BANJARMASINPOST.CO.ID- KOTA Seribu Sungai. Itulah julukan dari Banjarmasin sejak lama. Hal itu karena kota ini dikenal sebagai kota yang memiliki banyak sungai, anak sungai dan kanal yang membelah wilayahnya.
Sungai juga menjadi urat nadi kehidupan masyarakat, tak hanya untuk jalur transportasi, tapi juga ekonomi dan budaya. Meskipun jumlahnya tidak sampai seribu secara harfiah, namun julukan tersebut relevan dengan kondisi di kota ini yang memiliki banyak aliran air.
Namun kini, seiring masifnya pembangunan, banyak sungai-sungai yang mati atau kehilangan fungsi sebagai urat nadi kehidupan masyarakat. Bangunan perumahan, gedung-gedung tinggi kian banyak bak cendawan di musim hujan.
Penataan kota seperti kehilangan arah, karena budaya darat menggerus budaya sungai yang lebih dulu ada. Pembangunan dijalur hijau pun marak terjadi. Dampaknya, kota ini menghadapi sejumlah masalah lingkungan.
Hampir setiap tahun, banjir rob melanda. Kota ini seolah dikepung banjir akibat luapan air sungai besar dan tersumbatnya aliran sungai kecil akibat padatnya pembangunan. Sementara itu, saluran drainase yang dibangun pemerintah belum mampu mengimbangi curah air yang tinggi saat musim penghujan atau pasang tinggi.
Sebagai contoh, Jalan Hasan Basri Kayutangi dan wilayah kampus Universitas Lambung Mangkurat (ULM), jika banjir rob datang, hampir seluruh sudut jalan dan sekitarnya tergenang. .
Kota ini boleh dibilang sudah berada di titik yang tidak lagi memberi ruang untuk menunda pembenahan sungai.
Pengendalian banjir di Kota Banjarmasin dengan melaksanakan revitalisasi sungai, khususnya Sungai Veteran memberikan harapan. Proyek ini bagian dari National Urban Flood Resilience Project (NUFReP) yang dibiayai hibah Bank Dunia. Kegiatan ini berlangsung selama kurang lebih 7 tahun dari tahun 2021 sampai dengan 2027.
Tak hanya Sungai Veteran, tapi Sungai Sutoyo di Teluk Dalam, serta Sungai Guring atau Sungai A Yani. Lingkup kegiatannya adalah normalisasi, penataan kawasan, serta pembangunan pintu air dan pompa. Untuk pembebasan lahan dilakukan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin.
Walaupun ternyata desain proyek revitalisasi sungai di Veteran sempat tuai kritikan aktivis lingkungan dan masyarakat karena kekhawatiran penyempitan yang bakal berdampak pada daya dukung ekologis sungai.
Walaupun terkait hal itu pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) mengklaim bahwa penyempitan ini bertujuan meningkatkan daya tampung banjir setelah proyek selesai. Revitalisasi ini memang proyek jangka panjang. Belum bisa dilihat hasilnya, jika belum rampung.
Meskipun sudah terencana baik dan menyerap anggaran besar, sebagai warga Banjarmasin kita tentu berharap agar kota ini selamat dari ancaman tenggelam. Sungai, bukan sekadar aliran air, tapi sistem alami untuk mengendalikan banjir dan menjaga keseimbangan lingkungan. (*)