BOLASPORT.COM - Timnas Indonesia akhirnya gagal di putaran keempat Kualfikasi Piala Dunia 2026.
Di bawah Patrick Kluivert, timnas harus tumbang saat berhadapan dengan Arab Saudi dan Irak.
Hasilnya, peluang yang sudah dekat menuju Piala Dunia harus kembali menjadi mimpi.
PSSI kemudian bergerak cepat dengan sepakat mengakhiri kerja sama dengan Patrick beserta stafnya.
Namun, kerugian besar harus diterima Indonesia karena bisa melaju jauh di babak kualifikasi bukan hal yang mudah.
Media global asal Amerika Serikat, ESPN memberikan sorotan untuk masalah ini.
Menurutnya, PSSI harus buka suara karena pergantian pelatih dari Shin Tae-yong menuju Patrick Kluivert terbukti gagal.
Mereka menilai bahwa suporter timnas berhak menerima penjelasan terkait masalah ini karena ini benar-benar hal yang tidak masuk akal.
"Namun demikian, pada waktunya, harus ada bentuk pertanggungjawaban karena apa yang terjadi pada tahun 2025 jauh dari keadaan normal."
"Jika ada yang berhak mendapatkan penjelasan, itu adalah para penggemar Indonesia yang telah lama menderita."
"Yang telah melalui begitu banyak hal dalam perjalanan mereka untuk dapat bermimpi lagi, hanya untuk melihatnya terancam hancur di luar lapangan," tulis ESPN.
Masih dari media yang sama, secara komposisi tim, skuad Garuda bisa bersaing untuk kualifikasi Piala Dunia 2030.
Tentunya, banyak aspek yang harus dievaluasi dan semua pihak diminta memiliki visi yang sama.
Apalagi, Indonesia memiliki kans besar untuk bisa menghadapi tim-tim kuat di kawasan Asia.
"Indonesia tentu harus melihat kampanye kualifikasi Piala Dunia terbaru sebagai sebuah pencapaian."
"Sebagai motivasi bahwa mereka sebenarnya bisa melangkah jauh hingga 2030," terangnya.
Selanjutnya, mereka juga menyoroti keputusan federasi yang terbukti kurang tepat.
Contohnya, mengganti Shin adalah salah satu cara mematikan momentum skuad Garuda yang sedang baik.
Di sisi lain, Patrick gagal melaksanakan tugasnya dan membawa performa timnas semakin menurun.
Meereka menilai bahwan harus ada kesamaan pandangan agar PSSI tidak kembali melakukan kesalahan yang justru memberikan kerugian besar.
"Untuk itu terjadi, diperlukan apa yang tampaknya menjadi kata kunci saat ini dari PSSI: strategi."
"Hal itu tidak berarti melakukan perubahan mendadak dalam pemilihan pelatih hanya karena perubahan komposisi skuad."
"Juga bukan berarti harus berpisah dengan pendahulunya sebelum setengah jalan dari apa yang seharusnya menjadi babak berikutnya dalam perjalanan jangka panjang Indonesia."
"Saat ini, meskipun Indonesia menjanjikan banyak hal baik di lapangan, semuanya terasa sangat aneh," tutupnya.