TRIBUNNEWS.COM, SORONG - Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu mencabut laporannya terkait perusakan rumahnya pada Rabu (27/8/2025) pagi.
Para pelaku yang berjumlah lima orang dibebaskan dari tahanan.
Pembebasan berlangsung di lantai 3 kantor Gubernur Papua Barat Daya, Senin (1/9/2025).
Dengan demikian, total 23 warga ditangkap saat demo kini telah dibebaskan semua.
Mereka bebas disaksikan berbagai pihak, MRPBD, DPRP, Forkopimda, tokoh adat dan keluarga tahanan. Elisa Kambu mengatakan, pertemuan ini momen rekonsiliasi.
Komitmen ini menjaga keamanan di Sorong dan Papua Barat Daya ke depannya.
“Perbaikan kerusakan di kantor pemerintah akan menjadi tanggung jawab pemerintah,” katanya.
Kapolresta Sorong Kota Kombes Pol Amry Siahaan mengatakan, bahwa situasi di Kota Sorong kini berangsur kondusif.
Ia mengimbau masyarakat tidak mudah terprovokasi selebaran ajakan demonstrasi, beredar di media sosial.
Eks tahanan Elisa Bisulu menyampaikan permintaan maaf kepada gubernur.
Ia berjanji akan berupaya agar tidak ada lagi insiden serupa di masa mendatang.
5 tahanan bebas
Massa merusak rumah pribadi Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu pada Rabu (27/8/2025) pagi.
Selain pagar yang dirusak, empat mobil pribadi dan mobil dinas turut mengalami kerusakan.
Aksi penyerangan ini dipicu oleh pemindahan empat tahanan kasus Negara Federal Republik Papua Barat (NFRPB) ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Saksi mata menyebut massa datang membawa kayu dan batu, melempari kendaraan, serta memaksa masuk ke pekarangan rumah gubernur.
"Kacau ke sini, kacau ke sini. Tapi kacau ke sini untuk apa ya? Kan kalau mau demo, besok harusnya di kantor. Kenapa harus ke rumah?" ucap seorang saksi di lokasi.
Menurutnya, kejadian itu berlangsung cepat.
Saat suasana mencekam, sejumlah anak sekolah dan warga sekitar juga ikut panik dan berlari mencari tempat aman.
"Jam 7 ke 8 begitu. Anak-anak sekolah mau diantar ke sekolah juga jadi kacau. Ada yang lari ke sini, ada yang lari ke sana. Semua bingung," katanya.
Ia menceritakan, ajudan gubernur sempat bersiap mengamankan Elisa Kambu, disebut berada di lokasi saat penyerangan.
"Saya lihat ajudan-ajudan gubernur sudah siaga, siap naik mobil. Tapi massa makin ramai, teriak-teriak ‘bunuh, bunuh’. Saya takut sekali, akhirnya mundur masuk ke dalam rumah," ucapnya.
Sejumlah warga lain juga ikut lari menyelamatkan diri.
"Saya bersama mama juga ikut lari. Batu dan kayu sudah dilempar ke arah rumah, jadi lebih baik sembunyi," kata seorang ibu rumah tangga yang tinggal di samping kediaman gubernur.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian maupun pemerintah provinsi terkait motif penyerangan ini.
Aparat keamanan telah disiagakan untuk menjaga lokasi pasca kejadian agar tidak kembali terjadi kericuhan.
Penulis: Angela Cindy