Jakarta (ANTARA) -

Suku Dinas (Sudin) Sumber Daya Air (SDA) Kabupaten Kepulauan Seribu memastikan ketersediaan air bersih bagi masyarakat di Pulau Karya dengan melakukan pemeliharaan instalasi Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) Pulau Karya.

“Monitoring ini dilakukan untuk memastikan seluruh pekerjaan pemeliharaan BWRO berjalan baik dan sesuai standar operasional sehingga produksi air bersih untuk masyarakat dapat terjaga,” kata Kepala Sudin SDA Kepulauan Seribu Mustajab di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan BWRO Pulau Karya merupakan fasilitas vital penyedia air bersih yang menerapkan dua tahap pengolahan.

Pada tahap pertama, air laut diolah melalui sistem Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) untuk menghasilkan air payau.

Kemudian, air payau tersebut menjadi bahan baku tahap kedua, yakni pengolahan di BWRO untuk menghasilkan air minum yang layak konsumsi.

Menurut Mustajab, keandalan sistem tersebut sangat penting sebagai sumber air bersih bagi warga.

"Pemeliharaan rutin memastikan layanan air bersih tetap optimal bagi masyarakat Pulau Karya," ujar Mustajab.

Sementara itu, salah seorang warga Pulau Panggang, Suhendra (38), mengaku sangat bergantung pada suplai air dari BWRO yang memberikan air bersih untuk kebutuhan masyarakat kepulauan tersebut.

"Air dari BWRO ini kebutuhan utama kami sehari-hari. Kalau pemeliharaannya lancar, warga pasti tenang," ucap Suhendra.

Sebelumnya, Direktur Operasional PAM Jaya Syahrul Hasan mengaku kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih di Kabupaten Kepulauan Seribu karena kondisi lingkungan laut yang menyebabkan peralatan cepat mengalami korosi.

“Pengelolaan air bersih di pulau memiliki tantangan yang berbeda dibandingkan dengan wilayah darat,” tutur Syahrul di Jakarta, Jumat (21/11).

Dia mengungkapkan kondisi lingkungan laut menyebabkan peralatan cepat mengalami korosi dan beberapa komponen penting tidak tersedia di dalam negeri.

Dia pun menjelaskan alat khusus bernama "high pressure pump" yang hanya diproduksi di Denmark dan ketika alat ini rusak, perbaikannya membutuhkan waktu yang lama karena sulitnya impor dan kondisi geografis yang menantang.

Selain itu, sambung dia, pembangunan infrastruktur air bersih di Kepulauan Seribu selama ini dilakukan oleh Sudin SDA setempat sehingga status aset berada di bawah pemerintah daerah.

Dia menuturkan status aset tersebut sempat menjadi kendala bagi PAM Jaya dalam melakukan investasi lanjutan.

“Tapi Alhamdulillah, dua bulan lalu asetnya sudah resmi diserahkan dari Dinas SDA kepada PAM Jaya,” ungkap Syahrul.