bukan programnya yang disetop
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Lukmanul Hakim, menegaskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dievaluasi, namun tidak dihentikan karena hingga saat ini sudah dirasakan manfaatnya oleh lebih dari 20 juta anak sekolah, ibu hamil dan penerima lainnya di 38 provinsi Indonesia.
“Kalau ada beberapa hari lalu penerima MBG banyak keracunan, tentu harus ditingkatkan pengawasannya lebih baik, bukan programnya yang disetop," katanya usai acara Maulid Akbar dan doa bersama di Masjid Raya KH. Hasyim Asy'ari, Daan Mogot, Jakarta Barat, Minggu.
Penegasan tersebut disampaikan terkait 70 kasus keracunan sepanjang Januari hingga September 2025 dan dari puluhan kasus itu sebanyak 5.914 penerima program MBG terkena dampaknya, termasuk tujuh orang siswa di Jakarta Utara.
Oleh karena itu, ia tidak setuju jika program MBG dihentikan, tetapi sebaiknya bagaimana agar pengawasan dan prosedur operasi standar MBG ditingkatkan lagi sehingga tetap bisa memberi manfaat bagi penerimanya, khususnya mereka yang berkekurangan.
Meskipun ada sejumlah kasus dugaan keracunan yang dialami para murid penerima manfaat, Lumanul mengatakan bahwa program MBG telah menjangkau hingga 20 juta anak sekolah, ibu hamil dan penerima lainnya di 38 provinsi.
"Jadi, program ini tidak hanya beri makanan bergizi, tetapi juga gerakkan roda ekonomi lokal lewat penyerapan tenaga kerja. Itu juga berdayakan petani dan nelayan," ucapnya.
Menurutnya, MBG jadi program penting untuk membantu masyarakat, khususnya kalangan kurang mampu.
"Jadi, perlu terus berjalan dengan sistem pengawasan yang lebih ketat demi menjamin kualitas makanan," katanya.
Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) melaporkan ada 70 kasus keracunan sepanjang Januari hingga September 2025 dan dari puluhan kasus itu sebanyak 5.914 penerima MBG terkena dampaknya.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang saat jumpa pers di Kantor BGN, Jakarta, Jumat (26/9), menyatakan BGN bertanggung jawab penuh dan berjanji untuk berbenah agar kejadian serupa tak terulang ke depannya.
Dari 70 kasus itu, sembilan kasus dengan 1.307 korban ditemukan di wilayah I Sumatera, termasuk di Kabupaten Lebong, Bengkulu dan Kota Bandar Lampung, Lampung.
Kemudian, di wilayah II Pulau Jawa, ada 41 kasus dengan 3.610 penerima MBG yang terdampak dan di wilayah III di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali dan Nusa Tenggara ada 20 kasus dengan 997 penerima MBG yang terdampak.
Dari 70 kasus keracunan itu, penyebab utamanya ada kandungan beberapa jenis bakteri yang ditemukan, yaitu e.coli pada air, nasi, tahu, dan ayam. Kemudian, staphylococcus aureus pada tempe dan bakso, salmonella pada ayam, telur, dan sayur, bacillus cereus pada menu mie dan coliform, PB, klebsiella, proteus dari air yang terkontaminasi.