Program KDM Disorot, Anies Cerita Nakalnya Masa Kecil: Coba Kalau Saya Dikirim ke Barak Militer
Ferdinand Waskita Suryacahya July 22, 2025 06:30 PM

TRIBUNJAKARTA.COM - Program barak militer bagi pelajar bermasalah yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mendapatkan sorotan dari Anies Baswedan.

Mantan Gubernur Jakarta itu menceritakan kenakalan masa kecil. 

Dimana, ia kerap berantem dengan temannya. Terlebih, Anies Baswedan dulu mengidolakan petinju Muhammad Ali.

Awalnya, komika Coki Pardede bertanya apakah Anies Baswedan nakal saat kecil.

"Ada masa nakalnya juga," kata Anies Baswedan dikutip TribunJakarta.com dari akun Youtube Tema Indonesia, Selasa (22/7/2025).

"Masa sih, Mas? Aku enggak kebayang Mas Anies tuh nakal. Saya sih enggak kebayang di pikiran saya?" kata Coki.

"Untungnya nakal diselesaikan di awal. Loh, daripada dulu enggak nakal, gedenya nakal," kata Anies.

Bahkan, Anies Baswedan mengaku pernah bolos sekolah. Anies bercerita kenakalan masa kecilnya berbeda-beda. 

Saat SD, Anies mengaku berduel satu lawan satu. Ia mengingat ucapan ibundanya bahwa saat usia dirinya kecil belum mampu berkomunikasi dengan baik. 

Sehingga, bila ada yang berbeda pendapat diselesaikan dengan bertengkar.

"Dan ibu tuh berkali-kali dipanggil ke sekolah saya SD ya. SD kelas 1 sampai 3 itu SD sering dipanggil dan ibu itu bilang malu kalau dipanggil itu malu katanya," kata Anies.

Pasalnya, kata Anies, ibunya merupakan dosen IKIP. Sementara, guru-guru yang mengajar Anies Baswedan merupakan alumni IKIP.

"Karena sekolah saya itu sekolah kalau sekarang namanya Lab School bagian dari IKIP. 
Nah, bayangin ibunya dosen di IKIP, anaknya berantem," ujar Anies.

Anies juga bercerita kepanikannya saat memukul temannya hingga hidungnya berdarah. 

Ia sampai membayangkan bila temannya meninggal. Ibunda Anies pun sempat mengucapkan agar anaknya disekolahkan ke sekolah tinju.

Akhirnya, orangtua Anies menilai anaknya kerap berantem karena memiliki energi berlebih.

Selain itu, Anies Baswedan suka naik sepeda. Akhirnya, orangtua Anies Baswedan membuat aturan anaknya boleh naik sepeda di jalan aspal asalkan pergi ke perpustakaan.

"Tapi kalau kalau enggak kalau enggak ke perpustakaan, sepedanya hanya boleh di jalan tanah," katanya.

Akhirnya, Anies Baswedan kerap ke perpustakaan untuk membaca buku.

"Saya katakan tadi kalau coba misalnya saya dikirimnya ke barak (barak militer) gitu," kata Anies.

"Makin profesional (jadi petinju)," kata Anies.

Anies menuturkan orangtuanya menyelesaikan permasalahan kenakalan anaknya yang memiliki energi berlebih.

Anies boleh menggowes sepeda serta mengarahkannya ke perpustakaan. Hal itu berdampak bagi perkembangan dirinya.

"Saya seminggu bisa tiga kali, empat kali ke perpustakaan. Saya jadi terpaksa dan ke perpustakaan bukan mau pinjam buku, mau sepedaan. Awalnya ya mau sepedaan. Jadi pergi ke sana tuh niatnya mau sepedaan bukan mau pinjam buku," katanya.

Anies lalu mengungkapkan pandangannya mengenai program barak militer yang digagas Dedi Mulyadi atau KDM.

"Barak militer itu  sudah terbukti tempat yang baik untuk menumbuhkan ketangguhan kedisiplinan bagi para prajurit," katanya.

