan.


Catur Pusat Pendidikan adalah konsep pendidikan karakter yang dikenalkan oleh Nyai Ahmad Dahlan, tokoh penting dalam gerakan perempuan dan pendidikan di Muhammadiyah. Dia menekankan bahwa pembentukan karakter anak tidak cukup hanya dilakukan di sekolah, tetapi harus melibatkan empat pusat utama.

Catur Pusat adalah formula pendidikan yang menyatukan empat komponen, yaitu:

1. Pendidikan di lingkungan keluarga

2. Pendidikan di dalam lingkungan sekolah

3. Pendidikan di dalam lingkungan masyarakat

4. Pendidikan di dalam lingkungan tempat ibadah

Gagasan ini kemudian dapat diwujudkan menjadi sebuah sekolah.

Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah lahir di Kauman, Yogyakarta, pada 1872. Ayahnya bernama Kyai Haji Muhammad Fadli, seorang ulama dan anggota dari Kesultanan Yogyakarta. Siti Walidah pun bertumbuh di lingkungan keluarga yang religius.

Dia menempuh pendidikan belajar di rumah dalam berbagai aspek Islam, termasuk bahasa Ara dan al-Qur'an. Nyai Ahmad Dahlan pun menikah dengan Ahmad Dahlan. Saat itu, Ahmad Dahlan tengah sibuk mengembangkan kelompok Islam. Alhasil, Nyai Ahmad Dahlan pun ikut melakukan perjalanan bersama sang suami.

Pada 1914, Nyai Ahmad Dahlan membentuk grup doa bernama Sopo Tresno, yang artinya Siapa Cinta. Ia bersama suaminya, Ahmad Dahlan, mengambil giliran untuk memimpin grup ini.

Setelah itu, Nyai pun semakin berfokus pada ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan masalah perempuan. Bersama suami dan tokoh Muhammadiyah lainnya, Nyai Ahmad Dahlan membahas tentang formalisasi Sopo Tresno sebagai kelompok perempuan.

Selanjutnya, dia membentuk kelompok baru bernama Aisyiyah, diambil dari istri Muhammad Aisha. Gerakan ini bertujuan untuk terlaksananya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam lingkungan masyarakat perempuan.

Kelompok baru ini diresmikan pada 22 April 1917 dengan Nyai Ahmad Dahlan sebagai ketua. Lima tahun kemudian, organisasi ini tergabung dalam Muhammadiyah. Adapun usaha dari organisasi Aisyiyah yaitu:

1. Mengajarkan dan mengadakan dakwah Islam

2. Memajukan pendidikan pengajaran

3. Menghidupkan masyarakat tolong-menolong

4. Memelihara dan memakmurkan tempat-tempat ibadah dan wakaf

5. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan kaum muda perempuan supaya kelak menjadi putri Islam yang berarti

6. Mengadakan siaran penerbitan

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.