Cemara Udang, Yang Kasih Nama Ternyata Orang Madura, Cocok Buat Bonsai
Moh. Habib Asyhad October 14, 2025 03:34 PM

Cemara udang sedang ramai dibicarakan. Tamanan yang cocok untuk bonsai ini bayak ditemukan di Pantai Lombang, Madura.

---

Intisari hadir di whatsapp channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisar-Online.com -Belakangan ini orang-orang ramai menyebut satu jenis pohon cemara yang dikenal sebagai cemara udang (Casuarina equisetifolia). Bagaimana awalnya?

Semua bermula dari siniar milik Tempo, Bocor Alus Politik, yang membahas tentang awal perkenalan Presiden Prabowo dengan Dadan Hindayana yang sekarang adalah Kepala Badan Gizi Nasional. Dadan sendiri berlatar belakang Institut Pertanian Bogor (IPB).

Mengutip portal Tempo.co, Dadan mengaku bahwa awal perkenalannya dengan Prabowo adalah ketika Ketua Umum Partai Demokrat itu tengah mencari orang yang bisa mengobati cemara udang miliknya yang terserang penyakit.

Ketika itu Prabowo bertanya kepada Rachmat Pambudy, Kepala Bappenas, soal siapa yang bisa menyembuhkan tanaman kesayangannya itu. Rachmat kemudian menunjuk nama Dadan yang adalah koleganya sendiri.

Dari situ, perkenalan Dadan dan Prabowo menjadi lebih inten.

Yang kasih nama orang Madura

Cemara udang, mengutip Majalah Intisari edisi Januari 1992 (baca Bonsai, si Kontet dari Negeri Cina), yang pertama memberi nama adalah orang-orang Madura. Tak heran, karena cemara ini banyak tumbuh di sepanjang Pantai Lombang, Sumenep, Jawa Timur.

KTP Latinnya adalah Casuarina equisetifolia, tapi orang-orang kita lebih mengenalnya sebagai cemara laut atau cemara udang. Ia adalah jenis cemara dari golongan Casuarina, masih berkerabat dengan cemara sumatera dan cemara gunung.

Cemara laut atau cemara udang adalah jenis tanaman dengan pohon berumah satu dengan percabangan halus, dan pepagan berwarna coklat-keabu-abuan muda. Bagian batangnya yang masih muda bertekstur halus sedangkan batang yang tua bertekstur kasar, tebal, dan beralur.

Pepagan cemara laut berwarna kemerahan dan berbau harum. Daun daru cemara laut mudah gugur, tumbuh merunduk, berbentuk seperti jarum serta berwarna hijau-keabu-abuan.

Daun cemara laut mereduksi menjadi seperti lidi yang berruas-ruas dan berjumlah 7—8 tiap-tiap ruas. Seperti halnya tumbuhan berumah satu lainnya, cemara laut juga mempunyai bunga jantan dan betina.

Bunga jantannya berupa bulir memanjang, tunggal, dan terletak pada bagian terminal sedangkan bunga betina terletak pada cabang berkayu yang menyamping. Secara umum pohon ini berbentuk kurus dan banyak ditemukan di sepanjang pinggir pantai. Cemara jenis ini merupakan jenis cemara yang sesuai untuk dijadikan bonsai.

Mengutip Dkp.jatimprov.go.id, cemara laut atau cemara udang adalah temanan dengan sejuta manfaat. Tanaman ini disebut sebagai pioner yang tumbuh di dekat pantai untuk melindungi area pesisir. Bisa menahan angin kencang, mencegah abrasi, membendung hembasan gelombang, hingga meredam terpaan pasir yang menggulung sepanjang pantai.

Yang membedakannya dengan cemara jenis lain adalah batangnya yang meliuk-liuk hingga membungkuk – itulah kenapa ia, terutama oleh masyarakat di sekitar Pantai Lombang, Madura, disebut sebagai cemara udag. Alasan itu juga yang membuatnya dijadikan tanaman bonsai.

Perbedaan lain, jika sebagian besar cemara hidup di dataran tinggi yang relatif dingin, cemara laut atau cemara udang justru hidup di tepi pantai yang berpasir dan bersuhu panas. Cemara udang juga disebut punya toleransi tinggi terhadap garam.

Tidak cuma itu, cemara udang juga memberikan manfaat secara ekologis bagi tumbuhan sekitarnya, juga dapat menyuburkan tanah. Tanah yang pada prinsipnya gersang menjadi subur karena keberadaan tamanan yang katanya berasal dari Negeri Cina itu.

