BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Masih dalam suasana Hari Diabetes Sedunia 14 November kemarin, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Selatan mengingatkan bahwa diabetes kini menjadi ancaman serius bagi kualitas hidup masyarakat. Penyakit yang dulu identik dengan orang dewasa itu kini semakin sering menyerang anak-anak, dipicu perubahan gaya hidup dan pola makan.
Ketua IDI Kalsel, Sigit Prasetia Kurniawan, mengatakan diabetes mellitus dapat berdampak besar terhadap kesehatan fisik, mental, hingga sosial penderitanya ketika sudah menimbulkan komplikasi.
“Komplikasi diabetes bisa menyebabkan gangguan saraf, gangguan penglihatan, gangguan ginjal, serangan jantung, hingga stroke. Dampak psikologis seperti kecemasan, depresi, dan isolasi sosial juga sangat signifikan,” ujarnya, Sabtu (15/11/2025).
Sigit menegaskan, tren kenaikan diabetes pada anak-anak adalah fenomena yang harus mendapat perhatian orang tua.
“Faktor keturunan memang berperan, tapi perubahan gaya hidup adalah penyebab terbesar. Anak-anak sekarang kurang bergerak karena lebih banyak bermain gadget atau nonton TV. Akibatnya risiko obesitas meningkat dan sensitivitas insulin menurun,” jelasnya.
Ia menyebut pola makan tinggi gula, minuman manis kemasan, fast food, serta konsumsi makanan ringan berkalori tinggi telah membebani pankreas anak hingga memicu munculnya diabetes.
Untuk data terbaru, IDI Kalsel merujuk pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang mencatat prevalensi diabetes di Kalimantan Selatan berada di angka 7,3 persen, menempatkan provinsi ini di posisi ke-18 nasional.
“Terjadi peningkatan signifikan dibanding survei sebelumnya. Kenaikan ini sangat erat kaitannya dengan gaya hidup yang tidak sehat, kurang olahraga, dan obesitas,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Banjarmasin, Emma Ariesnawati, menyebut diabetes dan hipertensi menjadi prioritas penanganan sesuai program nasional.
Menurut Sigit, masyarakat bisa menurunkan risiko dengan melakukan langkah sederhana namun konsisten.
“Pola makan sehat dengan banyak sayur dan buah, membatasi gula-garam-lemak, olahraga rutin minimal 30 menit per hari, menjaga berat badan ideal, menghindari asap rokok, tidur cukup, serta mengelola stres,” bebernya.
Namun, kata Sigit, tantangan terbesar bagi tenaga medis justru berada pada pasien itu sendiri.
“Ketidakpatuhan minum obat atau suntik insulin, gaya hidup yang tidak berubah, pengetahuan yang minim, dan jarangnya melakukan kontrol rutin jadi hambatan utama,” jelasnya.
Untuk menekan jumlah penderita baru, IDI Kalsel mendorong pemerintah memperluas skrining dini di fasilitas kesehatan maupun komunitas.
“Deteksi dini itu kunci. Kita bisa menemukan pasien pre-diabetes lebih cepat lalu mencegahnya berkembang menjadi diabetes. Edukasi kepada masyarakat juga harus ditingkatkan,” kata Sigit.
Diabetes dikenal sebagai mother of diseases karena hampir semua organ dapat terkena komplikasinya jika tidak dikendalikan. Kondisi ini membuat penyakit tersebut menjadi beban besar bagi keluarga, tenaga medis, dan negara.(Banjarmasinpost.co.id/rifki soelaiman)