Doa Nabi Ayyub saat Sakit, Rahasia Kesabaran yang Luar Biasa
Siti Nurjannah Wulandari September 05, 2025 07:33 PM

TRIBUNNEWS.COM - Doa Nabi Ayyub merupakan doa yang dapat dibaca untuk memohon kesembuhan bagi orang sakit.

Kisah Nabi Ayyub dan kesabarannya diabadikan dalam Al-Quran Surat Al-An'am ayat 84, Surat Al-Anbiya ayat 21, 83, 84, dan Surat Sad ayat 41, 42, 43, 44.

Dalam buku Indeks Al-Quran oleh Sukmadjaja Asyarie dkk, dijelaskan bahwa para ahli tafsir dan ahli sejarah mengatakan Nabi Ayyub adalah orang yang kaya dan memiliki beragam harta kekayaan seperti hewan ternak
dan tanah pertanian yang luas di daerah Hauran.

Allah mengujinya dengan mengambil kekayaannya dan menurunkan berbagai macam penyakit kepadanya, sehingga tidak satu pun anggota tubuhnya yang sehat kecuali hati dan lidah yang berdzikir kepada Allah.

Di laman Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Dr. H. Thobib Al-Asyhar, M.Si (Dosen Psikologi Islam SKSG Universitas Indonesia, Direktur GTK Madrasah, Kemenag RI) menjelaskan kisah Nabi Ayyub dan kesabarannya.

Nabi Ayyub diuji oleh Allah dengan hartanya yang habis, anak-anaknya meninggal dunia, dan penyakit kulit akut yang membuat beliau dijauhi oleh orang lain.

Keteguhan hati dan kesabaran Nabi Ayyub dalam menghadapi ujian menjadi pelajaran keimanan yang paling inspiratif.

Dalam laman resminya, Kementerian Agama RI menyebutkan doa Nabi Ayyub yang memohon kesembuhan dari penyakitnya.

Doa Nabi Ayyub

رَبِّ إِنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Rabbi innî massaniyadh-dhurru wa anta arḥamur-râḥimîn.

Artinya: “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkaulah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.”

Doa tersebut merupakan potongan dari Surat Al-Anbiya ayat 83 yang berisi doa Nabi Ayyub.

Ayat Al-Quran tentang Nabi Ayyub

Nabi Ayyub merupakan nabi yang sangat sabar dengan ujian yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Allah mengabadikan kisah dan kesabaran Nabi Ayyub dalam Al-Quran.

Q.S. Al-Anbiya [21]: 83-84

Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang."

Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka), sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.

Q.S. Sad [38]: 41-44

Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana." 

(Allah berfirman), "Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." 

Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.

Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).

Kisah Nabi Ayyub Alaihis-salâm

Dalam skripsi berjudul Penyakit Nabi Ayub dalam Al-Quran Menurut Ibnu Katsir dan Al-Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki al-Hasani oleh Farhan Faris, mahasiswa Magister jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Universitas PTIQ Jakarta tahun 2024, disebutkan mengenai kisah Nabi Ayyub.

Para ulama tafsir, ahli sejarah, dan pakar lainnya menyatakan Nabi Ayyub adalah seorang yang kaya dengan beragam harta seperti hewan ternak dan tanah pertanian yang luas di Hauran.

Menurut ahli tafsir dan sejarah, Ibnu Asakir, mengatakan kekayaan itu termasuk memiliki banyak anak dan anggota keluarga.

Namun, Allah mengambil semua itu dan mengujinya dengan penyakit-penyakit di tubuhnya, kecuali hati dan lidahnya yang selalu berdzikir kepada Allah.

Nabi Ayyub menghadapi ujian tersebut dengan tabah dan sabar.

Karena sakitnya, Nabi Ayyub diasingkan oleh masyarakat dan diusir dari kampungnya.

Istri Nabi Ayyub selalu menghormatinya dan memberikan perhatian yang besar, serta setia menemani dan memenuhi segala kebutuhannya.

Ketika harta Nabi Ayyub semakin menipis, istrinya bekerja untuk orang lain dan merawat suaminya.

Selama sakitnya, Nabi Ayyub selalu berprasangka baik kepada Allah dan menganggap semua itu kehendak Allah.

