HUT Kemerdekaan RI ke-80, Ascott Waterplace Surabaya Ajak Seniman dan UMKM Lokal dalam Pameran Seni
irwan sy August 20, 2025 03:32 AM

SURYA.co.id, SURABAYA - Ascott Waterplace Surabaya menggelar acara seni dan budaya bertajuk 'Raya Indonesia'.

Event dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-80 ini menggandeng 17 institusi, pengrajin, galeri, dan seniman lokal dengan kiprah nasional untuk menggelar pameran karya sepanjang bulan Agustus.

Acara ini menghadirkan serangkaian program berbasis komunitas, mulai dari Art & Craft Takeover (ACT), Artalkshow, hingga Pasar Minggu, yang bertujuan membangkitkan semangat kemerdekaan sekaligus merayakan kekayaan kreativitas dan keberagaman Indonesia.

Budhi Sanjaya, General Manager Ascott Waterplace Surabaya, menjelaskan bahwa acara ini merupakan bagian dari komitmen Ascott untuk berkontribusi pada perkembangan UMKM lokal.

“Kami punya tagline ‘The Savour Art of Life’, di mana kami menerjemahkannya dengan memberi wadah bagi karya-karya lokal agar semakin dikenal,” ujar Budhi Sanjaya di Ascott Waterplace Surabaya, Selasa (19/8/2025).

Di antara 17 peserta ACT, terdapat nama-nama unik seperti Chop Value, yang menciptakan furnitur dari sumpit daur ulang, Rubysh Jewelry, perhiasan dari limbah logam dan Saat Senggang, yang memberdayakan perempuan sekitar melalui kerajinan rajut.

Selain itu, ada pula karya dari Indonesian Fashion Chamber, lukisan dari pelukis Lim Keng dan Patricia Thebez, serta buku biografi pelukis legendaris OH Supono.

Budhi menyebut, seluruh produk ini dijual di lokasi, dengan 100 persen keuntungan langsung diterima oleh para seniman dan perajin.

Selain pameran, diselenggarakan pula Artalkshow bertajuk 'The Impact of Art: A Creative Journey That Shapes Communities'.

Diskusi ini menampilkan Danny Hartanto Kristiawan (Art Director Orasis Art Space), Patricia Thebez (seniman lukis), dan Mila Wijaya (CEO Saat Senggang).

Danny menyebut bahwa Orasis Art Space hadir sebagai medium untuk menghilangkan batasan dalam seni.

“Kami tidak hanya berbicara tentang sebuah cerita yang ingin disampaikan, tetapi tentang keotentikan,” ungkapnya.

Sementara itu, Patricia Thebez menceritakan seni sebagai titik balik perjuangannya melawan isu kesehatan mental.

“Seni adalah jalan saya menemukan ketenangan. Saya ingin terus menjadi bagian dari cerita yang menginspirasi, khususnya bagi mereka yang berjuang dengan kesehatan mental,” katanya.

Mila Wijaya dari Saat Senggang menekankan nilai ketekunan di balik setiap produk rajutnya, di mana satu tas bisa memakan waktu pengerjaan hingga enam belas jam.

“Saat Senggang tidak hanya soal produk yang cantik, tapi juga bagaimana memberi makna bagi setiap perempuan untuk tumbuh,” tuturnya.

Kemeriahan berlanjut dengan Pasar Minggu, yang menawarkan berbagai kerajinan dan kudapan lokal.

Terdapat stan-stan menarik seperti Batik Yagasu yang menggunakan pewarna alami dari kayu, Corner by Orasis dengan aneka suvenir seni, dan Oktatelier yang menyajikan tenun siap pakai.

Tak hanya itu, pengunjung juga dimanjakan dengan kuliner dari Savas’t (artisan tea), Kitchen Denay (rendang dan sambal Minang), Baonderful (bakpao rendah kalori), dan Momami (dimsum).

Acara ditutup dengan workshop membatik Gulijat khas Banyuwangi dari Universitas Negeri Surabaya, yang menarik minat mayoritas tamu asing.

Suasana perayaan kemerdekaan semakin terasa dengan pertunjukan Tari Remo dan musik gamelan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.