TRIBUNNEWS.COM - Wasit Liga Inggris musim ini akan mengambil sikap tegas terhadap pelanggaran menahan lawan secara sengaja, terutama saat situasi bola mati seperti tendangan sudut yang dinilai terlalu sering dibiarkan pada musim lalu.
Menurut laporan Daily Mail, aturan terbaru soal tendangan bebas mengharuskan ofisial pertandingan lebih cermat memantau insiden ketika pemain:
Kebijakan ini muncul setelah musim lalu dan masukan dari klub-klub papan atas yang menilai wasit terlalu longgar dalam menindak aksi tersebut, yang kerap dipuji sebagai bagian dari cara licik di sepak bola.
Jika penalti diberikan, keputusan tetap akan melalui pemeriksaan Video Assistant Referee (VAR). Wasit dapat diminta mengubah keputusan jika ditemukan kesalahan yang jelas.
Musim lalu, Arsenal di bawah pelatih bola mati Nicolas Jover dikenal piawai memanfaatkan situasi set-piece. Aturan baru ini berpotensi mengubah dinamika strategi semacam itu.
Bahkan kepandaian Arsenal dalam mencetak gol dari tendangan bebas juga pernah dirasakan oleh Real Madrid.
Di mana musim lalu, Real Madrid kalah 3-0 kontra Arsenal di leg 1 perempat final Liga Champions 2024/2025 dan dua gol diantaranya dicetak melalui tendangan bebas lewat aksi Declan Rice.
Selain fokus pada pelanggaran menahan, diving juga menjadi perhatian utama.
Diving dalam sepak bola adalah tindakan seorang pemain yang berpura-pura dilanggar atau cedera untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil, seperti tendangan bebas, tendangan penalti, atau kartu untuk lawan.
Untuk keputusan krusial, Liga Inggris kembali mengedepankan pendekatan khusus terhadap kapten tim.
Wasit akan memanggil kapten tim untuk menjelaskan alasan keputusan, dan kapten diminta menenangkan rekan setim yang protes.
Jika kapten adalah kiper, akan ditunjuk pemain outfield sebagai wakil.
Pada Oktober mendatang, para pemain Liga Inggris akan kembali melakukan aksi berlutut sebelum kick-off sebagai bagian dari kampanye No Room for Racism.
Keputusan ini diambil setelah rapat para kapten klub yang sepakat gerakan tersebut masih menjadi simbol penting perlawanan terhadap diskriminasi.
Gerakan berlutut telah dilakukan selama lima tahun, menyusul kebangkitan gerakan Black Lives Matter pasca pembunuhan George Floyd di Amerika Serikat.
Meski Lionesses memutuskan berhenti melakukannya di Euro 2025, aksi di Liga inggris tetap akan berlanjut.
Dengan kombinasi aturan ketat di lapangan dan pesan sosial yang kuat, musim Liga Inggris 2025/2026 dijanjikan akan menjadi salah satu yang paling disiplin dan penuh sorotan.
(Ali)