Grid.ID- Lonjakan kasus siswa keracunan MBG di Jawa Barat buat resah. Gubernur Dedi Mulyadi kemudian ambil tindakan tegas ini.
Angka kasus keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Barat terus meningkat. Bahkan, wilayah ini tercatat sebagai provinsi dengan insiden terbanyak secara nasional.
Sejak Senin (22/9/2025) hingga Kamis (25/9/2025), tercatat sebanyak 1.315 siswa mengalami keracunan massal di wilayah Bandung Barat. Di wilayah lain seperti Sukabumi, lima siswa juga mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan MBG pada Rabu (24/9/2025).
Sebelumnya, kejadian serupa juga dilaporkan terjadi di Garut pada Kamis (18/9/2025), dengan jumlah korban mencapai 150 siswa. Rangkaian insiden ini menambah daftar panjang kasus keracunan massal yang terjadi di berbagai daerah di Jawa Barat.
Kepala Staf Presiden (KSP) M Qodari mengungkapkan ada empat faktor utama penyebab keracunan MBG, yaitu sanitasi makanan yang buruk, pengolahan makanan yang tidak sesuai standar suhu, kontaminasi dari petugas, dan kemungkinan alergi pada sebagian siswa. Sementara itu, Ubaid Matraji dari JPPI menyatakan bahwa program MBG yang seharusnya menyehatkan justru telah menyebabkan ribuan siswa menjadi korban.
"Dalam sepekan terakhir terjadi lonjakan ribuan korban keracunan secara nasional per 14 September 2025, ada 5.360 anak korban keracunan MBG. Lebih lanjut, sampai 21 September 2025, korban keracunan bertambah menjadi 6.452 anak," ujarnya, dilansir dari TribunJabar.id.
Ia menyampaikan bahwa dalam kurun waktu satu minggu, jumlah anak yang menjadi korban keracunan MBG bertambah sebanyak 1.092 orang. Total kasus di berbagai daerah meliputi 2.012 kasus di Jawa Barat, 1.047 di Yogyakarta, 722 di Jawa Tengah, 539 di Bengkulu, dan 446 di Sulawesi Tengah.
"Kondisi yang tak normal ini mestinya pemerintah harus menetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan program dihentikan sementara untuk evaluasi menyeluruh," tutur Ubaid.
Permasalahanini kemudian mendorong Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk segera mengambil sikap tegas. Dedi menyatakan akan menentukan kelanjutan program MBG di Jabar ini, pada Senin (19/9/2025).
Sebelumnya, dia akan melakukan diskusi terlebih dahulu dengan Badan Gizi Nasional (BGN) wilayah Jawa Barat. Adapun, kasus terbaru yang menjadi perhatian serius Dedi yaitu insiden keracunan massal di Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Tercatat, sebanyak lebih dari 1.000 siswa mengalami keracunan sejak Senin (22/9/2025) hingga Rabu (24/9/2025). Akumulasi korban ini menambah daftar insiden di Jabar secara nasional telah mencatat lebih dari 5.000 korban keracunan sejak awal program di tahun 2025.
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa dia akan melakukan pertemuan evaluasi dengan kepala BGN perwakilan wilayah Jawa Barat. Hasil pertemuan itu akan menentukan apakah program MBG ini akan dilanjutkan atau dihentikan sementara.
"Nanti kita hari Senin akan bicara dulu dengan kepala perwakilan (BGN) wilayah Jawa Barat, bagaimana komitmen dia," ujar Dedi.
"Setelah melihat komitmennya, nanti pemerintah provinsi akan mengambil keputusan," tambahnya.
Sementara itu, melansir dari Kompas.com, mantan bupati Purwakarta ini juga menekankan tiga poin utama yang wajib dievaluasi bersama dengan BGN. Pertama yaitu melakukan audit dapur untuk mengetahui tingkat hidienitas tempat MBG diolah.
Kedua yaitu evaluasi bahan makanan dengan mengkaji ulang jenis-jenis bahan makanan yang digunakan dalam menu MBG. Terakhir yaitu mengevaluasi jam masak dan distribusi untuk memastikan nantinya makanan yang disantap siswa tak terlalu lama.
Hal ini dilakukan lantaran Dedi mengkhawatirkan risiko siswa keracunan MBG meningkat jika waktu antara masak dan konsumsi terlalu jauh. Adapun, dia berharap agar insiden ini menjadi perhatian serius agar program Presiden Prabowo ini bisa berjalan dengan baik.
"Karena kan kalau dimasaknya jam 12 malam, kemudian diantar ke siswanya jam 12 siang, waktunya terlalu lama," jelas Dedi Mulyadi.
"Sehingga harapan saya ke depan dapur itu didekatkan dengan sekolah, dan tingkat yang dilayani jumlahnya jangan terlalu banyak sampai ribuan," tegasnya.