Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Universitas Jember (Unej) bersama Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) dan Pemerintah Kabupaten Jember menegaskan komitmen bersama untuk menjadikan kopi sebagai instrumen strategis pengurangan kemiskinan di wilayah Tapal Kuda.

Komitmen tersebut disampaikan dalam Seminar Nasional dan Temu Usaha bertema "Industrialisasi Kopi dan Pengentasan Kemiskinan" yang digelar di Auditorium Universitas Jember, Selasa.

"Pengembangan kopi berbasis desa harus dipahami sebagai strategi konkret untuk menurunkan kemiskinan secara berkelanjutan," kata Wakil Kepala BP Taskin, Iwan Sumule di Auditorium Unej.

Ia mengatakan pihaknya harus membalik struktur pasar yang selama ini menempatkan desa hanya sebagai pemasok bahan mentah, sehingga industrialisasi kopi berbasis desa harus menjadi jalan baru, nilai tambahnya harus tinggal di desa, mulai dari pencucian, sangrai, pengemasan, hingga branding.

"Ketika nilai tambah kopi kembali ke desa, barulah petani memperoleh porsi yang layak, dan kopi benar-benar menjadi alat pembebasan sosial serta pengentasan kemiskinan di Jember dan seluruh Tapal Kuda," katanya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Sistem Informasi Unej, Bambang Kuswandi dalam sambutannya menegaskan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan para pegiat kopi untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan menurunkan angka kemiskinan.

“Seperti yang diketahui bahwa wilayah Tapal Kuda, memiliki sekitar 30.000 hektare lahan kopi. Melalui forum itu, diharapkan muncul banyak usulan strategis untuk meningkatkan pemasaran, budi daya, dan hasil-hasil pengembangan kopi yang dapat memberikan dampak bagi pengurangan kemiskinan," katanya.

Ia mengatakan kemiskinan di beberapa daerah masih tergolong tinggi, dan itu menjadi tantangan bersama bagi pemerintah daerah maupun Unej untuk terus berperan dalam pemberdayaan masyarakat melalui komoditas kopi.

Sementara itu, Bupati Jember Muhammad Fawait menyoroti ironi bahwa Jember yang memiliki potensi agraris justru memiliki kantong kemiskinan tertinggi, sehingga diperlukan terobosan strategis untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, menurunkan kemiskinan, serta memperkuat posisi Jember sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan Tapal Kuda.

“Selama ini Jember dikenal sebagai penghasil emas hitam (kopi), tetapi justru daerah yang menjadi pusat komoditas itu adalah wilayah dengan kemiskinan tertinggi," katanya.

Untuk itu, Pemkab Jember mendorong hutan sosial untuk menjadi solusi konkret. Dengan lebih dari 41 ribu hektare lahan yang dapat dikelola masyarakat, setidaknya 41 ribu rumah tangga bisa kita angkat dari kemiskinan.

"Itu bagian dari upaya menuju zero miskin ekstrem di tahun 2029 dan menjadikan Jember sebagai surga kopi Nusantara sekaligus motor penggerak ekonomi di Tapal Kuda," katanya.

Dalam sesi diskusi, Kepala LP2M Unej Yuli Witono mengatakan bahwa kemajuan industri kopi tidak boleh berhenti di tingkat hilir saja dan tantangan terbesar justru berada di hulu, dimana sebagian besar kebun kopi rakyat masih tertinggal dalam inovasi.