Laporan Jafaruddin I Lhokseumawe
SERAMBINEWS.COM, LHOKSEUMAWE – Jenazah pasangan lanjut usia (lansia), Salamuddin (68) dan Rafia (70), korban kebakaran hebat di Desa Tumpok Teungoh, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, pada Jumat (19/9/2025) sore, dievakuasi dalam balutan kantong jenazah BPBD, ke Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) Aceh Utara.
Keduanya ditemukan sudah hangus terbakar setelah terjebak di dalam rumah. Sedangkan anak korban, Feri Saputra (38) mengalami luka bakar di kedua tangannya, dengan estimasi luka mencapai 10 persen.
Ia sempat dirawat di RS Kesrem Lhokseumawe dan kemudian diperbolehkan pulang dan diharuskan untuk berobat jalan.
Humas RSU Cut Meutia, dr Harry Laksamana kepada Serambinews.com, Senin (22/9/2025) menyebutkan kondisi jenazah korban sudah hangus terbakar seperti terlihat dalam foto-foto yang beredar.
“Mereka dibawa ke rumah sakit dalam balutan kantong dari BPBD,” ungkapnya.
Selain menewaskan Salamuddin dan Rafia, kebakaran itu juga menyebabkan empat kepala keluarga dengan 13 jiwa kehilangan tempat tinggal.
Sementara itu, seorang korban selamat, Feri Saputra (38), putra dari pasangan lansia tersebut, mengalami luka bakar di kedua tangannya saat berusaha menyelamatkan diri.
Feri sempat dirawat di Rumah Sakit Kesrem sebelum akhirnya diperbolehkan pulang.
Menurut dr Harry, RSU Cut Meutia sudah memiliki kapasitas menangani pasien luka bakar, kecuali jika kasus membutuhkan tindakan khusus seperti bedah plastik.
“Jika memerlukan konsultasi disiplin ilmu lain, misalnya bedah plastik, maka pasien akan dirujuk ke RSUD Zainoel Abidin di Banda Aceh,” jelasnya.
Selain luka fisik, RSU Cut Meutia juga menyiapkan layanan kesehatan jiwa untuk korban yang mengalami trauma.
“Penanganan dilakukan di Poliklinik Jiwa oleh psikiater dan perawat jiwa terlatih. Saat ini ada dua dokter ahli jiwa yang memberikan layanan rawat jalan maupun rawat inap bagi pasien dengan keluhan trauma, kecemasan, atau masalah kejiwaan lainnya,” tambah dr. Harry.
Menurut keterangan saksi, api diduga berasal dari aktivitas pembakaran sampah yang dilakukan Salamuddin di depan rumahnya.
Setelah itu, ia masuk ke dalam rumah menemani istrinya yang lumpuh. Namun, api tertiup angin dan menyambar dinding rumah yang berbahan kayu.
Kobaran api kemudian menjalar cepat ke rumah lain, termasuk milik Feri, dan semakin membesar setelah sebuah tabung gas meledak. Empat unit rumah dan satu gudang penampungan barang bekas hangus terbakar.
Sayangnya, Salamuddin dan Rafia tidak sempat menyelamatkan diri. Keduanya terjebak dalam kobaran api hingga meninggal dunia dengan luka bakar 100 persen.
Komandan Regu Pemadam Kebakaran Lhokseumawe, Ridwan, mengatakan petugas sempat kesulitan menjangkau lokasi karena gang sempit dipenuhi sepeda motor warga.
“Seharusnya bisa sampai lebih cepat, tapi akses terhalang motor warga. Armada harus memutar, dan api terlanjur membesar,” ujarnya.
Ia menegaskan pentingnya kesadaran masyarakat untuk memberi jalan ketika sirene mobil pemadam berbunyi.
“Kalau akses lancar, pemadaman bisa dilakukan lebih cepat sehingga bangunan lain bisa diselamatkan,” tegasnya.
Kebakaran di Tumpok Teungoh meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban serta warga sekitar.
Selain merenggut nyawa pasangan lansia, peristiwa ini juga membuat tiga keluarga lainnya kehilangan rumah dan seluruh harta benda.
Musibah ini sekaligus menjadi peringatan bahwa kewaspadaan terhadap aktivitas berisiko, seperti pembakaran sampah di kawasan padat penduduk, mutlak diperlukan.
Dukungan warga dalam memberi akses cepat bagi tim pemadam juga sangat menentukan keberhasilan meminimalisir dampak kebakaran.(*)