Pasien Asma Ditandu 20 Km Habiskan Rp700 Ribu, setelah 13 Jam Perjalanan Baru sampai Rumah Sakit
Mujib Anwar July 24, 2025 09:30 AM

TRIBUNJATIM.COM - Nasib Haris (49), warga Dusun Suppungan, Desa Ratte, Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, sungguh pilu.

Ia harus ditandu sejauh 20 kilometer melewati hutan dan jalur pegunungan demi mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Berangkat dari pelosok, perjalanan penuh perjuangan ini dimulai sejak Selasa (22/7/2025), pukul 06.00 WITA.

Haris, yang mengalami gangguan pernapasan akut akibat asma, tak bisa dibawa menggunakan ambulans atau kendaraan roda empat.

Lantaran akses jalan di wilayah tersebut rusak parah dan tak bisa dilalui kendaraan.

Sang anak, Raden, mengatakan bahwa ayahnya sudah mengalami gangguan pernapasan selama lebih dari seminggu sebelum akhirnya memutuskan membawanya ke rumah sakit.

"Bapak itu sudah lebih sepekan mengalami gangguan kesehatan. Karena kondisinya terus drop, kami berinisiatif mebawanya ke rumah sakit," jelasnya.

"Tapi tidak mudah karena harus menempuh perjalan jauh yang memakan biaya dan waktu lama," kata Raden, melansir Kompas.com.

Dengan kondisi tubuh lemas dan hanya terbaring, Haris ditandu menggunakan bambu dan sarung oleh puluhan warga secara bergotong royong.

Mereka harus menempuh jalan setapak yang terjal, berlumpur, dan menanjak selama 4-5 jam menuju Desa Limboro, Kabupaten Majene.

Rute ini dipilih karena lebih memungkinkan daripada melalui ibu kota Kecamatan Tutar.

Setelah tiba di Limboro sekitar pukul 11.00 WITA, keluarga Haris menyewa mobil seharga Rp300 ribu untuk mencapai jalan poros provinsi di Dusun Pallang-Pallang, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene.

Di titik ini, pasien dipindahkan ke kendaraan khusus berjenis hardtop yang telah dimodifikasi agar bisa melewati jalur ekstrem.

Namun, penderitaan belum berakhir.

Dari jalan poros, Haris masih harus menempuh perjalanan selama tiga jam lagi menggunakan mobil bak terbuka menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hajja Andi Depu.

Total perjalanan dari rumah ke rumah sakit memakan waktu sekitar 13 jam, dan biaya perjalanan diperkirakan mencapai Rp700 ribu.

Saat ini, Haris dirawat di ruang IGD RSUD Hajja Andi Depu dalam kondisi lemas dan masih menggunakan bantuan infus.

Pihak keluarga berharap pemerintah daerah memperhatikan kondisi infrastruktur di wilayah pedalaman.

Terutama akses menuju layanan kesehatan.

"Kami berharap ada perhatian. Jangan sampai ada lagi warga yang harus ditandu sejauh ini hanya untuk mendapatkan perawatan medis," ungkapnya.

Beberapa minggu lalu, kejadian serupa menimpa seorang gadis bernama Nira di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Ia terpaksa ditandu sejauh 13 kilometer menuju pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas).

Nira adalah warga Dusun Salurindu, Desa Salutahongang, Kecamatan Malunda, yang sedang sakit parah sehingga harus dirujuk ke Puskesmas Malunda.

Akses jalan rusak parah dan sudah lama tidak mendapat perhatian dari pemerintah daerah atau pemerintah setempat.

‎Menurut seorang warga, Budi, perjalanan jauh ini memakan waktu lebih dari enam jam melewati jalur terjal, berlumpur, dan berbatu.

‎"Jalannya sudah rusak sejak lama, dan belum pernah diperbaiki. Mau tidak mau, kami gotong pakai tandu dari bambu dan kain. Ini sudah kesekian kalinya," ujar warga setempat, Budi, saat dikonfirmasi Tribun Sulbar.com via telepon, Rabu (2/7/2025).

