Poin penting:
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Pujie Widodo
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Malam Jumat Kliwon di Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, terasa berbeda dari biasanya.
Di sebuah sanggar sederhana bernama Tri Purwo Budoyo, puluhan warga dari berbagai desa seperti Desa Jatiduwur, Desa Podoroto, Desa Kesamben, hingga Desa Pojokrejo berkumpul dalam suasana guyub.
Mereka datang bukan sekadar untuk berdoa, melainkan juga untuk meneguhkan komitmen bersama, menjaga warisan sejarah dan budaya yang pernah hidup di tanah Kesamben.
Acara bertajuk Ngaji Budaya Jumat Kliwon ini diawali dengan tahlil dan doa bersama, mengenang leluhur sekaligus memohon keselamatan bangsa.
Setelah itu, suasana berubah menjadi lebih hangat ketika narasi sejarah Wayang Topeng Jatiduwur dikisahkan, dilanjutkan dengan sesi sinau budaya. Kisah-kisah yang sempat nyaris terlupakan kembali dihidupkan lewat tutur kata para pegiat budaya.
“Insyaallah kegiatan ini akan kita lakukan rutin setiap malam Jumat Kliwon. Harapannya, warga semakin semangat belajar sekaligus melestarikan sejarah yang kita miliki,” ucap Isma Hakim, pengelola Wayang Topeng Jatiduwur saat dikonfirmasi pada Jumat (5/9/2025).
Tak hanya masyarakat sekitar, acara perdana ini juga dihadiri sejumlah tokoh, mulai dari RM. Kushartono dari Ndalem Pojok Wates Kediri, pemerhati sejarah sekaligus anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Jombang Arif Yulianto, pegiat budaya Agus Prasetyo, hingga aktivis lingkungan asal Kediri Ari Hakim. Menurut Ari Hakim, kegiatan ini memiliki nilai penting bagi generasi muda.
“Melestarikan sejarah bukan sekadar mengenang masa lalu, tapi juga memberi pelajaran hidup. Kita jadi tahu jati diri bangsa ini berasal dari peradaban yang besar,” ujarnya melanjutkan.
Agus Prasetyo menambahkan, gelaran semacam ini bisa menjadi pemantik bagi desa-desa lain di Kecamatan Kesamben.
“Semakin banyak warga yang ikut, semakin kuat pula kesadaran kita menjaga budaya lokal,” katanya.
Di balik gelaran budaya itu, terkuak pula jejak-jejak bersejarah yang menjadi kebanggaan warga Kesamben.
Arif Yulianto menyebut beberapa di antaranya, mulai dari kisah penyelamatan Raja Jayanegara yang berkaitan dengan Ki Ageng Jatiduwur.
"Keberadaan Ki Purwo dan Wayang Topeng Jatiduwur, hingga Prasasti Kusambyan yang diduga kuat merujuk pada wilayah Kesamben. Ada pula peninggalan berupa batu penanda tanah pardhikan area yang dulu dianggap suci," ungkapnya.
Sebagai penutup acara, dilakukan penyerahan bibit pohon Kosambi dari Ari Hakim kepada Isma Hakim.
Pohon ini dipilih bukan tanpa alasan. Kosambi merupakan tanaman ikonik yang erat kaitannya dengan identitas Kesamben