Hadiri Acara Kadin, Presiden Lula Bagi Resep Ajaib Gaet Investor ke Brasil
kumparanBISNIS October 24, 2025 10:20 AM
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menekankan pentingnya stabilitas dan prediktabilitas sebagai fondasi untuk menarik investasi dan memperkuat hubungan ekonomi antara Brasil dan Indonesia.
Dalam sambutannya di Indonesia-Brazil Business Forum yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Lula mengatakan memperkuat hubungan dagang tidak akan terjadi tanpa kerja keras dan komitmen dari dunia usaha kedua negara.
“Perjalanan ini bukanlah perjalanan yang mudah atau sederhana, namun saya percaya bahwa tanpa upaya yang sungguh-sungguh dari para pengusaha, baik dari Indonesia maupun Brasil, untuk meraih peluang ekonomi yang tersedia, hubungan dagang antara kedua negara tidak akan menjadi kuat,” ujar Lula di Indonesia-Brazil Business Forum, St Regis Jakarta, Kamis (23/10).
Ia memperkenalkan apa yang disebutnya sebagai “enam kata penting” yang selalu ia gunakan untuk membangkitkan semangat para pengusaha.
“Enam kata itu bukanlah kata-kata ajaib, tetapi sangat penting untuk meyakinkan orang agar berinvestasi di negara lain dan membangun kemitraan dengan pengusaha dari negara lain. Enam kata itu adalah stabilitas fiskal, stabilitas hukum, stabilitas politik, stabilitas ekonomi, stabilitas sosial, dan prediktabilitas,” kata Lula.
Menurutnya, enam prinsip tersebut menjadi komitmen utama Brasil untuk ditawarkan kepada setiap investor yang ingin menanamkan modal dan memperoleh hasil investasi di negaranya.
Perbesar
Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva menyampaikan keterangan kepada wartawan usai melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10/2025). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Lula menyampaikan rasa hormatnya dapat berpartisipasi dalam forum tersebut bersama para menteri dan lebih dari 100 pengusaha asal Brasil. Ia juga mengenang kunjungannya ke Indonesia 17 tahun lalu, saat dunia tengah menghadapi krisis keuangan global tahun 2008.
“Saat saya mengunjungi Indonesia untuk pertama kalinya, 17 tahun lalu, dunia sedang menghadapi krisis keuangan global tahun 2008 yang disebabkan oleh spekulasi di sektor perumahan Amerika Serikat,” ujarnya.
Menurut Lula, krisis tersebut menjadi bukti model ekonomi neoliberal tidak mampu menahan gejolak di negara maju. Namun, Brasil kala itu berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi sambil menjaga kesejahteraan sosial.
“Brasil saat itu membuktikan pertumbuhan bisa dicapai dengan tetap menjaga inklusi sosial dan kesejahteraan rakyat. Kami bertumpu pada pasar domestik dan diversifikasi mitra dagang, dan berhasil keluar dari krisis dengan posisi yang lebih kuat,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Lula juga mengenang momen bersejarah ketika Brasil dan Indonesia menandatangani kemitraan strategis pertama pada 2008 di kawasan Asia Tenggara.
“Pada tahun itu, saya melakukan kunjungan ke Asia Tenggara, termasuk Jakarta. Saat itu, kami menandatangani kemitraan strategis pertama antara Brasil dan Indonesia dalam lingkup ASEAN, kawasan yang kala itu sudah menjadi pusat pertumbuhan dunia,” ucapnya.
Sejak kemitraan itu dimulai, nilai perdagangan bilateral kedua negara terus meningkat signifikan. “Sejak saat itu, nilai perdagangan bilateral kami meningkat dari USD 2,2 miliar menjadi USD 6,3 miliar pada tahun 2024,” kata Lula.