Ringkasan Berita:
- Pada masa lalu sungai Singkil, keberadaanya sangat penting sebagai jalur rempah dunia dari pedalaman menuju pelabuhan Singkil Lama.
- Kemudian kamper untuk awetkan mumi Fir'aun di negeri Mesir. Hingga era modern ketika kayu log masih bebas dirambah.
- Semua komoditas itu dibawa melalui sungai untuk dijual ke kapal-kapal asing yang menunggu di pelabuhan Singkil.
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Laju kapal kayu yang dinakhodai Sahyadi pelan saja. Walau merupakan nakhoda berpengalaman, ia baru pertama kali membawa kapal menelusuri sungai hingga jauh ke arah hulu.
Biasanya Sahyadi membawa kapal mengarungi laut. Sementara melewati sungai hanya ketika pulang dari laut ke rumahnya di Rantau Gedang.
"Baru pertama, tapi kalau numpang sama orang lain sudah pernah," kata Sahyadi.
Kapal kayu sudah jarang, bahkan tidak ada lagi yang melayani rute pelayaran Singkil-Subulussalam, sejak 25 tahu lalu.
Lantan warga sudah beralih melalui jalan darat, seiring terhubungnya jalan Singkil-Subulussalam sejak tahun 2000 silam.
Deru mesin mendorong laju kapal kayu tradisional membelah sungai Singkil, Kamis (13/11/2025) pukul 10.00 WIB.
Kapal kayu itu membawa rombongan tim Ekspedisi Sungai Singkil. Terdiri dari personel Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Aceh, akademisi, pecinta alam, sejarawan, seniman, pegiat budaya, pegiat media sosial, fotografer dan jurnalis.
Di pinggir sungai Wakil Bupati Aceh Singkil, Hamzah Sulaiman bersama warga Teluk Rumbia dan Rantau Gedang, melambaikan tangan melepas kepergian rombongan.
Kampong Teluk Rumbai, di Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, menjadi titik awal ekspedisi sungai.
Sejurus kemudian meninggalkan kampung burung bangau putih, kawanan kerbau serta aneka tanaman liar menemani perjalan dari pinggir sungai.
Dahulu sungai Singkil, merupakan jalur utama transportasi. Diperkirakan sejak zaman Fir'aun hingga masuk era modern akhir 2000-an.
Pada masa lalu sungai Singkil, keberadaanya sangat penting sebagai jalur rempah dunia dari pedalaman menuju pelabuhan Singkil Lama.
Kemudian kamper untuk awetkan mumi Fir'aun di negeri Mesir. Hingga era modern ketika kayu log masih bebas dirambah.
Semua komoditas itu dibawa melalui sungai untuk dijual ke kapal-kapal asing yang menunggu di pelabuhan Singkil.
Perjalan tim Ekspedisi Sungai Singkil, dimulai dari Kampong Teluk Rumbia. Sampai di Kampong Pemuka Lama, belok kiri masuk ke sungai Lae Soraya.
Pemuka Lama, merupakan lokasi pertemuan antara dua sungai besar yang bermuara di laut Singkil.
Ke kanan merupakan sungai Lae Cinendang seterusnya tembus ke Kecamatan Simpang Kanan, Kabupaten Aceh Singkil.
Sedangkan ke kiri sungai Lae Soraya, yang selanjutnya tembus ke Kota Subulussalam.
Tujuan tim Ekspedisi Sungai Singkil, adalah menelusuri sungai Lae Soraya hingga ke Oboh, Kecamatan Rundeng.
Sekitar satu jam perjalan buaya yang sedang berjemur di pinggir sungai menjadi atraksi penghibur. Sayang tak berlangsung lama, deru mesin kapal mengejutkan buaya sehingga masuk ke sungai.
Sampai di sekitar Kampung Pemuka Lama, giliran lampung yang jadi atraksi. Lampung merupakan rumah terapung yang pada masa kejayaannya memiliki peran penting dalam melayani penumpang.
Mulai dari tempat menginap, rumah makan, pasar, sandaran boat atau kapal dan mengisi bahan bakar minyak.
Namun lampung yang ada di Pemuka Lama, dibangun pemiliknya untuk mengenang masa lalu sekaligus jadi tempat tinggal menjaga kebun.
Pemandangan berikutnya adalah tumbuhan liar di sepanjang sungai. Sesekali perkebunan sawit milik warga terlihat ditanam hingga dekat ke pinggir sungai.
Perjalan hari pertama Ekspedisi Sungai Singkil dijadwalkan sampai ke Lentong, Kecamatan Kota Bahru, Aceh Singkil.
Dari Teluk Rumbia, ke Lentong, diperkirakan ditempuh selama enam jam perjalanan.
Sudah empat jam kapal kayu yang dinakhodai Sahyadi mengarungi sungai. Perjalan baru sampai ke kawasan Muara Pea, Kecamatan Kota Baharu.
"Muar Pea ini, merupakan kampung lama. Penduduknya sudah sebagian pindah ke Singkil Utara," kata Wanhar Lingga pegiat budaya yang ikut dalam Ekspedisi Sungai Singkil.
Jika tak ada aral melintang, sekitar dua jam lagi tiba di Lentong, sebagai titik peristirahatan ekspedisi sungai Singkil, hari pertama sebelum melanjutkan ekspedisi hingga Kota Subulussalam.
Walau perjalan berjam-jam di sungai. Namun tak terasa bosan, tentu saja pemandangan serta suasana di dalam kapal kayu serasa kembali ke peradaban tempo dulu.(*)