TRIBUNBATAM.id - Teror yang dialami Dea Permata Karisma (23) berakhir tragis. Wanita muda asal Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya, Selasa (12/8/2025).
Tubuhnya dipenuhi luka tusuk, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan tetangga.
Yang lebih memilukan, sebelum kematian tragis ini, Dea sudah berulang kali melapor ke polisi soal ancaman pembunuhan yang diterimanya. Namun, laporan itu tak pernah ditindaklanjuti.
Menurut ayah korban, Sukarno (65), putrinya kerap menerima pesan WhatsApp berisi ancaman pembunuhan selama tiga bulan terakhir.
Teror itu membuat Dea hidup dalam ketakutan. Bahkan, pernah ada orang tak dikenal yang masuk ke rumahnya dan hanya kabur saat dipergoki pembantu.
"Pernah cerita, diancam berturut-turut selama tiga bulan. Orang itu bahkan sempat masuk ke rumah, ketahuan pembantu, langsung kabur," ujar Sukarno, lirih.
Ibunda korban, Yuli Ismawati (55), juga membenarkan ancaman itu. Ia bahkan menyarankan Dea untuk melapor dan memasang CCTV di rumah demi keamanan.
"Sudah lapor Babinsa, sampai ke Polsek Jatiluhur, tapi enggak ada yang datang," kata Yuli sambil menangis.
Fakta bahwa laporan tersebut diabaikan kini menimbulkan pertanyaan besar. Mengapa pihak kepolisian tidak bertindak meski ancaman sudah jelas dan berulang?
Warga setempat pun geram, menganggap kematian Dea bisa saja dicegah jika laporan korban ditindaklanjuti sejak awal.
Kini, kasus pembunuhan ini tengah diselidiki, namun keluarga korban berharap keadilan ditegakkan, tidak hanya terhadap pelaku pembunuhan, tetapi juga terhadap pihak-pihak yang lalai melindungi warga.
Sosok Dea
Dea Permata Karisma (27) merupakan warga di Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Ia tinggal di Komplek PJT II Blok D.
Wanita muda tersebut diketahui merupakan seorang karyawan swasta.
Ia bekerja sebagai Human Resources Development (HRD), staf di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia di perusahaan swasta di Purwakarta.
Dea sudah menikah, ia memiliki suami yang bekerja di Perum Jasa Tirta (PJT) II.
Ia merupakan anak dari pasangan Sukarno (65) dan Yuli Ismawati (55).
Seorang tetangga bernama Salbiah, mengungkap sosok Dea dalam kesehariannya.
Menurut Salbiah, sosok Dea dikenal sebagai gadis yang ramah dan pandai bergaul.
"Dia baik, suka bergaul sama semua orang. Saya enggak dengar dia punya masalah dengan siapa pun," ungkapnya.
Salbiah mengatakan, Dea tinggal berdua dengan pembantunya.
Sementara suaminya bekerja di Perum Jasa Tirta (PJT) II dan pulang pada malam hari.
Kronologi Pembunuhan
Detik-detik terakhir Dea Permata Karisma sebelum dibunuh itu diungkap tetangganya yang bernama Salbiah.
Dea ditemukan tewas pertama kali oleh pembantunya di kediamannya di Komplek PJT II Blok D, Selasa (12/8/2025) siang.
Sebelum tewas diduga dibunuh, Dea sempat meminta pembantunya belanja.
Saat itu, kata Salbiah, Dea terlihat normal.
"Tadi sekitar jam 10 pagi, saya mau beli sayur. Bu Dea juga keluar, kayaknya mau belanja. Jam 11 siang, kami pulang hampir bersamaan," ujar Salbiah. "Saya sempat sapa dia yang lagi makan. Dia bilang buru-buru karena mau hujan dan jemurannya banyak," sambungnya. Namun, tak disangka, beberapa jam kemudian, pembantu Dea berlari ketakutan sambil berteriak,
"Ibu-ibu, Bu Dea dibunuh," ujar Salbiah menirukan pembantu korban.
Salbiah dan warga lain langsung bergegas ke rumah Dea.
"Saya mau masuk, tapi di depan pintu ke dapur sudah ada jejak darah. Saya enggak berani lanjut, takut," katanya. "Kayak bekas kaki habis menginjak darah," tambahnya.
Saat ditemukan kondisi Dea bersimbah darah dengan sejumlah luka tusuk.
Pantauan Tribunjabar.id di lokasi kejadian sekitar pukul 16.00 WIB, garis polisi sudah terpasang di kediaman korban.
Polisi pun menyisir TKP, mengumpulkan bukti, dan memeriksa sejumlah saksi.
Kapolres Purwakarta, AKBP I Putu Dewa Gede Anom Jaya membenarkan atas peristiwa penemuan jasad wanita muda tersebut.
"Hari ini, Selasa (12/8), kami tim identifikasi dari Polres Purwakarta melakukan olah TKP di rumah yang ditemukan perempuan dalam kondisi meninggal dunia," ucapnya.
Ia mengatakan, pihak kepolisian masih mendalami peristiwa tersebut, mulai dari olah TKP hingga memintai keterangan dari sejumlah saksi.
"Jenazah korban akan diotopsi guna memastikan sebab-sebab kematiannya," kata Anom.
Sementara itu keluarga korban hanya bisa berharap polisi dapat segera mengungkap pelaku dan memberikan keadilan atas kematian tragis Dea.
(Tribunjabar.id/Deanza Falevi/Hilda Rubiah)