POS-KUPANG.COM, KUPANG - Ketua Association of the Tours dan Travel Agencies (ASITA) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia NTT, Oyan Kristian mengatakan, pengaruh digitalisasi saat ini sangat luar biasa bagi ASITA.
"Jadi sangat luar biasa digitalisasi ini mempengaruhi eksistensi usaha perjalanan wisata yang bergabung dalam ASITA. Kompetisi makin besar dan tinggi karena semakin banyak online platform yang jual paket wisata. Banyak juga media promosi yang digunakan oleh pelaku pariwisata baik yang anggota ASITA maupun yang bukan anggota ASITA di sosial media seperti instragram facebook dan sebagainya," ujar Oyan Kristian, Kamis (24/7/2025).
Menurut Oyan, banyak sekali travel agent yang tidak bergabung dengan ASITA dan mungkin ilegal serta tidak mempunyai izin usaha yang menjual paket wisata melalui sosial media atau platform digital.
"Mereka itu tidak terdata, tapi bisa promosi produk mereka di sosial media. Ini harus diwaspadai pengguna jasa wisata. Kami ASITA terdaftar dan teregistrasi, kami juga miliki izin usaha yang legal dan merupakan mitra pemerintah," jelasnya.
Dikatakan, karena legal maka ASITA terverifikasi dan terdaftar sehingga melakukan kegiatan usaha perjalanan wisata yang dipantau oleh pemerintah.
"Ketika ada travel agent yang ilegal menjual paket wisata, tapi tidak berizin, maka akan menimbulkan persoalan baru. Kadang mereka tidak miliki standar pelayanan yang baik sehingga merusak citra pariwisata," ungkapnya.
Bahkan, lanjutnya, kadang travel agent yang ilegal ini menjual paket yang murah sehingga kualitas pelayanan juga tidak terjaga.
"Ada juga travel agent yang bodong dan tidak teregistrasi resmi di pemerintah. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami yang sebagai travel agent konvensional. Kami punya kantor, miliki staf dan tidak hanya mengelola usaha perjalanan wisata di sosial media, tapi ada kantor fisik," ujarnya.
Oyan mengakui, terkadang mereka harus bersaing dengan travel agent bodong yang jual paket murah dan tidak mengedepankan pelayanan yang bagus, sehingga merusak citra pariwisata di Indonesia.
Terkait digitalisasi pemasaran, Oyan menjelaskan, pihaknya memiliki kendala tersendiri, karena belum memiliki platform digital yang mumpuni dan bagus.
Karena itu, lanjutnya, kondisi tersebut memerlukan biaya yang besar, sementara ASITA belum memiliki Online Travel Agent (OTA) atau website yang menjadi tempat penjualan paket wisata online.
"Jadi ini menjadi kendala buat kami dan kami kurang di pendanaan sehingga menjadi satu tantangan bagi kami untuk bersaing secara global dengan OTA atau platform yang menjual paket-paket wisata," pungkasnya. (*)