"Megawati? Dia hanya didukung rakyat dan dia menang karena rakyat,”
Jakarta (ANTARA) - Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning mengatakan Megawati Soekarnoputri berhasil menang dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, 2–6 Desember 1993 berkat dukungan rakyat.
Hal itu disampaikan Ribka dalam peringatan 29 tahun kerusuhan 27 Juli 1996 atau Kudatuli yang digelar di Kantor Pusat DPP PDIP Jalan Diponegoro No.58, Jakarta Pusat, Minggu.
"Megawati? Dia hanya didukung rakyat dan dia menang karena rakyat,” kata Ribka di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan bahwa kemenangan Megawati tersebut membuat pemerintah Orde Baru ketar-ketir. Kemenangan itu tidak diakui, dukungan terhadap Megawati dilarang, dan pemerintah Orde Baru bahkan mendorong digelarnya kongres tandingan di Medan.
Ribka menceritakan bahwa pada masa itu hanya ada tiga partai politik, dan pemerintah Orde Baru seolah menciptakan suasana demokratis, padahal hasil pemilu selalu bisa ditebak.
Ia juga menceritakan bahwa sikap politiknya saat itu membuat klinik miliknya ditutup. Namun, ia tidak menyesal. Justru pengalaman itu menjadi pelajaran penting bahwa tekanan dari kekuasaan harus dilawan, bukan ditakuti.
“Buat saya, lebih baik mati berdiri di depan lawan, daripada harus berlutut di hadapannya,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, pelaku sejarah sekaligus mantan anggota DPR Jacobus Mayong berharap peringatan Kudatuli tidak hanya menjadi sekadar seremoni.
“Saya berharap apa yang kita lakukan hari ini bukan sekadar seremoni, tapi benar-benar dimaknai sebagai bentuk perjuangan yang seharusnya,” kata Mayong
Sejarawan Hilmar Farid menilai bahwa peristiwa Kudatuli menjadi bukti nyata bahwa Orde Baru takut pada kekuatan politik Megawati, yang saat itu mendapat dukungan luas dari rakyat.
Ia menekankan bahwa peristiwa Kudatuli seharusnya tidak hanya dikenang, tetapi dijadikan sumber inspirasi dalam menjaga demokrasi saat ini.
“Peristiwa ini harus hidup sebagai inspirasi, terutama bagi generasi baru yang bergabung dengan PDI Perjuangan. Caranya? Dengarkan para pelaku sejarah itu sendiri,” ujarnya.
Peringatan 29 tahun Kudatuli tersebut juga menghadirkan talkshow bertajuk Peristiwa 27 Juli 1996 Sebagai Tonggak Demokrasi Indonesia, yang menghadirkan Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat dan Ribka Tjiptaning sebagai narasumber.
Talkshow ini menghadirkan sejumlah pelaku sejarah, seperti Ribka Tjiptaning dan Jacobus Mayong, serta sejarawan Hilmar Farid. Diskusi dimoderatori oleh anggota DPR RI, Denny Cagur. Acara ini bertujuan mengingatkan publik, khususnya generasi muda, bahwa demokrasi yang dinikmati hari ini lahir dari perjuangan dan pengorbanan.
Terlihat hadir dalam rangkaian acara ini jajaran DPP PDIP seperti Bonnie Triyana, Sadarestuwati, Wiryanti Sukamdani, Ronny Talapessy, dan Deddy Yevri Sitorus.
Hadir pula Wakil Sekjen DPP PDIP Yoseph Aryo Adhi Darmo serta Wakil Bendahara Umum PDIP Yuke Yurike. Guntur Romli hadir sebagai pemimpin doa di acara tersebut.