Biak (ANTARA) - Rasa haru dan bangga terlihat di wajah pria paruh baya Ferkolius Manggombo (51), ketika menerima bantuan paket peralatan kerajinan untuk membuat suvenir dari dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua 2025 pada Sabtu (1/11).
Kebahagiaan warga Kampung Bindusi, Distrik Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor, itu sangat beralasan karena kurang lebih 24 tahun otonomi khusus telah diberlakukan di Tanah Papua, baru pada tahun 2025 dia mendapat bantuan peralatan kerajinan dari pemerintah daerah, lewat program peningkatan ketrampilan bagi pencari kerja OAP.
Ferkolius ingin memanfaatkan bantuan peralatan kerajinan itu untuk mendukung pekerjaan di rumah yang bisa menghasilkan lebih banyak jenis suvenir dari potensi bahan lokal tempurung kelapa.
Sebelum mendapat bantuan peralatan kerajinan, produksi suvenir hanya mengandalkan alat yang sederhana dari gergaji biasa, sehingga suvenir yang dibuat sangat terbatas karena dikerjakan secara manual dengan tangan.
Sejak menggunakan alat mesin bantuan dari Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Biak Numfor itu, produksi kerajinan suvenir dari tempurung kelapa bisa dibuat lebih banyak dengan aneka jenis suvenir.
Berbagai aneka suvenir sudah diproduksi dengan bantuan peralatan mesin gergaji listrik itu, mulai dari gantungan kunci, lampu hiasan, sarung buku agenda, ukir-ukiran, hingga motif hiasan lainnya.
Sebelum mendapat bantuan peralatan mesin dari disnaker, dia hanya bisa menjual suvenir dengan penghasilan rata-rata Rp100 ribuan per hari. Akan tetapi, setelah memiliki mesin gergaji listrik, maka hasil produk hasil suvenirnya bertambah banyak.
"Bahkan penghasilan saya bisa bertambah, hingga Rp250 ribu hingga Rp300 ribuan per hari," katanya.
Sementara, perajin dari kaum perempuan OAP Linda Rumere dari Distrik Samofa, Biak Numfor, yang juga mendapat bantuan satu paket perangkat mesin kerajinan, tidak bisa menyembunyikan rasa bangga atas perhatian pemerintah daerah melalui Dinas Tenaga Kerja setempat.
Bantuan itu tidak hanya memperkuat ekonomi masyarakat, tetapi juga menjadi upaya pelestarian budaya, melalui produk-produk khas suvenir Papua yang bernilai seni tinggi.
Bahkan, bentuk konkret dari bantuan peralatan kerajinan suvenir itu mampu mendorong kemandirian ekonomi keluarga berbasis potensi lokal.
Melalui bantuan peralatan kerajinan yang bersumber dana otonomi khusus, banyak warga asli Papua mulai merasakan harapan baru. Dari tangan-tangan terampil mereka lahirlah suvenir khas Papua yang tak hanya indah, tetapi juga membawa cerita tentang pemberdayaan ekonomi keluarga warga OAP.
Hasil kerajinan suvenir dari perajin OAP diharapkan dapat membuka peluang kerja baru untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga masyarakat adat yang selama ini sangat menggantungkan hidup dari potensi alam lokal. Mereka menjadi penggerak ekonomi kreatif berbasis warga di kampung.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Biak Numfor Djoni Domeng mengakui, bantuan sarana peralatan kerajinan suvenir berasal dari program pemberdayaan orang asli Papua bersumber dana Otsus Tahun Anggaran 2025.
Selain bantuan peralatan produksi kerajinan, pemerintah daerah juga telah memberikan pelatihan keterampilan pembuatan suvenir bagi kelompok usaha OAP, hingga memberikan pendampingan usaha bagi perajin.
Tujuan dari pendampingan itu agar para perajin mampu mengelola produksi secara lebih efisien dan menjaga kualitas produk suvenir serta memperluas akses pemasaran ke pasar nasional, bahkan internasional.
Pemerintah daerah ingin agar masyarakat adat di Biak Numfor tidak hanya menjadi pelaku ekonomi lokal, tetapi juga dapat menembus pasar global dengan identitas budayanya sendiri.
Program bantuan ini juga berperan sangat penting dalam rangka pelestarian budaya daerah karena melalui kerajinan suvenir bisa menjaga nilai dan simbol-simbol adat Suku Biak, Papua.
Kemandirian
Bupati Biak Numfor Markus Octovianus Mansnembra mengharapkan, program bantuan Otsus Papua dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat asli orang Papua, melalui bantuan, seperti dukungan untuk pendidikan, kesehatan, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Banyak warga asli Papua, kini merasakan peningkatan kesejahteraan dan kesempatan untuk berkembang di tanah mereka sendiri sejak Otsus Papua diberlakukan pada 2001, hingga tahun 2025 ini.
Berbagai bantuan terus digelontorkan pemerintah daerah lewat program Otsus Papua ke masyarakat di pelosok kampung, hingga wilayah terdepan, tertinggal, terluar dan kepulauan (3TK) ini menjadi bukti komitmen dan hadirnya negara dalam upaya memperkuat kemandirian masyarakat adat OAP.
Pemerintah daerah mendorong masyarakat OAP menjadi pelaku ekonomi lokal, dengan menghasilkan banyak hasil produksi suvenir dari potensi bahan lokal, seperti tempurung kelapa.
Program ini bukan hanya soal pendapatan ekonomi semata, tetapi juga mampu menjaga nilai karya seni budaya adat orang asli Papua.
Kerajinan suvenir dengan bahan tempurung kelapa bagi perajin asli Papua, bukan sekadar barang jualan, tetapi merupakan simbol dalam kehidupan ekonomi dan keluarga di kampung.
Bantuan peralatan mesin produksi suvenir dari pemerintah diharapkan perajin OAP bisa terus berkarya untuk memproduksi beragam jenis suvenir ukiran khas Biak, sambil mengenalkan budaya Papua.
Dukungan yang berkelanjutan dari pemerintah lewat dana Otsus Papua di sektor kerajinan suvenir menjadi salah satu motor penggerak ekonomi di daerah, sekaligus juga memperkuat jati diri dan identitas kebudayaan asli orang Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.







