TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Suara retakan terdengar pelan, lalu bergemuruh.
Tanah di tebing setinggi delapan meter itu tak lagi sanggup menahan beban.
Sekira pukul 10.00, Rabu (10/9/2025), tanpa hujan, longsoran besar menghantam rumah Suparmi (66), warga Karanganyar Legok RT 06 RW 04, Kelurahan Karanganyar Gunung, Kecamatan Candisari, Kota Semarang.
Talut bagian belakang pabrik es ambruk, menimbun aliran Sungai Legok sekaligus merusak rumah warga yang berdiri di tepiannya.
“Awalnya pondasi bawahnya pecah."
"Konstruksinya enggak kuat."
"Sudah sejak kemarin (Selasa—Red) ada retakan,” tutur Herman, tetangga Suparmi.
Herman menceritakan, dia sempat menghentikan tukang yang sedang bekerja di lahan tersebut, agar tidak melanjutkan sebelum pondasi dicek ulang.
Pagi itu, Herman bersama Totok, tetangganya, melihat tanda-tanda longsor.
Ia berteriak, memperingatkan Suparmi dan keluarganya.
Kemudian Suparmi bersama anak-cucunya naik ke rumah yang lebih tinggi.
Tak lama berselang, material tanah meluncur deras, menghancurkan rumah Suparmi.
“Untungnya semua sudah keluar."
"Kalau tidak, bisa habis semuanya,” kata Herman.
Namun bencana tak berhenti di sana.
Enam jam kemudian, pada pukul 16.00, hujan deras mengguyur di lokasi itu.
Air meluap, tersumbat timbunan longsor yang menutupi aliran kali.
Banjir bandang pun menerjang, menggenangi rumah Herman yang berada tepat di bantaran.
Banjir merendam empat rumah, termasuk rumah Suparmi.
“Air biasanya cuma lewat, tapi kali ini tersumbat, akhirnya rumah saya tenggelam,” ujar Herman.
Saat banjir datang, Herman sekeluarga terjebak di dalam rumah.
Saat air mulai naik, ia hanya sempat mengangkat sebuah kasur.
Tak lama, luapan deras menenggelamkan lemari, surat-surat penting, dan seluruh isi rumah.
“Saya baru angkat kasur, tahu-tahu air sudah naik semua."
"Lemari roboh, surat-surat enggak bisa diselamatkan,” tuturnya.
Di rumah Herman saat itu ada sembilan orang, termasuk keponakannya yang tuna netra.
Ia panik, tetapi masih sempat memerintahkan semua orang keluar rumah.
"Saya paling terakhir keluar, memastikan semua aman."
"Air itu sudah seleher saya (sekira 1,5 meter--Red)," ujarnya.
Mereka lari ke rumah warga yang lebih tinggi, meninggalkan semua harta benda.
“Intinya, tinggal bawa nyawa."
"Alhamdulillah, semua selamat, meski enggak ada yang bisa dibawa lagi,” ucapnya.
Kini, Suparmi dan keluarganya dievakuasi sementara ke sebuah kos terdekat.
Di Kelurahan Karanganyar Gunung, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, bencana datang dua kali.
Pagi longsor, sore banjir.
Bagi Herman, hari itu akan selalu diingat sebagai hari ketika tanah dan air bersekongkol mengguncang hidup mereka.
Sementara itu, Ketua RT 06 RW 04, Joko mengatakan, ada sekira 23 jiwa yang mengungsi usai kejadian tersebut.
"Ada 21 orang dewasa dan 2 anak."
"Saat ini mereka mengungsi," tuturnya.
Dalam kesempatan terpisah, Kalakhar BPBD Kota Semarang, Endro P Martanto mengatakan, berdasarkan tinjauan asesmen BPBD saat ini juga sedang proses memasukkan alat berat backhoe dan crane untuk pembersihan lokasi.
“Tapi kami masih terkendala dengan lokasi jalan yang nampaknya juga belum ada di lokasi longsoran,” kata Endro, pada Rabu malam.
Dia menambahkan, banjir di Karanganyar Gunung terjadi akibat longsor pondasi talut pabrik es kristal.
Pihak pabrik bertanggung jawab dengan menyewakan penginapan sebanyak 10 kamar dan siap mengganti segala kerugian.
“Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa."
"Adapun kerugian material belum dihitung,” kata Endro.
Dia menjelaskan, 10 kepala keluarga (KK) yang terdiri atas 35 jiwa terdampak longsor dan banjir Karanganyar Gunung.
“Satu rumah rusak parah terkena longsoran, sedangkan tiga lainnya rusak ringan,” katanya.
Dia menambahkan, untuk sementara sebanyak 9 kepala keluarga (KK) dievakuasi ke Kos Atlanta, Jalan Jangli.
“Untuk logistik warga yang mengungsi disediakan oleh pihak pabrik es,” ujarnya. (Rezanda Akbar D/Idayatul Rohmah)