TRIBUNJATIM.COM - Sempat viral menikahi dua wanita dalam waktu dua hari, pria asal Sulawesi Selatan, Rusli, kini diceraikan istri pertamanya.
Padahal pernikahan Rusli dan kedua istrinya belum sampai sebulan bersama.
Namun, istri pertama mengaku tak kuat dan bakal menceraikan suaminya.
Diberitakan, Rusli menikahi dua perempuan sekaligus, Warni dan Kasma, hanya dalam selisih dua hari, yakni pada Minggu, 5 Oktober 2025, dan Selasa, 7 Oktober 2025.
Kisahnya sempat dianggap sebagai cinta segitiga penuh komitmen dan toleransi.
Namun, belum genap satu bulan sejak pernikahan tersebut dilangsungkan, rumah tangga mereka mulai goyah dan menghadirkan konflik tak bisa dihindari.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Warni yang merupakan istri pertama Rusli, secara mengejutkan menggugat cerai suaminya.
Padahal, Warni bukanlah orang asing bagi Rusli.
Ia adalah cinta lamanya sejak duduk di bangku sekolah, dan kisah mereka telah terjalin sejak lama.
Hubungan yang dahulu penuh harapan dan kenangan manis tersebut kini berubah menjadi luka yang dalam bagi Warni.
Ia merasa dikhianati oleh orang yang paling dipercayainya.
Baru dua minggu dinikahi, Warni merasa tidak dihargai sebagai istri pertama.
Terlebih ketika Rusli justru lebih sering menghabiskan waktu bersama istri keduanya.
Rasa kecewa dan tersisih mulai menghantui Warni, terutama saat ia merasa ditinggalkan tanpa perhatian dan kasih sayang dari suaminya.
Pernikahan yang seharusnya menjadi ikatan suci kini berubah menjadi beban emosional bagi Warni, yang berusaha tetap kuat di tengah badai rumah tangganya.
Kepala Desa Bonto Majannang, Abdul Hafid, membenarkan bahwa hubungan antara Warni dan Rusli kini tengah berada di ujung tanduk.
"Rusli tidak pernah lagi datangi rumahnya Warni setelah menikah, makanya Warni keberatan (minta cerai)," kata Hafid kepada Tribun-Timur.com, Sabtu malam, 18 Oktober 2025.
Bahkan, menurut penuturan Hafid, saat Warni mengalami kecelakaan dan jatuh dari sepeda motor, Rusli tidak sedikit pun menunjukkan empati.
"Yang datang cuma keluarga Rusli tiga mobil, tapi kata orang bukan keluarga Rusli yang ditunggu menjenguk, tapi suaminya, Rusli," lanjut Hafid menjelaskan.
Warni tetap mencoba bertahan, karena sejak awal ia sudah berkomitmen untuk membangun rumah tangga bersama Rusli meski harus dimadu.
Namun, pengorbanannya tersebut seakan tidak mendapat balasan yang setimpal ketika sikap Rusli mulai berubah dingin dan tak peduli.
Rusli lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah istri keduanya, Kasma.
Sementara Warni merasa ditelantarkan dan tidak mendapatkan keadilan.
"Saya salut sama Warni, mentalnya memang kuat, kaya tidak ada bebannya, padahal Warni selalu setuju, dimadu juga siap," ujar Hafid memuji ketegaran Warni.
Meski merasa disakiti, Warni tetap mencoba mencari penyelesaian dengan cara kekeluargaan dan datang ke rumah Rusli bersama keluarga besarnya.
Sayangnya, saat itu Rusli tidak ada di tempat, karena ia sedang berada di rumah istri keduanya.
"Waktu itu hari Jumat (17 Oktober 2025), Rusli diminta datang ke rumahnya menemui Warni, tapi Rusli sempat bilang tunggu, nanti setelah salat Jumat," tutur Hafid mengisahkan.
Mendengar respons yang terkesan menunda-nunda itu, ayah Rusli pun tak mampu menahan amarahnya.
Sang ayah bahkan mengutus seseorang untuk menjemput Rusli secara paksa agar segera datang menemui Warni dan keluarganya.
"Sesampainya di rumah, kesepakatan muncul agar Warni dan Rusli bertemu di KUA Senin besok (20 Oktober 2025) untuk menuntaskan buku nikah yang sempat ditangguhkan," jelas Hafid lagi.
Pertemuan di Kantor Urusan Agama tersebut rencananya akan menjadi titik akhir penentuan nasib rumah tangga mereka, apakah akan terus bertahan atau berakhir.
"Setelah mengurus buku nikah dan kalau Rusli memang sudah tidak mau, maka Warni mau urus pisah (cerai gugat)," tambah Hafid memberikan keterangan.
Warni juga sudah mulai mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan, termasuk jika harus hidup sendiri kembali sebagai janda.
"Warni mau memperjelas statusnya, katanya tidak apa-apa menjanda," ucap Hafid mengutip pernyataan Warni.
Di sisi lain, kepada keluarga Warni, Rusli secara terbuka mengakui bahwa ia merasa tidak mampu menunaikan tanggung jawab sebagai suami dari dua istri sekaligus.
"Pernyataannya Rusli ke keluarganya Warni waktu itu, 'Saya tidak bisa nafkahi dua-dua, merasa tidak berbuat adil'," terang Hafid.
Pengakuan ini membuat keluarga besar Warni semakin mantap untuk menyarankan agar Warni mengakhiri pernikahan yang hanya menyisakan kekecewaan.
Meski pahit, keputusan untuk bercerai dianggap sebagai langkah terbaik demi menjaga harga diri dan kesehatan mental Warni.
Kini, Warni menantikan hari Senin di KUA dengan perasaan campur aduk, antara luka yang belum sembuh dan harapan untuk menata hidup baru tanpa Rusli.