Cerita UMKM Tasikmalaya, Catat Lebih Cerdas dengan Manfaatkan Teknologi Finansial
Content Writer October 22, 2025 09:33 AM

TRIBUNNEWS.COM - Di tengah dinamika bisnis modern dan kompetisi persaingan usaha yang semakin ketat, pelaku usaha dituntut adaptif terhadap perubahan. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana tetap bertahan sekaligus bersaing di tengah arus digitalisasi yang terus bergerak cepat. 

Cara pandang soal berbisnis modern itu kini mulai tumbuh di pengusaha UMKM, saat mengikuti pelatihan ‘Kelas Tunai’: UMKM Naik Omset Lewat Literasi Finansial di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Diikuti sekitar 100 lebih peserta, di mana sebagian besar dihadiri oleh pengusaha pemula dari wilayah sekitar. Mereka ikut dalam pelatihan membahas strategi pengembangan bisnis di ranah digital serta pentingnya disiplin dalam mengelola keuangan.

“Ibu, bapak di sini siapa yang masih menyatukan uang buat usaha dan buat keperluan pribadi. Siapa yang lebih besar pasak daripada tiang?,” tanya pemateri sekaligus trainer, Anggia Ayu Saraswati, saat membuka pelatihan di gedung PLUT Kabupaten Tasikmalaya.

Sontak pertanyaan yang diajukan Anggia itu mendapat tanggapan cepat. Lebih dari 30 peserta mengangkat tangan, bahkan beberapa bercerita bahwa mereka masih menjalankan bisnis masih menggunakan metode manual dalam pencatatan keuangan. Bahkan ada beberapa, masih mengandalkan buku kas panjang bergaris atau buku akuntansi tulisan tangan.

“Ya selama ini pakai buku kadang, kadang juga dicatat di HP, terus pindahin ke Whatsapp,” ujar Endang Wahyudin (32), penjual beras dan juga kebutuhan pokok.

Lantas, Endang bercerita tentang pengalamannya selama membuka toko kelontong untuk kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari. Bersama sang istri, ia baru dua tahun belakangan berjualan lewat eCommerce. Jika bagi sebagian orang e-commerce identik dengan perluasan pasar, bagi Endang justru yang paling terasa adalah kemudahan transaksi antara dirinya dan pembeli.

Sekarang, Endang sudah rutin menggunakan eCommerce. Ia mengaku, hanya memanfaatkan platform belanja daring semata-mata prosesnya yang praktis. Mulai dari transaksi yang cepat hingga pencairan hasil penjualan yang tidak memakan waktu lama. Namun, belum sampai ke tahap pencatatan keuangan sebagaimana bisnis profesional dijalankan.

“Pelajaran baru lagi, setelah dikasih tahu tadi, ternyata di Seabank kalau orang ada bayar di sana. Saya bisa juga cetak (print) pencatatan pembelian dari pembeli dan juga catatan-catatan saya belanja apa. Lebih gampang, gak perlu catat-catat lagi di HP,” ujar Endang. 

Ia juga mengaku  bakal mendalami fitur riwayat di aplikasi SeaBank mengenai pencatatan keuangan. “Saya juga nanti mau misahin, mana uang belanja dan mana buat keperluan dagang. Masih ngecampur. Perlu ngobrol lagi sama istri,” tambah Endang.

Sementara itu, Rini Andriani, pengusaha UMKM keripik pisang asal Tasikmalaya yang sudah malang melintang di Tasikmalaya ini justru merasakan hal penting lain dari pelatihan yang diinisiasi Kementerian UMKM dan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya ini.

Menghadirkan pemateri atau trainer dari ShopeePay dan Seabank, ia baru sadar ternyata pencatatan yang dilakukan oleh dia bersama pegawainya belum menyentuh beberapa hal soal pencatatan keuangan yang lebih menyeluruh. Salah satu diantaranya mengenai soal kesiapan dana darurat yang harus dimiliki oleh para pengusaha UMKM. 

“Dana darurat untuk berbagai keperluan ternyata harus satu sampai tiga kali lipat dari biaya operasional di waktu normal. Soal neraca keuangan, laba-rugi tadi juga disampaikan, sampai urusan pajak. Semua perlu dihitung hingga untung bersihnya berapa,” kata Rini. 

Di kesempatan yang sama, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tasikmalaya, Endang Syahrudin, berharap para peserta dapat memanfaatkan pelatihan ‘Kelas Tunai’ ini dengan maksimal.

Pelatihan ini, kata Endang, merupakan kesempatan langka karena menghadirkan langsung pemateri dari platform teknologi keuangan dengan difasilitasi pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian UMKM.

“Cuma, jangan mimpi masuk pasar, mudah ada aksesnya, tapi kualitas produk terabaikan. Ini yang hadir ada100 ya, dari 39 kecamatan ya? Jadi mewakili 39 kecamatan hadir. Dan ini, nanti kalau dapat pengetahuan jangan disimpan di sendiri. Teman-teman yang lain di kecamatan itu ajarkan,” ucap Endang.

Data KADIN Indonesia menunjukkan, UMKM sangat berperan besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dengan jumlahnya yang mencapai 99 persen dari keseluruhan unit usaha, di mana UMKM sebagai sektor yang mendominasi struktur ekonomi Indonesia.

Namun, tantangan yang dihadapi UMKM ke depan harus diatasi bersama oleh seluruh pemangku kepentingan, antara lain berkaitan dengan inovasi dan teknologi, literasi digital, produktivitas, legalitas atau perizinan, pembiayaan, branding dan pemasaran, sumber daya manusia, standardisasi dan sertifikasi, pemerataan pembinaan, pelatihan, dan fasilitasi, serta basis data tunggal.

Pemerintah saat ini terus mendorong peningkatan kinerja UMKM nasional melalui strategi digitalisasi, agar pelaku usaha dapat meningkatkan daya saing, menembus pasar global, dan berorientasi ekspor. 

“Hari ini pesertanya hampir 100 orang, mewakili 39 kecamatan. Ini hal yang sangat baik. Namun, jangan berhenti di sini. Setelah mendapatkan ilmu, bagikan juga kepada rekan-rekan pelaku usaha lain di wilayah masing-masing agar manfaatnya bisa dirasakan lebih luas,” tutup Endang.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.