TRIBUNNEWS.COM - Saat ini, sekolah bukan lagi hanya tempat mencari nilai akademik yang bagus. Banyak orang tua mulai menyadari bahwa yang lebih penting adalah bagaimana anak belajar bersikap, berdisiplin, dan bertanggung jawab. Salah satu cara yang terbukti efektif untuk membentuk karakter anak adalah melalui sistem pendidikan berbasis sekolah dan asrama, atau yang biasa dikenal dengan boarding school.
Melalui sistem ini, para santri tinggal di lingkungan yang terarah dan terpantau penuh setiap hari. Mulai dari bangun pagi, belajar di kelas, hingga kegiatan malam hari, semuanya diatur agar santri terbiasa hidup disiplin dan mandiri.
Anak-anak belajar menghargai waktu, menjaga kebersihan, menolong sesama, dan bertanggung jawab atas tugasnya sendiri. Pola kehidupan seperti ini membantu membentuk karakter yang kuat, bukan hanya dari teori, tetapi dari kebiasaan yang dilakukan terus-menerus.
Selain belajar pelajaran umum seperti di sekolah lain, para santri juga mendapatkan pembinaan agama dan bimbingan moral setiap hari. Mereka mengikuti kegiatan keagamaan, belajar membaca Al-Qur’an, dan mempelajari kitab kuning.
Nilai-nilai keislaman tidak hanya diajarkan, tetapi dipraktikkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, anak-anak tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki akhlak dan sikap yang baik.
Namun, perlu dipahami bahwa keberhasilan pendidikan di asrama tidak datang begitu saja. Hasilnya sangat bergantung pada lingkungan pesantren, pendampingan guru, serta keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan asrama. Jika semua berjalan dengan baik, santri akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, disiplin, dan mampu hidup rukun bersama teman-temannya.
Pondok Pesantren Al-Hidayah Al-Mumtazah (ATAZ) menjadi salah satu contoh lembaga yang menerapkan sistem seperti ini. Di sini, sekolah formal dan asrama berada di satu kawasan, sehingga santri bisa belajar dan beraktivitas tanpa perlu berpindah tempat.
“Kami ingin menciptakan lingkungan belajar yang lengkap dalam satu atap. Di sini, santri tidak hanya belajar pelajaran umum, tetapi juga belajar agama dan membentuk karakter,” ujar Usth. Nur Safiradilah, S.Pd.I selaku Staff Kesantrian.
Di ATAZ, santri belajar di tingkat MTs dan MA dengan kurikulum yang diakui oleh Kementerian Agama. Selain itu, mereka juga mengikuti berbagai kegiatan tambahan seperti tahfidzul Qur’an, latihan pidato dalam tiga bahasa, hadrah, marawis, kursus bahasa asing, dan pencak silat.
“Kami percaya bahwa karakter tidak terbentuk dari teori saja. Justru dari kegiatan sehari-hari yang penuh disiplin dan kerja sama, anak akan belajar menjadi pribadi yang kuat dan bertanggung jawab,” katanya.
Para santri tinggal di asrama dan dibimbing selama 24 jam oleh para ustaz dan ustazah. Segala aktivitas mereka, mulai dari belajar, ibadah, hingga kegiatan pribadi, terpantau melalui sistem administrasi yang terintegrasi. Orang tua juga bisa memantau perkembangan anaknya melalui sistem ini.
“Kami ingin memberikan ketenangan bagi orang tua bahwa anak-anak mereka tidak hanya belajar, tetapi juga dibina secara menyeluruh,” tutupnya.