Warga Dusun Salurindu, Desa Salutahongang, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, saat menandu warga yang sakit menuju Puskesmas, Sabtu (28/6/2025).
Warga Dusun Salurindu, Desa Salutahongang, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, saat menandu warga yang sakit menuju Puskesmas, Sabtu (28/6/2025). (TRIBUN SULBAR/ANWAR SAHAB)

Ia menuturkan, kejadian warga sakit ditandu sudah sering dilakukan, hal itu dilakukan lantaran akses tidak bisa dilalui kendaraan roda empat.

Kata dia, warga di Salurindu harus tetap stand by membantu warga yang sedang sakit.

‎Budi mengaku, bukan hanya Nira yang pernah ditandu.

Warga di dusun ini sudah sering membawa orang sakit, ibu hendak melahirkan, hingga jenazah dengan cara dipikul karena kendaraan tak bisa masuk. 

Saat musim hujan, kondisi semakin parah dan warga bahkan harus bermalam di tengah jalan.

‎“Kami sangat berharap pemerintah segera turun tangan. Jalan ini bukan hanya penghubung utama ke fasilitas kesehatan, tapi juga untuk anak sekolah dan kebutuhan logistik,” tutupnya.

Di bulan lalu, seorang ibu hamil terpaksa melahirkan di tengah jalan di pedalaman Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Ibu hamil ini rupanya terpaksa melahirkan di tengah jalan ketika ditandu sejauh tiga kilometer menuju Puskesmas terdekat karena kondisi jalan yang rusak parah.

Meski proses persalinan berlangsung dalam situasi darurat dan menegangkan, bayi yang dilahirkan dalam kondisi sehat dan normal.

Peristiwa ini terjadi pada Minggu (8/6/2025), saat ibu bernama Arni hendak menuju Puskesmas Malunda, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene.

Arni ditandu oleh warga dan keluarganya menggunakan bambu karena kendaraan bermotor tidak bisa melintasi jalan rusak di wilayah desa tersebut.

Dalam video yang viral beredar, tampak keluarga Arni yang tidak berpengalaman dalam persalinan berusaha membantu proses kelahiran ketika ia melahirkan di tengah jalan.

Puluhan warga yang mulanya bergantian memandu Arni ikut panik dan tegang ketika persalinan berlangsung di tengah perjalanan.

Beberapa menit kemudian, Arni berhasil melahirkan seorang bayi mungil dengan bantuan seadanya dari warga.

Salah seorang anggota keluarga Arni, Budi, menceritakan awal mula peristiwa ini.

"Mulanya merintih kesakitan saat hendak melahirkan, karena tak bisa ditangani pihak keluarga akhirnya sepakat menandu ke Puskesmas," jelas Budi.

"Sayangnya di tengah jalan ia keburu melahirkan," imbuhnya, dikutip dari Kompas.com.

"Untungnya ia bisa melahirkan secara normal dan bayinya lahir sehat dan normal," tambah Budi.

Ibu hamil melahirkan di tengah jalan saat ditandu ke Puskesmas terdekat
Ibu hamil melahirkan di tengah jalan saat ditandu ke Puskesmas terdekat (KOMPAS.COM/JUNAEDI)

Arni diketahui berasal dari wilayah yang dikenal sulit diakses, Dusun Salurindu, Desa Salutahongang, Kecamatan Malunda.

Akses jalan yang menghubungkan dusun ini dengan desa lain dan fasilitas kesehatan memang rusak parah.

Jalan tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, bahkan roda dua sekalipun.

Warga pun terpaksa menggunakan tandu dari bambu karena jalan hanya dapat dilalui motor khusus.

Sementara di bagian perbatasan desa terdapat sungai yang hanya bisa dilewati melalui jembatan gantung.

Budi mengatakan, kejadian seperti ini bukan pertama kalinya.

"Peristiwa serupa sudah sering terjadi di wilayah ini. Mulai dari menandu orang sakit menuju fasilitas kesehatan, ibu yang hendak melahirkan."

"Bahkan, orang meninggal pun pernah ditandu dalam perjalanan ke Puskesmas," ujarnya. 

Warga kini berharap Pemerintah Kabupaten Majene dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat segera memperbaiki infrastruktur jalan.

Agar masyarakat pedalaman dapat mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan yang layak.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.