Cocok untuk bonsai

Tadi di atas lebih ke manfaat ekologis. Tapi selain itu, cemara udang juga bisa menjadi ladang cuan. Ia cocok untuk pemanis ruangan, penghias pekarangan, yang biasa terwujud dalam bentuk bonsai, mengutip Majalah Intisari, tanaman kuntet dari Cina.

Keberadaannya di sepanjang pantai juga menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan. Lihat saja bagaimana rerimbunan cemara udang menjadika Pantai Goa Cemara di Bantul, Yogyakarta, begitu terkenal hingga sekarang.

Terkait bonsai, Indonesia adalah negara yang kaya akan tanaman untuk bahan bonsai. Dulu, sekitar 1967 – 1970 orang hanya membuat bonsai dari pohon jenis Ficus (ara), karena jenis ini termasuk gampang dibentuk dan mudah merawatnya. Tapi dengan berkembangnya budaya bonsai di Indonesia dan semakin majunya ilmu pengetahuan, sekitar tahun 1980-an jenis-jenis tanaman baru mulai diperkenalkan.

Di antaranya, ulmus (Ulmus lariceofolia), kawista batu (Feronia lucida), pilang (Acacia leucophloea), jeruk kingkit (Triphasia trifolia), cemara duri (Quniperus rigida), cemara pua-pua (Cupressus papuanus), cemara udang (Casuarina equisetifolia), siantho atau dewondaru (Eugenia uniflora), serut (Streblus asper), asam (Tamarindus indica), landepan (Plectrohia horrida), dan banyak lagi yang lainnya.

Agak di luar topik sedikit tidak apa-apa ya. Perkembangan perbonsaian di Indonesia dengan sendirinya tidak lepas dari pengaruh organisasi perbonsaian (PPBI) yang didirikan pada 1979. Dengan masuknya Ismail Saleh, S.H. sebagai pelindung PPBI pusat, juga membawa angin segar perbonsaian di Indonesia.

Anggota penggemar bonsai pun semakin banyak. Dulu hanya 7 orang, sekarang berjumlah sekitar 3.000 orang. Menurut Budi Sulistyo, salah satu orang penting di PPBI, Indonesia sudah sepatutnya diperhitungkan di antara negara-negara maju di bidang perbonsaian, seperti Jepang, Cina, Korea, Australia dan Amerika. Bahkan, kita boleh berbangga, karena mempunyai bahan bonsai yang dianggap unggul sekarang ini, yaitu cemara udang.

Sebagaimana disebut di awal, cemara yang banyak tumbuh di Madura itu memiliki bentuk batang sangat khas dan eksklusif, bisa berkelok-kelok indah sekali, berbeda dengan cemara udang Bangkok, Hawaii, ataupun Taiwan.

"Di antara cemara udang di dunia, cemara udang kita merupakan yang terbaik," kata Budi Sulistyo yang sejak tahun 1977 menggemari seni bonsai. Cemara udang yang bagus untuk bahan bonsai, katanya, harganya bisa sangat mahal. Bisa mencapai jutaan rupiah.

Dikaitkan dengan legenda-legenda khas Madura

Yang menarik, keberadaan cemara udang di sepanjang Pantai Lombang dikaitkan dengan beberapa legenda ala masyarakat Madura.

Sebagaimana ditulis Sumenepkab.go.id mengutip Babad Sumenep, misalnya. Di situ diceritakan bahwa ada orang asing yang berniat menaklukkan Sumenep yang ketika itu diceritakan diperintah oleh tokoh legendaris bernama Joko Tole alias Ario Kudopanole atau Jaranpanole alias Pangeran Ario Secodiningrat III. Sementara orang asing itu adalah Dempo Awang.

Dempo Awang disebut punya perahu besar yang bisa terbang tapi nyatanyata bisa dikalahkan oleh Joko Tole. Bahkan perau milik Dempo Awang hancur lebur sehingga tiang-tiangnya berhamburan menancap di beberapa lokasi, salah satunya di perempatan Desa Pandian Sumenep. Konon katanya, legenda Dempo Awang ini punya keterkaitan dengan cemara udang yang dibawa dari Negeri Cina.

Sementara menurut Lontarmadura.com, cemara udang di Pantai Lombang dikaitkan dengan legenda Jaka Lombang dan Puteri Cemara Udang. Konon, di sana berdiri sebuah kerajaan yang makmur yang diperintah oleh raja yang bijak tapi sayang permaisurinya congkak dan suka pamer harta. Mereka punya seorag putra yang mewarisi sifat ayahnya, Jaka Lombang namanya.