"Sudah jelas tuh. Karena itulah kenapa barak itu digunakan di berbagai tempat seluruh dunia. Karena terbukti barak militer telah menghasilkan ya prajurit yang baik, prajurit yang tangguh, prajurit yang disiplin," sambung Anies.

Namun hal itu berbeda bila barak militer untuk menampung pelajar bermasalah, Anies Baswedan menyinggung peran keluarga serta lingkungan.

"Di lingkungannya, di sekolahnya ketika hasilnya bermasalah dan kemudian dicabut dan kita enggak mengkoreksi nih problem di sekolahnya, enggak mengkoreksi lingkungannya, enggak mengkoreksi di rumahnya, kita enggak mengkoreksi gurunya lah," katanya.

Padahal, lanjut Anies, persoalan anak-anak tersebut karena ekosistem yang bermasalah.

Anies menuturkan bila pelajar bermasalah itu dikirim ke barak militer maka akan berdampak pada sekolah.

"Maka sekolahnya bilang, Ah, sudahlah syukurlah lebih banyak anak bermasalah dibawa ke sana. Saya kekurangan beban," sambung Anies.

Terlebih, Anies mengatakan anak-anak yang dikirim ke barak militer dipandang sebagai hukuman bukan bentuk edukasi.

Seharusnya, Anies mengatakan pemerintah dapat mendidik bagi orangtua. Lalu bagaimana guru menghadapi penyimpangan serta mendisiplinkan siswanya. 

Tak hanya itu, pengurus RT/RW dan jajarannya dapat menjadikan lingkungan ramah anak.

"Kalau itu tidak kita kerjakan, namanya kita menyelesaikan apa? Bukan itu menyelesaikan masalah, kita menciptakan masalah baru.  Ditambah memang langkah ini tuh kelihatan heroik. Mengundang tepuk tangan.Tetapi apakah menyelesaikan masalah? Oh, tidak," katanya. 

"Apalagi jaminan yang setelah dari sana dia kembali ini belum diperbaiki nih sekolahnya belum, gurunya belum, lingkungan rumahnya belum, gurunya belum. Nah ini adalah masalah dalam pendidikan," sambungnya.

Pernyataan Dedi Mulyadi

Sebelumnya,  Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkap adanya pihak-pihak yang ingin program pendidikan siswa di barak militer gagal. 

Menurutnya, mereka adalah kelompok yang menjadikan politik sebagai tujuan utama dalam hidup. 

"Siapa yang berharap ini gagal? Para nyinyir dan para pembenci yang menjadikan politik sebagai tujuan hidupnya," kata Dedi dalam pidato peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Lapangan Gasibu, Bandung, Selasa (20/5/2025), seperti dikutip dari tayangan KompasTV. 

Dedi menegaskan bahwa pihak-pihak tersebut tak mampu membedakan antara kepentingan politik dan kepentingan kebangsaan. 

Ia menyindir bahwa meskipun sebuah kebijakan baik, akan tetap dicap buruk jika tidak sejalan secara politik. 

"Walaupun kebijakannya baik, karena beda kepentingan politiknya dia akan mengatakan buruk. Dan walaupun kebijakannya buruk karena sama kepentingan politiknya dia katakan baik," tegasnya.

Ia menyebut mereka sebagai orang-orang yang tidak memiliki semangat nasionalisme dan mempertuhankan politik dalam setiap waktu. 

Dalam pidatonya, Dedi menegaskan bahwa program pendidikan ini bukan bentuk militerisasi, melainkan semangat membangun karakter disiplin pada siswa. 

“Semangat militer bukan militerisasi,” tegas Dedi. 

Dedi juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan menghentikan program  tersebut. 

Menurutnya, program ini terbukti efektif dalam mengubah perilaku remaja bermasalah menjadi lebih disiplin dan bertanggung jawab. 

"Ada yang merekomendasikan menghentikan, saya tidak akan menghentikan, akan terus melaksanakan karena itu efektif," kata Dedi di Gedung DPRD Jawa Barat, Kamis (22/5/2025) malam. (Kompas.com/TribunJakarta)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.