FGD FUHUM UIN Walisongo perkuat peran pemuda merawat kerukunan umat beragama di Semarang
galih permadi November 18, 2025 12:32 PM

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – UIN Walisongo Semarang dan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) bekerjasama gelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Peningkatan Peran Pemuda dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama di Semarang” pada Sabtu (15/11/2025). Bertempat di Hotel Novotel Semarang, kegiatan ini menghadirkan akademisi, mahasiswa, tokoh agama, dan komunitas lintas iman untuk membahas strategi penguatan peran pemuda dalam merawat kehidupan sosial yang harmonis.

Diskusi yang berlangsung pukul 10.30–15.00 WIB tersebut dipimpin tiga akademisi UIN Walisongo, yakni Prof. Dr. H. M. Mukhsin Jamil, M.Ag., Sukendar, M.A., Ph.D., dan Ahmad Afnan Anshori, M.A.. Sebanyak 100 peserta terdiri dosen, mahasiswa, perwakilan Kanwil Kemenag Jawa Tengah, PKUB Muda Jawa Tengah, serta Perwakilan tokoh agama turut berpartisipasi.

Dalam pemaparannya, Prof. Mukhsin Jamil menegaskan bahwa pemuda memiliki peran vital dalam menjaga keberlanjutan kerukunan antarumat beragama, terutama di kota multikultural seperti Semarang.

“Pemuda adalah motor perubahan sosial. Mereka bukan hanya pewaris nilai-nilai kerukunan, tetapi juga aktor yang mampu membangun ruang dialog sehingga potensi konflik dapat dicegah sejak dini,” ujarnya.

Senada dengan itu, Sukendar menekankan pentingnya literasi keberagaman di kalangan pemuda. Menurutnya, pemahaman yang kuat mengenai perbedaan akan meningkatkan kemampuan pemuda dalam mengelola isu-isu sensitif di masyarakat.

Adapun Ahmad Afnan Anshori menambahkan bahwa peran pemuda semakin penting, terutama kiprah pemuda dalam pelestarian lingkungan serta literasi digital sebagai arena baru bagi pembentukan opini publik. “Jika pemuda mampu menghadirkan narasi yang menyejukkan, termasuk kepedulian terhadap lingkungan, maka dampaknya akan sangat besar terhadap kehidupan sosial,” ujarnya.

FGD ini juga menyoroti pentingnya sinergi antara kampus, pemerintah, dan komunitas keagamaan. Kolaborasi tersebut diyakini akan memperkuat implementasi nilai-nilai moderasi beragama di masyarakat.

“Kerukunan di Semarang tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Kampus, lembaga keagamaan, dan pemuda harus terhubung dalam satu jaringan yang kuat agar harmoni ini tetap terjaga,” ujar Prof. Mukhsin menegaskan kembali pada sesi diskusi.

Diskusi berlangsung aktif dengan berbagai masukan mengenai strategi pencegahan intoleransi, penguatan literasi keberagaman, kepedulian lingkungan, serta pengembangan ruang-ruang kreatif bagi pemuda.

Kegiatan ditutup dengan sejumlah rekomendasi, antara lain perlunya pendekatan inklusif, kolaborasi berkelanjutan, serta program yang dapat mengoptimalkan peran pemuda dalam menjaga kerukunan. FGD ini diharapkan menjadi langkah awal bagi inisiatif lanjutan yang memperkuat harmoni sosial serta kesadaran ekologis di Kota Semarang.(***)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.