Update Harga Daging Babi di Manado, per Kilogram Tembus Rp110 Ribu
Gryfid Talumedun August 01, 2025 05:32 AM

TRIBUNMANADO.CO.ID - Harga Daging Babi Naik di Manado, Tembus Rp110 Ribu per Kilogram.

Harga daging babi di Kota Manado, Sulawesi Utara, mengalami kenaikan cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Kenaikan harga ini terpantau di Pasar Bersehati, pasar tradisional terbesar di pusat kota Manado, Kamis (31/7/2025).

Pantauan Tribun Manado menunjukkan, baik daging babi maupun ayam ras mengalami lonjakan harga.

Salah satu pedagang daging di Pasar Bersehati, Junita, membenarkan kondisi tersebut.

"Iya, daging babi dan ayam naik, tapi belum terlalu tinggi," ujar Junita sambil melayani pembeli di lapaknya.

Sebelumnya, harga daging ayam ras dijual Rp 37.000 per kilogram. Kini, harganya naik menjadi Rp 38.000/kg.

Sementara itu, lonjakan lebih terasa pada daging babi. Jika sebelumnya dijual seharga Rp 100.000/kg, kini pembeli harus merogoh kocek hingga Rp 110.000/kg.

Kenaikan ini membuat sebagian konsumen mengeluh, terutama mereka yang biasa membeli dalam jumlah besar untuk usaha kuliner atau kebutuhan rumah tangga.

Meski demikian, para pedagang berharap harga dapat kembali stabil dalam waktu dekat, mengingat kebutuhan masyarakat yang tinggi menjelang akhir pekan dan persiapan hajatan-hajatan lokal.

Populasi Babi di Sulut Mulai Naik

Puluhan peternak babi di Sulawesi Utara sukses menerapkan Program Community African Swine Fever Biosecurity Intervention (CABI)  atau Intervensi Bio sekuriti Berbasis Komunitas untuk pengendalian ASF. 

Program percontohan ini diterapkan di tiga kabupaten kota, yakni Minahasa Utara, Minahasa dan Minahasa Selatan. 

Sebanyak 81 peternak babi-mikro kecil di tiga kabupaten menjadi pilot project program CABI sejak semester kedua tahun 2023.

Dalam program ini, peternak diberi pengetahuan, alat-alat bantu, pendampingan dan evaluasi terkait menjaga keamanan biologi ternak babi. 

Dengan demikian, para peternak ini bisa menjaga siklus produksi dan dapat membudidayakan babi yang aman dari serangan ASF. 

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, Wilhelmina Pangemanan, berkat penerapan CABI, populasi ternak babi di Sulut mulai naik. 

Katanya, pada saat serangan wabah ASF pada pertengahan tahun 2023, populasi babi rata-rata di Sulawesi Utara 430 ribu hingga 450 ribu ekor. 

Jumlah itu merosot hingga tinggal sekitar 30 ribu ekor akibat ASF. 

"Namun saat ini populasi mulai naik di angka 50 ribu hingga 60 ribu ekor.

Indikator lainnya, harga babi juga mulai turun. Timbang kotor sudah 65 ribu hingga 70 ribu per kilogram," jelas Pangemanan dalam Diseminasi Hasil Program CABI di Sulut di Manado, Rabu (30/7/2025). 

Katanya lagi, harga jual juga sudah di kisaran Rp 85 ribu hingga Rp 110 ribu per kilogram.

"Seperti momen Pengucapan Syukur, tidak ada lagi gejolak seperti lalu," katanya. 

Pihaknya berharap, puluhan peternak yang sukses menjadi contoh penerapan CABI bisa mereplikasi ilmu dan terapannya ke peternak lainnya.  

"Semakin banyak peternak paham bio sekuriti, semakin baik dan semakin aman. Virus ASF tidak akan hilang tapi kita bisa mencegah dan mengebdalikannya," ujarnya. 

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Hendra Wibawa menjelaskan, CABI merupakan rogram kolaboratif antara Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, FAO Indonesia melalui ECTAD dan Pemprov Sulut. 

Program ini Didukung Kementerian Pertanian, Pangan dan Pedesaan Republik Korea. 

"Program ini  mendorong praktik bio sekuriti di peternakan babi skala mikro kecil melalui pendekatan partisipatif, berbasis komunitas dan terjangkau untuk mencegah ASF," ujar Hendra. 

Katanaya, ASF sangat fatal bagi terbaik babi karena mortalitasnya 100 persen.

Menyesal anakan hingga indukan. 

"Selain Sulawesi Utara, program ini menyasar Kalimantan Barat.

Total ada 162 peternak, 81 di antaranya ada di Sulawesi Utara," ujarnya. 

Beberapa desa yang jadi percontohan yakni Desa Tiwoho, Kecamatan Wori, Minut; Desa Pinawetengan, Kecamatan Kawangkoan, Minahasa dan Desa Paslaten, Kecamatan Tatapaan, Minahasa Selatan. 

Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal mengatakan, biosekuriti sangat krusial karena menyangkut ketahanan pangan dan ekonomi warga. 

Katanya, praktik CABI sebelummya sukses dilaksanakan oleh peternak skala mikro-kecil di Filipina. 

"Inisiatif CABI membuktikan ketika peternak difasilitasi dengan pengetahuan  dan peralatan, mereka bisa bertahan," ujar Aryal. 

Tirza Kasenda, peternak asal Desa Pinawetengan, Kecamatan Tompaso, Minahasa mengungkapkan, sejak dua tahun lalu mereka menerapkan bio sekuriti. 

Beberapa hal prinsip dalam bio sekuriti yang diterapkan di antaranya, akses ke kandang dibatasi.

"Area kandang harus dipagari. Sebelum masuk, wajib cuci tangan.

Kita ganti pakaian dan pakai sepatu boot. Kandang disemprot disinfektan secara berkala seminggu tiga kali," katanya. 

Katanya, berkat CABI, tidak pernah ternaknya kena virus ASF.

Saat ini, Tirza sementara memelihara empat indukan dan belasan anakan dan babi starter.

-

WhatsApp Tribun Manado: Klik di Sini

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.