TRIBUNBATAM.id, BATAM – Suasana di Tiban Indah, Sekupang, Kota Batam, kian panas. Warga setempat dibuat resah oleh proyek pemotongan lahan milik perumahan Emirates Residen.
Truk-truk besar pengangkut tanah lalu-lalang di jalan utama, meninggalkan jejak debu tebal dan lumpur licin yang menjadi makanan sehari-hari warga.
Meski pihak proyek sesekali melakukan penyiraman jalan, hasilnya jauh dari kata maksimal.
Jalan tetap berdebu, bahkan licin akibat penyiraman asal-asalan.
Rhovy, warga yang rumahnya berada tepat di pinggir jalan, mengaku harus menyiram sisa tanah yang jatuh dari mobil turk setiap malam.
“Aku bingung sampai kapan proyek ini selesai. Setiap malam harus nyiram pekarangan rumah. Kalau nggak, debunya makin tebal,” keluhnya.
Tak hanya warga, pedagang kaki lima di sepanjang jalan juga mengeluh. Dagangan mereka terpapar debu setiap hari, namun kompensasi tak kunjung datang.
“Kita cuma dapat debunya saja, uangnya nggak dapat. Tanya aja sama semua pedagang di sini,” sindir salah seorang pedagang.
Selain mengotori udara, keberadaan truk-truk raksasa ini juga membuat jalan semakin sempit. Kendaraan lain terpaksa mengalah setiap kali truk pembawa tanah melintas.
Namun, warga mengancam akan bergerak bersama jika tidak ada itikad baik atau kepastian kapan proyek pemotongan lahan ini berakhir.
Nova pihak Developer Emirates Residen sat dikonfirmasi enggan memberikan keterangan terkait pemotongan lahan hingga aktifitas mobil truk yang menyebabkan debu di lingkungan sekitar.
Menurutnya, dia hanya seorang marketing perumahan dan tidak bisa berkomentar tentang pengerjaan di lapangan.
"Maaf ya bukan wewenang saya silakan ke kantor kita Astaka di Grand Orchid," sebutnya menjelaskan.
Sementara itu Kapolsek Sekupang Batam Kompol Hippal Tua Sirait saat dikonfirmasi mengatakan akan melakukan teguran kepada Emirates Residen setelah mendapat laporan dari masyarakat Tiban Indah.
"Nanti akan segera kita tegur terkait aktifitas mereka yang merugikan masyarakat," sebut Hippal.
Untuk diketahui, kawasan Emirates Residen berada di Kelurahan Tiban Indah. Emirates Residen adalah salah satu perumahan mewah yang dibangun tepat di samping SMP 25 Batam.
Tanggapan Developer
Menanggapi hal tersebut, General Manager Astaka Land, Susanto Theodolite, mengatakan pihaknya juga telah melakukan upaya untuk mengurangi debu di jalan.
"Upaya kami tentu selalu ada. Misalnya, saat panas kami siram, dan ada petugas yang bersihkan atau sapuin jalan dan itu kami lakukan," ujar Santo sapaan akrabnya saat dikonfirmasi Tribun Batam, Senin (11/8/2025).
Truk pengangkut tanah juga beroperasi malam hari untuk menghindari kepadatan lalu lintas, terutama saat jam sekolah.
"Jam operasi kami lakukan di malam hari, hal tersebut karena siang terlalu ramai ada siswa siswi sekolah, dan malam pada umumnya kami mulai kerja jam 18.00 WIB, kecuali hari selasa dan jumat (Ramai pedagang kaki lima), kami mulai jam 20.00 WIB," bebernya.
Dalam keterangannya proyek ini masih akan berlangsung sekitar 12 bulan.
Ia mengaku juga memperhatikan keluhan soal debu dan lumpur, namun juga melihat faktor lain di lapangan.
"Keluhan mengenai lumpur dan debu sangat kami perhatikan. Permasalahan juga karena banyaknya pedagang kaki lima yang posisinya sampai ke jalan dan berisiko," tuturnya.
Mengenai kompensasi, ia menuturkan tidak ada program khusus dari pihak developer.
"Untuk kompensasi tidak ada dari kami, karena hal tsb sangat subjektif. Lagi pula Batam kan kota yang masih membangun di segala lini," katanya.
Santo menambahkan seluruh izin proyek telah dimiliki, mulai dari Analisis Dampak Lingkungan (Amdal), izin cut & fill, hingga izin jalan dari kepolisian dan Dinas Perhubungan.
Hingga kini, sekitar 20 rumah di Emirates Residence sudah ditempati.
"Kami berusaha agar lingkungan terjaga dengan baik. Namun, kalau namanya proyek pasti akan ada dampaknya," terangnya.
Selain mengotori udara, keberadaan truk-truk raksasa ini juga membuat jalan semakin sempit.
Kendaraan lain terpaksa mengalah setiap kali truk pembawa tanah melintas. (TribunBatam.id/Ucik Suwaibah/Setiawan Eko)