Kadipaten Pati pernah dipimpin dua Adipati Pragola dan dua-duanya benar-benar bikin repot Mataram Islam.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Ada dua Adipati Pragola yang pernah memimpin Pati dan dua-duanya benar-benar bikin repot Mataram. Jika Adipati Pragola pertama atau Adipati Pragola I bikin repot Panembahan Senopati pendiri Mataram Islam, Adipati Pragola II bikin repot Sultan Agung.
Adipati Pragola I
Adipati Pragola I adalah putraKi Penjawi, pemimpin pertama Kadipaten Pati. Ki Panjawi sendiri dikenal sebagai bagian dari Tiga Serangkai Mataram bersama Ki Ageng Pamanahan dan Ki Juru Martani. Ketiganya punya peran sentral ketika Pajang berhasil mengalahkan Arya Penangsang dari Jipang.
Nama aslinya adalah Wasis Jayakusuma, dia mendapat panggilan Pragola setelah menukar kuda miliknya, Juru Taman, dengan sapi kesayangan milik Panembahan Senopati yang bernama Pragola. Konon, Panembahan Senopati ingin menukar sapinya karena kuda milik Adipati Pragola memiliki kecepatan di atas rata-rata kuda pada umumnya. Dengan adanya kegiatan tukar-menukar ini, hubungan Adipati Pragola dan Panembahan Senopati pun semakin akrab.
Adipati Pragola juga bersedia membantuPanembahan Senopati yang ingin menaklukkan Madiun. Lebih dari itu, Adipati Pragola sendiri juga masih memiliki hubungan saudara dengan salah satu pemimpin Kerajaan Mataram Islam, yaitu Anyakrawati. Hal ini dikarenakan kakak perempuan sang adipati yang bernama Waskitajawi atau disebut juga Ratu Mas menikah dengan Panembahan Senopati.
Tapi sayang, hubungan baik itu cuma bertahan sementara setelah Adipati Pragola I merasa kecewa dengan perbuatan Panembahan Senopati. Karena Panembahan Senopati mengambil Retno Dumilah, kakak dari Adipati Pragola I sebagai permaisuri keduanya.
Dengan menikahi Retno Dumilah, Adipati I menganggap bahwa perjuangan Panembahan Senopati sudah melenceng dari tujuan awal.
Karena itulah Adipati Pragola memutuskan menyerang Kerajaan Mataram Islam pada 1600. Dan Panembahan Senopati menghadapi pemberontakan yang dilakukan Adipati Pragola dengan mengirimkan anaknya, Mas Jolang, yang juga merupakan keponakan dari Pragola sendiri.
Kedua pasukan saling bertemu di daerah Prambanan. Namun Adipati Pragola menolak melawan keponakannya sendiri dan meminta Panembahan Senopati yang menghadapinya. Tapi sang keponakan justru bersikeras ingin melawan Adipati Pragola.
Adipati Pragola pun terpaksa harus melawan Mas Jolang dengan cara memukulkan gagang tombaknya hingga mengenai pelipis keponakannya tersebut. Ratu Mas yang mengetahui Mas Jolang terluka memutuskan untuk tidak menahannya melawan Adipati Pragola. Pada akhirnya, Adipati Pragola I memutuskan mundur dan membangun pertahanannya di Gunung Pati. Dia berlindung di sana hingga akhir hayatnya.
Adipati Pragola II
Adipati Pragola II adalah putra dari Adipati Pragola I. Dia juga adalah ipar dari Sultan Agung yang menjadi raja Mataram Islam dari1613 hingga 645).
Meskipun hubungannya adalah saudara ipar, Adipati Pragola II gigih melawan Sultan Agung. Akhir cerita, Adipati Pragola II tewas pada 4 Oktober 1627.
Hubungan saudara yang terjalin antara Pragola II dengan Sultan Agung dilatarbelakangi oleh pernikahan Adipati Pragola II dengan Raden Ajeng Tulak atau Ratu Mas Sekar, adik Sultan Agung.
Pada masa kepemimpinannya, sang adipati menyatakan bahwa Pati dan Mataram sederajat. Dan karena itulah Adipati Pragola II enggan patuh terhadap Mataram. Wujud pembangkangan yang dilakukan Adipati Pragola II adalah dengan tidak mengikuti Pisowanan Agung yang diwajibkan bagi bawahan Mataram oleh Sultan Agung.
Pisowanan Agung adalah sebuah tradisi atau rapat tahunan antara Sultan Agung dengan para bawahannya. Pada awalnya, Sultan Agung masih menoleransi ketidakhadiran adik iparnya itu. Sebab, daerah Pati tergolong sebagai basis kekuatan bagi Mataram di bagian utara Jawa.
Selain itu, Pati pada zaman kepemimpinan Sultan Agung juga termasuk kadipaten yang paling kuat, karena menjadi satu-satunya wilayah yang belum pernah terkalahkan. Adapun tujuan Sultan Agung membiarkan perbuatan Adipati Pragola II itu karena tidak ingin Pati memberontak.
Alasan lainnya adalah karena Sultan Agung tidak ingin terjadi perang antara dirinya dengan Adipati Pragola II. Namun, karena Adipati Pragola II terus-terusan tidak hadir dalam rapat, kemarahan Sultan Agung pada akhirnya meledak.
Terlebih lagi setelah Sultan Agung mendapat informasi bahwa Adipati Pragola II hendak menyerang Kerajaan Mataram Islam. Pada kenyataannya, informasi tersebut adalah sebuah provokasi yang dilakukan oleh punggawa Mataram lain, yaitu Tumenggung Endranata.
Namun, karena Sultan Agung belum mengetahui kebenarannya, dia pun terkena hasutan Tumenggung Endranata. Akibatnya, Sultan Agung memutuskan melawan Adipati Pragola II.
Sementara itu, Adipati Pragola II dibantu oleh enam tumenggungnya yang sudah menjadi sekutu. Mereka adalah Tumenggung Mangun Jaya, Adipati Kenduruan, Tumenggung Ramananggala, Tumenggung Toh Pati, Adipati Sawunggaling, dan Tumenggung Sindurejo.
Pada awal pertempuran, pasukan Pati berhasil menggugurkan banyak prajurit Mataram. Alhasil, Kerajaan Mataram Islam sempat terdesak mundur. Namun, Mataram berhasil memukul balik Pati setelah mengirim para sentana Mataram.
Di tengah kecamuk besar ini, Pragola II memutuskan untuk langsung menyerang Sultan Agung. Ketika mengetahui bahwa Sultan Agung dibidik oleh Adipati Pragola II, asisten Sultan Agung, yaitu Ki Naya Darma meminta izin untuk menghadapi Pragola II.
Tanpa berpikir panjang, Sultan Agung mengizinkannya. Alhasil, terjadilah perang hebat antara Adipati Pragola II dengan Ki Naya Darma. Dalam perang sengit ini, Ki Naya Darma berhasil menghujamkan tombaknya, Kyai Baru, ke lambung Adipati Pragola II hingga tembus ke punggungnya.
Akibat tikaman tombak ini, Adipati Pragola II tewas. Disebutkan bahwa Adipati Pragola II tewas pada 4 Oktober 1627. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Sendang Sani.