Inilah Republik Lan Fang, Republik Pertama yang Ada di Nusantara
Moh. Habib Asyhad July 29, 2025 04:34 PM

Republik Lan Fang, disebut sebagai republik pertama di Nusantara. Bubar setelah diserang oleh Belanda.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Jauh sebelum ada Indonesia, ternyata berdiri sebuah republik pertama di Nusantara. Itulah Republik Lan Fang yang wilayahnya berada di sekitar Kalimantan Barat sekarang.

Kok bisa ada republik di Kalimantan Barat?

Republik Lan Fang (atau Kongsi Lanfong) disebut sudah ada sejak 1777, ketika zaman VOC dan pemerintah kolonial Hindia Belanda belum ada. Keberadaannya pun mengancam stabilitas kekuasaan VOC di Nusantara.

Usianya juga lumayan panjang, yakni sekitar 100 tahun. Republik Lan Fang kemudian dibubarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1884. Begini ceritanya...

Semua berawal dari kedatangan para penambang emas Tionghoa di Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Barat sekarang. Sebagian besar tambang-tambang emas itu di bawah kekuasaan Kesultanan Sambas. Yang mendatangkan para penambang itu juga Sultan Sambas.

Mereka datang pertama pada 1740-an, lalu sekitar 1750-an. Tugas mereka adalah menambang emas di daerah Montraduk, Seminis, dan Lara. Jadi, status mereka adalah pekerja tambang yang bekerja untuk Sultan Sambas.

Semakin banyak tembang baru yang ditemukan, semakin banyak pula penambang Tionghoa yang didatangkan dan puncaknya terjadi pada 1764 ketika terjadi gelombang besar-besaran penangbang Tionghoa di wilayah Kesultanan Sambas. Tiga tahun kemudian jumlah mereka bahkan sudah mencapai belasan ribu orang.

Singkat kata, para penambang itu kemudian mendirikan semacam perkumpulan usaha tambang yang dikenal sebagai kongsi, ada sekitar delapan kongsi saat itu. Tentu saja kongsi-kongsi itu menyatakan tunduk kepada Kesultanan Sambas. Sistem kerja mereka adalah sistem bagi hasil.

Dalam kondisi seperti itu tentu saja ada gejolak. Pada 1770 mulai muncul pergolakaan dan pembangkangan dari kongsi-kongsi tersebut.

Pembakangan ini berupa penolakan mereka untuk memberikan sebagian hasil tambang emas kepada Sultan Sambas yaitu sebesar 1 kg emas murni setiap bulannya. Mereka hanya bersedia memberikan bagi hasil tambang emas sebesar setengah kg atau separuh dari kesepakatan sebelumnya padahal saat itu kegiatan pertambangan emas di wilayah Kesultanan Sambas ini semakin berkembang.

Pembangkangan itu mendapatkan reaksi keras dari Kesultanan Sambas terlebih telah terjadi penyerangan dan pembunuhan kepada petugas-petugas dari Kesultanan Sambas oleh para penambang Tionghoa.Sultan Sambas saat itu yaitu Sultan Umar Aqamaddin II kemudian mengirimkan pasukan ke kongsi-kongsi yang melakukan makar dan pembakangan tersebut.

Kondisi lalu berangsur membaik. Semakin lama semakin banyak kongsi yang muncul di sana. Sekitar 1770 telah ada sekitar 10 Kongsi di wilayah Kesultanan Sambas. Dua yang terbesar adalah Kongsi Thai Kong dan Kongsi Lan Fang. Antarkongsi ternyata juga saling bersaing. Pada 1774 terjadi pertempuran antara Kongsi Lan Fang dan Kongsi Thai Kong yang menyebabkan Lan Fang bubar.

Di tahun yang sama atau satahun setelahnya, Lo Fang Pak (atau dikenal juga sebagaiLuo Fangbo) datang ke Kalimantan. Dia adalah seorang tokoh Hakka. Dialah yang kemudian menghidupkan kembali Kongsi Lan Fang dengan memindahkan wilayahnya. Lo Pang Pak sendiri adalah ketuanya yang baru.

Pada 1777 Lo Fong Pak memindahkan lokasi Kongsi Lan Fang ke wilayah yang berada di luar wilayah Kesultanan Sambas, yaitu di Mandor (Tung Ban Lut) yang notabene adalah wilayah Panembahan Mempawah. Di situ, Lo Fong Pak kemudian menyatukan orang-orang Hakka dalam organisai yang bernama San Shin Cing Fu.

Kesultanan Pontiana kemudian berdiri di Muara Sungai Landak. Berdirinya kesultanan baru ini membaut Kongsi Lanfang banyak bergantung kepada mereka dan karena itulah pada perjalananya Kongsi Lanfang semakin dekat dengan Sultan Pontianak. Terlebih setelah Pontianak menyerang Panembahan Mempawah di mana Lo Fong Pak dilibatkan juga.

Hubungan Lanfang dan Pontianak pun semakin akrab. Lo Fong Pak kemudian diberikan kewenangan lebih luas tapi tetap terkontrol.

Kenapa Lanfang disebut sebagai republik karena sistem pemerintahan yang ada dalam kongsi itu dipilih langsung oleh rakyat (anggota kongsi) bukan berdasarkan garis keturunan. Itulah kenapa Lanfang dikenal sebagai republik yang berada di wilayah negara lain.

Lo fong Pak meninggal pada 1795. Ketika Lanfang dipimpin olehLiu Tai Er (Hakka: Liu Thoi Nji), Belanda mulai aktif melakukan ekspansi ke beberapa wilayah, termasuk Kalimantan. Liu Tai Er terbujuk oleh Belanda di Batavia untuk menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Belanda.

Penandatanganan kesepakatan tersebut kemudian membuat Kongsi Lan Fong dalam pengaruh Belanda. Datang juga perlawanan dari penduduk lokal sehingga itu semakin membuat keberadaan Kongsi Lan Fang semakin melemah hingga kemudian kehilangan status otonominya dan jadi wilayah protektorat Belanda.

Belanda membuka perwakilan kolonialnya di Pontianak dan mengendalikan sepenuhnya Kongsi Lan Fong dengan melantik Ketua Kongsie sebagai regent.

Pada 1884 Belanda menyerang Kongsi Thai Kong yang menolak perintahnya. Perlawanan itu juga melibatkan Kongsi Lan Fang sehingga mereka diserang juga oleh Belanda. Kongsi Lan Fang dinyatakan bubar setelah ketua terakhirnya Liu Asheng tewas, warganya sendiri banyak melarikan diri ke Sumatera.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.