Grid.ID-Setiap pasangan yang menikah pasti mengenal simbol penting ini: cincin pernikahan. Benda kecil, melingkar, dan sering terbuat dari logam mulia seperti emas atau perak. Namun maknanya jauh lebih besar daripada ukurannya.
Cincin ini bukan sekadar perhiasan, tapi sudah menjadi lambang cinta, kesetiaan, dan janji yang terucap di hadapan saksi. Dalam budaya modern, cincin pernikahan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual pernikahan.
Tapi pernahkah kita bertanya, sejak kapan manusia mulai menggunakan cincin sebagai tanda ikatan suci? Dari Mesir kuno hingga era digital sekarang, cincin pernikahan telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang dan penuh makna.
Mengutip Brides.com, Minggu (3/8/2025), tradisi memakai cincin pernikahan sudah dimulai sejak ribuan tahun lalu. Dalam teks kuno, pasangan di Mesir dan Yunani kuno disebut telah bertukar cincin saat bertunangan dan menikah.
Bukti paling kuat datang dari era Romawi. Pada masa itu, perempuan menerima dua cincin, yaitu satu dari besi untuk dipakai di rumah, satu lagi dari emas untuk acara di luar rumah. Letaknya pun bukan sembarangan. Dikenakan di jari manis kiri karena dipercaya terhubung langsung ke jantung.
Memasuki abad pertengahan, cincin mulai dihiasi batu mulia seperti rubi dan zamrud. Gaya cincin gimmel, yang terdiri dari dua atau tiga cincin kecil—juga menjadi tren. Satu dikenakan saat tunangan, dan sisanya ditambahkan setelah pernikahan. Ini mirip dengan cara kita mengenakan cincin kawin dan cincin tunangan hari ini.
Namun, revolusi besar dalam dunia cincin pernikahan terjadi ketika berlian mulai digunakan. Meski tambang berlian sudah ada di India sejak lama, baru pada abad ke-15 berlian digunakan sebagai simbol cinta.
Pada tahun 1477, Archduke Maximilian dari Austria melamar kekasihnya dengan cincin berlian. Ini jadi awal tren cincin berlian di kalangan bangsawan.
Namun, baru pada pertengahan abad ke-20, cincin pernikahan berlian menjadi populer di seluruh dunia. Perusahaan DeBeers memainkan peran besar dengan kampanye legendaris mereka, “A diamond is forever.” Slogan ini melekat kuat di benak publik.
Berlian menjadi simbol cinta yang abadi dan tak tergantikan. Ditambah lagi dengan peran Hollywood, media sosial, dan para influencer yang memamerkan cincin berlian mereka. Dari film layar lebar hingga unggahan Instagram, berlian selalu berhasil mencuri perhatian.
Selain karena keindahannya, berlian juga kuat. Berlian berada di tingkat tertinggi dalam skala kekerasan mineral, menjadikannya ideal untuk dikenakan setiap hari. Kilauannya tak mudah pudar, seperti cinta yang diharapkan tak akan pernah padam.
Cincin pernikahan kini menjadi simbol universal. Tidak perlu kata-kata, cukup melihat cincin di jari seseorang, dunia tahu bahwa ia sudah terikat dalam hubungan.
Menurut Sharon Schatner, seorang pakar perhiasan dari GIA, cincin ini bahkan telah berevolusi menjadi bentuk ekspresi diri. Bentuknya, bahan yang digunakan, hingga batu yang menghiasinya, bisa menunjukkan selera dan nilai hidup pemakainya.
Sekarang ini, cincin pernikahan telah menjadi bagian dari gaya hidup dan pernyataan pribadi. Pasangan modern bisa memilih desain yang sesuai dengan karakter mereka.
Bisa klasik, bisa unik. Bisa dengan berlian asli, bisa juga dengan batu buatan laboratorium. Semua sah-sah saja. Karena di balik bentuknya yang kecil, cincin ini menyimpan cerita besar tentang komitmen, tentang kebersamaan, dan tentang cinta yang ingin dijaga seumur hidup.