Di tengah misi dakwahnya, pengikut Nabi Ayyub meragukannya karena menganggap penyakit dan penderitaan Nabi Ayyub adalah akibat dosa kepada Tuhannya.

Mereka tidak percaya seorang Nabi bisa mengalami penderitaan sedemikian berat dan lama.

Nabi Ayyub kemudian memohon kepada Allah agar beliau bisa terus berdakwah kepada pengikutnya dan memohon kesembuhan atas penyakitnya.

Ada pun doa Nabi Ayyub diabadikan dalam Al-Quran Surat Al-Anbiya ayat 83: "Ya Tuhanku, sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkaulah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang."

Allah mendengar doa Nabi Ayyub dan menyembuhkannya dari penyakit serta penderitaan atas izin-Nya.

Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka), sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami. (QS. Al-Anbiya [21] : 84)

Ibnu Katsir, seorang ahli tafsir, hadis, fiqih, dan sejarah terkemuka, menjelaskan bahwa Nabi Ayyub mandi dan minum dari sumber air yang ia hentakkan dengan kakinya.

“(Allah berfirman), ‘Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.’” (QS. Al-Sad [38]: 42)

Nabi Ayyub kemudian pulih seperti sediakala karena Allah telah melenyapkan semua penyakitnya, sampai istrinya tidak menyadarai bahwa dia adalah suaminya.

Ibnu Katsir menjelaskan dalam Tafsîr al-Qur'an al-'Azhîm sebagai berikut:

Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, semuanya berkata: Yunus bin Abdul A'la mengabarkan kepada kami, Ibn Wahb mengabarkan kepada saya, Naafi 'bin Yazid mengabarkan kepada saya dari Uqail dari Ibn Syihab dari Anas bin Malik, semoga Allah meridhai dia, bahwa Rasulullah SAW berkata:

"Sesungguhnya Nabi Allah Ayub alaihissalam mengalami ujian selama delapan belas tahun, yang mana tidak seorang pun di dunia ini menyentuhnya kecuali dua orang yang merupakan saudara khususnya, yang selalu mengunjunginya. Mereka biasanya datang dan pergi kepadanya. Salah satu dari mereka berkata kepada temannya: "Demi Allah, Ayub telah berdosa dosa yang tidak pernah dilakukan oleh siapa pun di dunia." Sahabatnya bertanya: "Apa dosanya itu?" Dia menjawab: "Selama delapan belas tahun, Allah tidak pernah menunjukkan belas kasihan kepada Ayub. Dia mengalami penderitaan yang membuatnya menderita, dan ketika mereka datang kepadanya, orang itu tidak bisa menahan diri untuk menyebutkan hal itu kepadanya."

Ayub kemudian berkata: "Saya tidak tahu apa yang kamu katakan, kecuali bahwa  Allah tahu bahwa saya menasihati kedua orang ini agar selalu berdzikir kepada Allah yang Maha Kuasa, dan saya memberi sedekah atas nama mereka, karena saya tidak ingin mereka menyebut Allah kecuali dalam keadaan yang benar."

Ayub biasanya keluar untuk urusan-urusan pribadinya, dan ketika dia menyelesaikannya, istrinya akan menunggunya hingga dia pulang. Pada suatu hari, Ayub agak lama untuk kembali, dan Allah memberikan wahyu kepada Ayub bahwa dia harus "menyentuh tanah dengan kakinya ini, akan ada mata air dingin dan minuman."

Istri Ayub segera melakukan apa yang diperintahkan dan menunggu sambil melihat. Ketika Ayub kembali, Allah telah menghapus semua ujian yang menimpanya, dan dia kembali ke keadaan terbaiknya.

Ketika istrinya melihatnya, dia berkata: "Semoga Allah memberkati Anda. Apakah Anda melihat Nabi Allah ini yang telah diuji?" Dan demi Allah, saya tidak pernah melihat seorang pun yang lebih mirip dengannya seperti Anda, ketika dia dalam keadaan sehat." Dia menjawab, "Saya adalah orang itu."

Ayub memiliki dua tanaman, satu untuk gandum dan satu untuk barley. Allah mengirim dua awan, satu ke tanaman gandum yang penuh dengan emas sampai melimpah, dan yang lainnya ke tanaman barley yang penuh dengan perak sampai melimpah. Demikianlah menurut lafaz riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir.

(Yunita Rahmayanti)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.