Grid.ID - Jelang HUT ke-80 RI, biasanya akan diadakan berbagai perayaan untuk menyambutnya. Salah satunya adanya banyak perlombaan salah satunya yakni lomba makan kerupuk.

Lomba makan kerupuk memang identik dengan perayaan 17 Agustus. Dimana peserta yang mengikuti lomba itu diminta menghabiskan kerupuk yang diikat pada sebuah tali, tanpa bantuan tangan.

Namun sebelum masuk ke lomba makan kerupuk yang dilakukan jelang HUT ke-80 RI, tidak ada salahnya mempelajari soal sejarah kerupuk di Indonesia.

Kerupuk bukan sekadar pelengkap di meja makan masyarakat Indonesia. Makanan ringan renyah ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan sejarah bangsa, bahkan sejak masa lampau.

Jejak awal kerupuk bisa ditelusuri dalam naskah-naskah Jawa kuno yang diperkirakan sudah ada sebelum abad ke-10 Masehi. Memasuki era 1930-an hingga 1940-an, kerupuk semakin mengakar sebagai makanan favorit masyarakat.

Terutama bagi kalangan bawah, kerupuk menjadi penyambung hidup di tengah keterbatasan, termasuk saat masa perang dan krisis ekonomi.

Ketika harga bahan pokok melambung tinggi, kerupuk menjadi pilihan lauk sederhana yang tetap menghadirkan rasa.

Setelah Indonesia merdeka, kerupuk tidak kehilangan tempatnya di hati rakyat. Pada awal 1950-an, semangat kemerdekaan yang mulai tumbuh di tengah keterbatasan ekonomi dan politik diwujudkan dalam berbagai lomba rakyat.

Salah satu yang paling ikonik adalah lomba makan kerupuk. Perlombaan ini bukan hanya sekadar hiburan.

Di balik tawa dan semangat peserta, tersimpan makna historis mengingatkan masyarakat pada masa-masa sulit ketika kerupuk menjadi simbol perjuangan dan ketahanan hidup.

Lomba makan kerupuk, bersama balap karung dan panjat pinang, kemudian menjadi tradisi tahunan yang hidup hingga kini termasuk jelang HUT ke-80 RI. Tiga perlombaan itu bukan hanya hiburan, tetapi juga cerminan semangat gotong royong dan kenangan kolektif akan perjuangan rakyat Indonesia.