Unissula Semarang Masih Bungkam Soal Kasus Dugaan Dosen Aniaya Dokter di RSI Sultan Agung
raka f pujangga September 07, 2025 09:30 PM

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kasus dugaan kekerasan yang dialami dokter RSI Sultan Agung Semarang karena amarah oknum dosen Fakultas Hukum Unissula Semarang masih misteri.

Universitas Sultan Agung dan pihak rumah sakit pun masih belum bersedia berkomentar.

Dari informasi tersebut, Tribun Jateng mencoba untuk menghubungi pihak Humas Universitas Sultan Agung, Setiawan W.

"Saya masih belum tahu, masih menunggu petunjuk pimpinan. Kalau saya tahu dari Instagram," ujarnya saat dihubungi Tribunjateng, Minggu (7/9/2025).

"Belum ada pernyataan resmi atau klarifikasi dari yang bersangkutan,"

"Mungkin nunggu besok, saya menunggu konfirmasi dari pimpinan," jelasnya.

KEKERASAN TERHADAP DOKTER - Viral di jejaring media sosial, dugaan kekerasan terhadap dokter di RSI Sultan Agung Semarang yang diduga dilakukan seorang oknum dosen Fakultas Hukum asal Unissula.
KEKERASAN TERHADAP DOKTER - Viral di jejaring media sosial, dugaan kekerasan terhadap dokter di RSI Sultan Agung Semarang yang diduga dilakukan seorang oknum dosen Fakultas Hukum asal Unissula. (istimewa/Medsos Instagram)

Viral di Medsos

Viral di jejaring media sosial, dugaan kekerasan terhadap tenaga kesehatan di RSI Sultan Agung Semarang yang diduga dilakukan oleh seorang oknum dosen Fakultas Hukum asal Unissula.

Pada postingan tersebut memperlihatkan video teriakan histeris dan umpatan dari dalam ruangan.

Diketahui dari video tersebut merupakan oknum dosen asal Unissula Semarang marah dan mengumpat kepada dokter anastesi, menggunakan kata-kata kasar.

Pada postingan itu disebutkan oknum tersebut berteriak akan membakar RSI.

Membersamai video tersebut terdapat tangkapan layar percakapan yang beredar di media sosial mengungkap dugaan insiden tersebut.

Dalam percakapan tersebut disebutkan, oknum dosen yang diketahui sering melakukan kontrol rutin disebut-sebut memiliki kebiasaan meminta perlakuan khusus. 

Dia dikabarkan tidak mau menunggu antrean dokter dan selalu ingin dilayani lebih dahulu. 

Bahkan, dalam salah satu momen, pakaian seorang dokter diduga sampai ditarik dan dicakar.

Percakapan itu juga menyebut adanya pertimbangan pihak rumah sakit untuk tidak melanjutkan masalah ke ranah hukum karena faktor internal serta khawatir dengan dukungan yang dimiliki pihak keluarga pasien.

Selain itu, tangkapan layar tersebut memuat dugaan insiden saat proses persalinan.

Pasien disebut sudah dalam kondisi risiko tinggi, namun keluarganya tetap memaksa agar dilakukan persalinan normal, meski dokter menyarankan operasi caesar (SC) karena riwayat keguguran berulang. 

Situasi disebut semakin tegang ketika keluarga pasien menolak beberapa prosedur medis, sementara kondisi rumah sakit sedang padat kegiatan dan kekurangan tenaga.

Berikut percakapan dari screenshot percakapan postingan itu.

[6/9, 18.29] : setiap dia mau kontrol sama dok stef dia gamau yg nungguin dokter dan selalu mau nya urutan 1 tapi dokternya yg nungguin dia, pokoknya dia dtg dokternya udah ada jugaaa

[6/9, 18.29] : Kerah baju dok Astra sampe di tarik + di cakar  

[6/9, 18.29] : Karna katanya dokastra mikirin FK, kalo naik ke hukum ditakutkan yayasan tu bakal lebih condong ke bapaknya itu + FH, sedangkan FK gada backingan. Makanya dokastra kek yoweslah

[6/9, 18.29] : Jadi dia tuh udah G5P1A3 nahhh trs ttp maksa buat pervaginam (dg cttn dia gamau istrinya nangis kesakitan) dan nyuruh dok Astra buat tindakan LIA sdg indikasi LIA tuh harus pembukaan 5 nahh istrinya masih pembukaan 3, nah istrinya nangis" kesakitan dia teriak" manggil dok Astra posisi dok Astra lg hectic di ok banyak program dan kekurangan orang (dia teriak didepan pintu vk itu sampe kedengeran di rudis ibs)

[6/9, 18.29]: trs udah disaranin sc tp ttp gamau istrinya kesakitan

[6/9, 18.29]: nah disaranin sc karna kan udah abortus 3 kali kaannn

[6/9, 18.29]: awalnya tuh gamau pervaginam di vk jg maunya di bangsal firdaus karna lebih mewah.  (Rad)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.