Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kini memiliki sebanyak 563 Kampung Siaga TB (tuberkulosis) yang tersebar di 267 kelurahan hingga Oktober 2025.

Kampung Siaga TB itu dibentuk sebagai upaya meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit yang diakibatkan infeksi Mycobacterium tuberculosis tersebut.

"Kampung siaga tahun ini 563. Kita mulai uji coba pada 2024 di Jakarta. Pertama kali kita piloting satu kelurahan satu, jadi ada 274. Sekarang sudah ada modeling-nya, dikembangkan lagi di 563 RW," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Jakarta, Kamis.

Pemprov DKI Jakarta menargetkan sebanyak 1.060 Kampung Siaga TBC terbentuk pada 2026 dan 2.741 Kampung Siaga TB pada 2029 sebagai bagian dari upaya eliminasi TB pada 2030.

Kata "Siaga" pada Kampung Siaga bukan menandakan kedaruratan terhadap kasus TB, melainkan kewaspadaan warga untuk mencegah lingkungannya ditemukan kasus TB.

Ani mengatakan upaya menemukan kasus TB menjadi tantangan tersendiri, begitu juga dengan masa pengobatan yang lama. Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta menggandeng para kader di wilayah untuk membantu menemukan kasus serta memastikan pasien menjalani pengobatan.

"Menemukan sudah susah, nanti pas mulai berobat itu juga butuh usaha. Karena itu, ada ibu-ibu kader yang terus memberikan semangat, karena begitu berobat, dia harus menyelesaikan pengobatannya selama enam bulan," ungkap Ani.

Hingga 22 Oktober 2025, tercatat 46.308 kasus TB baru dari sekitar 68.000 orang yang menjalani skrining. Sebagian besar kasus TB itu ditemukan melalui rumah sakit.

Dari jumlah pasien TB baru yang ditemukan tersebut, sebanyak 90 persen atau 41.628 orang sudah memulai pengobatan. Sementara sisanya masih terus diupayakan agar mau berobat sampai sembuh.

Saat ini, pengobatan TB dapat dilakukan di 832 fasilitas kesehatan yang terdiri dari 330 Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM/Puskesmas), 118 rumah sakit swasta, 53 rumah sakit pemerintah, 265 klinik swasta, 46 klinik pemerintah, dan 20 tempat mandiri dokter.