TRIBUNNEWS.COM - Ibu dan anak menjadi korban ambruknya rumah di Jalan Batu Butok No 48 RT 60, Kelurahan Muara Rapak, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada Minggu (19/10/2025) dini hari.
Peristiwa itu terjadi saat hujan deras disertai angin kencang yang mengguyur Kota Balikpapan.
Mulanya, suara keras dari arah lereng membangunkan warga sekitar.
Beberapa menit kemudian, mereka mendapati satu rumah sudah rata dengan tanah.
Sejumlah warga berupaya menyingkirkan puing-puing kayu dan atap rumah yang roboh di kawasan Batu Butok, Kelurahan Muara Rapak, Balikpapan Utara.
Dalam gelap dan kondisi hujan, mereka bekerja sama mencari korban yang tertimbun reruntuhan bangunan.
"Kami langsung melapor karena terdengar suara seperti tanah longsor," ujar seorang warga.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balikpapan, Usman Ali, membenarkan adanya laporan bangunan roboh tersebut.
Setelah laporan masuk, tim gabungan langsung menuju lokasi untuk melakukan evakuasi korban.
"Begitu laporan diterima, tim langsung kami turunkan untuk melakukan pencarian dan penanganan darurat," jelasnya.
Dihimpun TribunKaltim.co, dua penghuni rumah bernama Lela (43) dan Amanda Putri (15) ditemukan meninggal dunia di lokasi.
Sementara Indriani Saila (18) dan Maulina (8) mengalami luka-luka dan telah dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Petugas gabungan dari TRC PB, Sektor Gunung Samarinda, dan Sektor Balikpapan Barat turut bekerja sama dengan Babinsa, Bhabinkamtibmas, Linmas, Satpol PP, relawan, serta warga setempat untuk mengevakuasi korban dan membersihkan reruntuhan bangunan.
Usman menuturkan, penyebab pasti robohnya rumah masih dalam penyelidikan.
Namun, warga setempat tidak menampik bahwa kondisi tanah di kawasan Muara Rapak tergolong labil dan rawan longsor saat curah hujan tinggi.
Adapun lokasi tersebut kini telah terpasang garis polisi.
Garis polisi membentang mengelilingi area reruntuhan untuk mengamankan lokasi sekaligus memastikan proses penyelidikan berjalan aman.
Korban Sudah Diingatkan Soal Kondisi Rumah
Lurah Muara Rapak, Bima Wibisono, mengatakan, pihak kelurahan sejak awal telah melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan BPBD Kota Balikpapan, TNI, Polri, serta RT setempat dalam proses penanganan di lapangan.
“Kami, pihak kelurahan bersama perwakilan pemerintah kota, menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Semoga almarhum diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan,” ujar Bima, Minggu (19/10/2025).
Ia menjelaskan, berdasarkan laporan dari BPBD, drainase di kawasan tersebut sebenarnya berfungsi secara baik.
Namun, kondisi bangunan rumah korban yang sudah rapuh dan fondasi yang tidak kuat menjadi penyebab utama robohnya rumah saat hujan deras mengguyur Balikpapan dini hari tadi.
Hasil pengecekan di lapangan menunjukkan struktur bangunan rumah memang sudah tidak kuat.
Dindingnya kropos, fondasi lemah, dan tidak seimbang antara bangunan bawah dan atas.
"Pemilik rumah sebelumnya juga sudah diingatkan untuk mencari tempat tinggal lain karena kondisi bangunan yang membahayakan,” jelas Bima.
Bima menambahkan, musibah ini menjadi peringatan bagi warga di wilayah perbukitan agar lebih waspada terhadap potensi pergerakan tanah, terutama di musim penghujan.
Dirinya meminta warga segera melapor ke pihak RT, kelurahan, atau BPBD jika melihat tanda-tanda tanah bergerak atau muncul retakan di sekitar rumah.
“Kami tidak bosan-bosannya mengingatkan warga, terutama yang tinggal di lereng, agar waspada," kata Bima.
"Jika terlihat ada pergerakan tanah, segera lapor. Jangan menunggu sampai terjadi hal yang lebih parah,” ujar Bima.
