Beras Analog Cepat Saji dari Umbi Garut dan Tulang Ikan Buatan Mahasiswa UNAIR
kumparanFOOD October 16, 2025 01:40 PM
Pernah mendengar istilah beras analog atau beras tiruan? Beras analog memiliki bentuk yang sangat mirip dengan beras asli, hanya saja warnanya sedikit berbeda biasanya lebih kekuningan karena menyesuaikan bahan dasar yang digunakan.
Meski begitu, dari segi tekstur dan cara penyajiannya, beras analog tidak jauh berbeda dari beras biasa yang kita konsumsi sehari-hari. Menurut Ahli Gizi Universitas Airlangga (UNAIR), Lailatul Muniroh, beras analog dapat menjadi pangan alternatif pengganti beras karena terbuat dari bahan selain padi, seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, atau bekatul.
Menariknya, kini muncul inovasi baru dari mahasiswa UNAIR yang membawa konsep beras analog dengan sentuhan teknologi modern. Tim yang terdiri dari Mohammad Pradana Setyawan (D4 Teknologi Radiologi Pencitraan), Muhammad Kevin Mulki Hakim (S1 Teknik Industri), dan Irvan Betrando Banjarnahor (S1 Manajemen) berhasil menciptakan beras analog cepat saji yang dilengkapi teknologi self-heating.
Menurut Kevin, ide ini berawal dari permasalahan di masyarakat akibat urbanisasi yang semakin bergantung pada makanan cepat saji karena padatnya aktivitas kerja. Sayangnya, sebagian besar makanan cepat saji memiliki indeks glikemik tinggi yang tidak baik untuk kesehatan.
Dari situlah, tim Swasembada ini berupaya menghadirkan solusi pangan sehat melalui hilirisasi umbi garut dengan fortifikasi nano kalsium dari tulang ikan.
Dengan dukungan teknologi self-heating, produk inovatif ini nantinya bisa matang tanpa proses memasak, sehingga cocok untuk masyarakat modern yang menginginkan makanan praktis, sehat, dan ramah lingkungan. Terlebih lagi, GARNUSA dikemas menggunakan bahan biodegradable.
"Kami ingin membuktikan bahwa mahasiswa UNAIR mampu menghadirkan solusi nyata dan berdampak bagi masyarakat sekitar," kata Kevin, dikutip dari laman UNAIR, Senin (13/10).
Lebih dari sekadar inovasi pangan, GARNUSA juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang luas. Kevin menjelaskan, inovasi ini bisa menjadi alternatif makanan cepat saji yang sehat dan aman untuk berbagai kelompok usia.
Selain itu, proyek ini juga meningkatkan nilai tambah umbi garut serta memanfaatkan limbah tulang ikan yang selama ini jarang digunakan masyarakat.
Kevin menegaskan komitmen timnya untuk mendukung pembangunan berkelanjutan melalui sektor perikanan dan pertanian lokal. "Kami berharap GARNUSA bisa menjadi penggerak hilirisasi umbi garut di Indonesia serta meningkatkan nilai tambah limbah tulang ikan," jelasnya.
Berkat inovasi ini, Kevin dan tim berhasil lolos pendanaan hingga tahap presentasi dalam ajang Kompetisi Mahasiswa Nasional Bidang Ilmu Bisnis, Manajemen, dan Keuangan (KBMK) 2025 yang diselenggarakan Kemendikbudristek RI.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.