Suatu ketika Jaka Lombang jatuh cinta dengan gadis desa bernama Radina. Tapi sang permaisuri tidak merestuinya. Dia memerintahkan putranya untuk mencari istri yang sepadan dengannya.

Permaisuri kemudian memerintahkan prajurit untuk menyingkirkan Radina. Hingga dibuanglah si gadis desa itu ke sebuah pula yang jauh di ujung mata. Jaka Lombang pun sedih hatinya.

Singkat cerita, terjadilah bencana kelaparan di Madura. Termasuk wilayah kerajaan di mana Jaka Lombang berada. Kelaparan terjadi di mana. Kerajaan yang awalnya makmur kini jadi melarat.

Raja pun semakin gelisah karena tidak ada pejabat kerajaannya yang bisa memberinya masukan bagaimana mengatasi bencana ini. Hingga kemudian sang putra, Jaka Lombang, mengajukan diri. Dia meminta izin untuk pergi merantau mencari solusi untuk mengatasi masalah di negerinya.

Raja pun mengizinkan sang pangeran. Dia berpesan, jangan pulang sampai kamu mendapatkan apa yang kita butuhkan.

Jaka Lombang pun berangkat bersama dua prajurit setianya. Suatu ketika, Jaka Lombang bertapa di sebuah hutan. Setelah berbulan-bulan lamanya, petunjuk itu ada. Wajahnya bersinar cerah menandakan dia mendapatkan jalan keluar.

Dia kemudian mengajak prajuritnya untuk membuat perahu yang akan digunakan untuk menyeberangi lautan menuju pulau di mana petunjuk itu berada. Pangeran menjelani satu pulau ke pulau yang lain hingga sampailah dia di sebuah pulau yang disebut sebagai Nusa Udang.

Di situ, Jaka Lombang bertemu dengan putri cantik jelita, putri yang dia lihat dalam semadinya. Kepada putri inilah dia harus meminta pertolongan untuk mengatasi bencana kelaparan di negerinya.

Tapi tunggu dulu, sepertinya pangeran mengenal putri cantik itu. Benar, dia adalah Radina, perempuan desa yang dia cintai dulu. “Bukankah engkau Radina yang amat kucintai?” begitu pangeran bertanya.

Sang putri hanya menjawab bahwa dia bukan Radina lagi. Radina yang lama telah pergi. “Aku adalah Putri Cemara, penguasa Nusa Udang,” ujarnya.

Rupanya Putri Cemara sudah tahu tujuan kedatangan sang pangeran. Dia pun memberinya sebuah bungkusan yang harus diserahkan kepada raja. Jaka Lombang pun kembali ke kerajaan.

Dengan disaksikan sang raja, Jaka Lombang pun membuka bungkusan itu dan ternyata isinya adalah potongan rambut dan kuku. Dia pun kaget, apa yang sebenarnya makna bungkusan itu.

Tapi sebagaimana diperintahkan sang putri, Jaka Lombang segera menyebar isi bungkusan itu tak jauh dari pantai. Ajaib, dari potongan-potongan itu tumbuh pohon cemara yang bentuknya seperti barisan udang yang bergerak-gerak karena tertiup angin.

Semakin hari, jumlah cemara itu semakin banyak sehingga tanah di sekitarnya menjadi subur. Tak hanya itu, para nelayan juga kembali memperoleh tangkapannya, sementara para petani tak henti dengan panennya.

Untuk menghormati sang putri, raja kemudian menyebut cemara itu sebaga cemara udang sementara pantainya adalah Pantai Lombang.

Sementara itu, Kompas.com mencatat berdasarkan cerita warga sekitar, ada sekelompok penjelajah asal Cina di bawah pimpinan Jenderal Ong Kong Heng sampai di Laut Jawa yang bertujuan berkunjung ke Kerajaan Majapahit. Sayangnya, sebelum sampai di Majapahit kapalnya kandas di Semarang, dan Sang Jenderal meninggal dunia.

Sisa pasukan yang berusaha melanjutkan perjalanan pun tak berhasil mendarat, karena kapal mereka kandas di Kepulauan Masalembu, kepulauan kecil di tengah Laut Jawa di antara Pulau Madura dan Kalimantan.

Banyak prajurit yang tewas dan barang-barang bawaan mereka hanyut di laut. Termasuk bibit cemara udang yang akhirnya terdampar di pantai Lombang.

Terlepas dari versi mana yang benar, yang jelas, masyarakat Madura, terutama Sumenep, begitu bangga dengan cemara udang yang menjadi ikon Pantai Lombang kebanggan Sumenep.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.