Cerita Hevi Ayu, Berjuang Lawan Kanker Payudara di Usia 29 Tahun
kumparanWOMAN November 03, 2025 11:40 AM
Tidak memiliki riwayat kanker dalam keluarga, bahkan pola makannya tergolong biasa saja. Namun, di usia 29 tahun, Hevi Ayu harus menerima kenyataan menjadi salah satu pengidap kanker payudara.
Benjolan yang awalnya dianggap ‘jinak’ berubah menjadi ‘ganas’, hingga Hevi masuk kanker payudara stadium 3A. Mendengar kabar ini, pengusaha kuliner Mak Empong itu menganggapnya sebagai sebuah ujian untuk belajar dan memperbaiki diri.
Seperti apa cerita perjuangan Hevi dalam melawan kanker payudara ini? Simak kisahnya dalam artikel berikut ini.
Pernah mengalami kista yang berubah menjadi kanker payudara
Perbesar
Ilustrasi kista. Foto: Shutterstock
Hevi menikah di usia 21 tahun dan saat itu belum terpikir untuk langsung punya buah hati. Untuk menunda kehamilan, ia sempat mengonsumsi pil KB. Ketika tiba saatnya ia dan suami siap memiliki anak, ia diberi obat penyubur. Namun justru di saat itulah, kista di ovarium muncul. Hevi pun menjalani operasi laparoskopi.
Setelah sembuh, ia kembali mengonsumsi obat penyubur. Tapi kali ini, tubuhnya bereaksi berbeda. “Hormonku jadi enggak stabil. Dua tahun kemudian, 2021, muncul benjolan di payudara,” katanya.
Dokter sempat meyakinkannya bahwa benjolan itu aman karena usianya masih muda. “Waktu itu aku 27 tahun, dan katanya benjolan bisa digerakkan, jadi kemungkinan besar jinak. Disarankan biopsi, tapi karena masa pandemi, aku takut dan menunda,” ucapnya.
Setahun kemudian, benjolan itu membesar. Rasa pegal mulai menjalar ke bagian ketiak. “Setelah periksa ke dokter bedah lain, baru ketahuan. Ternyata ganas. Ukurannya sudah lima sentimeter dan keras,” tambahnya.
Hevi pun didiagnosis mengidap kanker payudara stadium 3A. Demi bertahan hidup, ia menjalani serangkaian pengobatan intensif yang menguji ketahanan fisik dan mentalnya.
Bukan kanker yang menyakitkan, tapi pengobatannya
Perbesar
Hevi Ayu, penyintas kanker payudara yang berjuang selama 1,5 tahun. Foto: Instagram @heviayu93
Sejak vonis itu, Hevi menjalani pengobatan intensif selama satu setengah tahun. Namun yang paling ia ingat bukan rasa sakit dari kankernya, melainkan efek dari pengobatan itu sendiri.
“Efek kemoterapi luar biasa berat. Mual, nyeri, panas, sulit makan, badan pegal semua. Aku sering bilang, yang sakit bukan kankernya, tapi pengobatannya,” ucapnya.
Kondisi mentalnya juga sempat goyah. Di rumah sakit, ia menyaksikan teman-teman seperjuangannya satu per satu tak lagi hadir di ruang perawatan. “Itu berat sekali buatku. Tapi aku selalu bilang ke diri sendiri, aku ingin hidup,” ungkapnya.
“Aku yakin Tuhan kasih ujian ini bukan untuk menghukum, tapi untuk aku belajar. Jadi aku fokus berpikir positif dan menjalani semuanya dengan ikhlas,” ujar Hevi.
Peran suami Hevi sebagai caregiver yang disebutnya luar biasa
Perbesar
Hevi Ayu, penyintas kanker payudara yang berjuang selama 1,5 tahun. Foto: Instagram @heviayu93
Dalam setiap fase pengobatan, Hevi tidak sendiri. Di sisinya selalu ada sang suami yang mendampinginya dengan cara sederhana, tapi penuh ketulusan. Tahun ini, usia pernikahan mereka genap sebelas tahun.
“Suamiku bukan tipe romantis, orang Batak soalnya. Tapi dia merupakan caregiver yang luar biasa,” ucap Hevi sembari tertawa kecil.
Saat Hevi memilih menjauh dari bacaan tentang kanker, suaminya justru tenggelam dalam lautan informasi. Ia membaca jurnal medis luar negeri, mencari second opinion, hingga memastikan setiap prosedur pengobatan istrinya sesuai standar global.
“Dia yang belajar semuanya. Aku fokus di semangat, dia fokus di pengetahuan. Itu yang bikin kami kuat,” ujar Hevi dengan mata berkaca-kaca.
Kini, Hevi dinyatakan remisi. Ia masih harus mengonsumsi obat hormon setiap hari, tapi semangat hidupnya tetap menyala.
Hevi berpesan agar perempuan tidak takut memeriksakan diri ke dokter. “Jangan takut berobat. Banyak perempuan datang ke rumah sakit sudah dalam stadium lanjut karena menunda pemeriksaan,” ujarnya.
“Kalau ada perubahan di payudara, seperti benjolan, kulit yang mengerut, rasa nyeri, atau perubahan bentuk, segera periksa. Tidak semua benjolan itu kanker, tapi semakin cepat diperiksa, peluang sembuh jauh lebih besar,” tutupnya.