TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranow, mengenang almarhum Kwik Kian Gie sebagai figur yang tak hanya ia idolakan sejak masa kuliah, tetapi juga menjadi guru dan sahabat.
Hal ini disampaikan Ganjar saat melayat ke Rumah Duka Sentosa, RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2025), tempat Kwik disemayamkan.
"Dia kontak saya dan biasanya kalau ada cerita yang luar biasa di nasional, beliau telepon dan kami berdiskusi. Beliau guru saya, yang saya idolakan sejak saya mahasiswa, dan kemudian menjadi sahabat saya," kata Ganjar.
Ganjar menceritakan kedekatannya dengan Kwik saat keterlibatan mereka dalam Panitia Khusus (Pansus) Angket Century.
"Dan saya tidak pernah lupa dengan beliau ketika saya ikut Angket Century," ujar mantan calon presiden 2024 ini.
Kasus Bank Century, salah satu skandal keuangan paling kontroversial dalam sejarah Indonesia, yang melibatkan penyelamatan bank bermasalah dengan dana publik sebesar Rp 6,7 triliun pada tahun 2008.
Hak Angket Century adalah bentuk penyelidikan politik oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terhadap dugaan penyimpangan dalam bailout Bank Century senilai Rp 6,76 triliun pada tahun 2008.
Hak angket ini menjadi salah satu momen paling panas dalam sejarah parlemen Indonesia karena menyangkut dugaan korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan potensi aliran dana ke kepentingan politik
Ganjar mengisahkan, saat itu dirinya menjadi anggota DPR yang terlibat dalam pansus, sementara Kwik hadir sebagai saksi ahli.
Sejak saat itu, hubungan keduanya semakin dekat.
Ganjar merasa mendapat banyak pembelajaran langsung dari ekonom senior tersebut.
"Saya di-coach betul-betul man to man gitu, dan saya dikasih data, beliau orang yang suka berbagi," ucapnya.
Ganjar juga mengenang Kwik sebagai senior yang memberi arahan secara personal.
Dia merasa kerap diajari cara berpikir kritis dan menyusun solusi atas berbagai persoalan.
"Dan Pak Kwik itu jagonya," ungkap Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) ini.
Menurut Ganjar, Kwik mulai jarang hadir dalam kegiatan partai ketika kondisi kesehatannya menurun.
Namun, kata dia, komunikasi antara Kwik dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tetap terjaga.
"Karena beliau tokoh lama ya, tokoh lama di PDIP yang sangat mewarnai. Kita merasa kehilangan secara pribadi, maupun dari keluarga besar PDIP," tutur Ganjar.
Kwik Kian Gie diketahui meninggal pada Senin (29/7/2025) pukul 22.00 WIB di Rumah Sakit Medistra. Kwik Kian Gie meninggal pada usia 90 tahun.
Dia lahir 11 Januari 1935 di Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Ia merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).
Lalu, dia melanjutkan studi di Nederlandsche Economiche Hogeschool, Roterdam, Belanda selama tujuh tahun dari 1956-1963.
Lalu, pada 1963-1964, dia bekerja sebagai asisten atase kebudayaan dan penerangan pada Kedutaan Besar (Kedubes) RI di Den Haag, Belanda.
Setahun berselang, Kwik ditunjuk menjadi Direktur Nederlands-Indonesische Goederen Associatie, namun bubar sebelum berdiri.
Kemudian, pada 1970, Kwik menjabat sebagai Direktur NV Handelsonderneming "IPILO Amsterdam".
Setelah lama di Belanda, dia memutuskan untuk kembali ke Tanah Air meski sempat menganggur selama setahun.
Namun, pada 1971, ia memutuskan terjun ke dunia bisnis bersama dengan pebulutangkis era tahun 1955-1967, Ferdinand Alexander Sonneville, dan mantan anggota tim Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN, Indra Hattari.
Kwik dan kedua rekannya itu mendirikan lembaga keuangan non-bank pertama di Indonesia bernama PT Indonesian Financing and Investment Company.
Namun, perusahaan tersebut didirikan tanpa izin karena pemerintah era Soeharto belum memiliki peraturan terkait organisasi usaha seperti yang didirikan Kwik dkk.
Lalu, Kwik kembali mendirikan beberapa perusahaan bersama keedua rekannya itu seperti PT Altron Panorama Electronic, PT Jasa Dharma Utama, PT Cengkhi Zanzibar, dan PT ABN Amro Finance.
Jauh sebelum terjun di dunia bisnis, Kwik ternyata sempat mendirikan sekolah, yaitu SMA Erlangga di Surabaya, Jawa Timur. Bahkan, ia juga sempat menempuh pendidikan di sekolah yang didirikannya dan duduk di kelas XII.
Kwik tampaknya memang ingin mengembangkan pendidikan ekonomi di Indonesia yang dibuktikan dengan mendirikan sekolah Magister Administrasi Bisnis (MBA) pertama di Indonesia, yaitu Institut Manajemen Prasetiya Mulya (kini Universitas Prasetiya Mulya) pada 1982 di Cilandak, Jakarta Selatan.
Pendirian sekolah itu dilakukannya dengan pakar ekonomi Jusuf Panglyakim atau Jusuf Pangestu.
Tak sampai di situ, Kwik juga mendirikan Institut Bisnis dan Informatika Indonesia (IBII) pada 1987, bersama dengan pendiri PT Konimex, Djoenaedi Joesoef, dan mantan pemilik Bank Umum Nasional (BUN), Kaharudin Ongko.
Selain di dunia bisnis dan pendidikan, Kwik juga sempat terjun ke dunia politik dengan bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 1987.
Pada tahun yang sama, dia mewakili PDI sebagai anggota Badan Pekerja MPR. Lalu, ketika PDI berubah nama menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri, Kwik merangkap jabatan sebagai Ketua DPP dan Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan.
Kariernya di dunia politik terus menanjak ketika dirinya menjadi Wakil Ketua MPR pada Oktober 1999.
Namun, jabatannya tersebut hanya diembannya lama karena di bulan yang sama, ia ditunjuk oleh Gus Dur menjadi Menko Ekuin.
Lalu, dia pun ditunjuk oleh Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri sebagai Kepala Bappenas pada 2001-2004.
Selepas Megawati lengser, Kwik sempat diwacanakan untuk menjadi capres independen pada Pemilu 2004. Namun, hal tersebut tak terealisasi karena undang-undang saat itu tidak memperbolehkannya.