Selain membantu koordinasi evakuasi korban, Kelurahan Muara Rapak juga mengimbau warga yang tinggal di satu deret dengan rumah korban untuk melakukan kerja bakti membersihkan sisa puing serta memperkuat pondasi rumah masing-masing.
“Kami sudah minta warga sekitar lokasi untuk kerja bakti dan tetap dipantau oleh BPBD. Ini penting untuk memastikan tidak ada pergeseran tanah lanjutan,” katanya.
Pihak kelurahan juga berencana berkoordinasi dengan kecamatan dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Balikpapan untuk memperkuat struktur tanah di wilayah RT 60, termasuk rencana pembangunan tembok penahan tanah (retaining wall).
“Kita akan bicarakan solusi jangka panjang dengan dinas teknis, supaya ada penanganan permanen. Ini bagian dari upaya bersama agar kejadian serupa tidak terulang,” ungkap Bima.
Dimakamkan Satu Liang Lahat
Suasana haru menyelimuti prosesi pemakaman ibu dan anak yang menjadi korban ambruknya rumah di Jalan Batu Butok No. 48, RT 60, Kelurahan Muara Rapak, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Minggu (19/10/2025) dini hari.
Keduanya diketahui berinisial, NR (45) dan anaknya AMD (16), dimakamkan dalam satu liang lahat di Pemakaman Tangki Satu, Jalan Batu Butok, Gunung Empat, Kelurahan Muara Rapak sekira pukul 12:00 Wita.
Sementara dua anggota keluarga lainnya, Maulina (9) dan Indri (19), masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit karena mengalami luka-luka cukup serius akibat tertimpa reruntuhan bangunan.
Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 01.30 Wita, saat hujan deras disertai angin kencang mengguyur wilayah Balikpapan.
Rumah milik korban yang berada di tepi lereng itu tiba-tiba ambruk setelah fondasinya tak mampu menahan pergerakan tanah yang labil akibat guyuran air hujan.
Menurut warga sekitar, rumah tersebut memiliki struktur bertipe kolong di bagian bawah, sementara bagian atas dibangun dengan material semi permanen dan beton.
Ketidakseimbangan konstruksi ini diduga menjadi penyebab utama rumah roboh saat tanah di bawahnya mulai bergerak.
Warga masih tertidur pulas, tiba-tiba ada suara gemuruh sangat keras dari arah rumah bawah.
"Kami langsung lari ke sana, ternyata rumahnya sudah ambruk. Warga kemudian bergegas membantu mengevakuasi penghuni yang masih di dalam reruntuhan,” ujar Said, salah satu warga sekitar yang pertama kali mengetahui kejadian tersebut.
Sementara itu, Ketua RT 60, Lutfi Adi, membeberkan bahwa keluarga korban sudah lama tinggal di rumah tersebut.
Mereka terdiri dari empat orang anak dan suami istri bekerja serabutan.
“Mereka sudah tinggal di situ sejak awal tahun 2000-an. Sebenarnya sudah kami himbau agar mengosongkan rumah karena dindingnya mulai retak. Bahkan, di sekitar lokasi itu sebelumnya sudah pernah terjadi rumah ambruk juga,” ungkapnya.
Namun, menurut Lutfi, korban memilih tetap bertahan di rumah itu lantaran tidak memiliki tempat tinggal lain.
“Korban pernah bilang; kalau kami pindah, tinggal di mana lagi pak, ini rumah kami satu-satunya," ucap Lutfi menirukan pernyataan korban beberapa waktu lalu.
Sementara itu, suasana di lokasi makam juga tampak diwarnai kekeringan. Keluarga kurban menyaksikan prosesi pemakaman sumbari mengirimkan doa terbaik kepada almarhum.
Suasana pemakaman juga tanpa tenang, keluarga terlihat tenang dan mengikhlaskan kepergian anggota keluarga mereka.
Tragedi ini menjadi pengingat bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah rawan longsor atau di lahan berkontur curam, untuk lebih waspada terhadap kondisi bangunan, terutama di musim hujan.