Jakarta (ANTARA) - Save the Children Indonesia berkoordinasi untuk mendistribusikan perlengkapan tempat tinggal/hunian sementara, air bersih, dan selimut untuk 51.000 warga termasuk di antaranya 21.000 anak-anak di Aceh dan Sumatera Utara yang terdampak bencana hidrometeorologi.

"Tim kami sudah berada di Medan dan Nias untuk memastikan bantuan darurat dapat segera diterima oleh keluarga terdampak, terutama anak-anak yang paling rentan. Situasi ini sangat memprihatinkan, akses jalan terputus, jaringan listrik yang belum pulih membuat proses evakuasi dan distribusi bantuan semakin menantang," kata CEO Save the Children Indonesia Dessy Kurwiany Ukar dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

Pihaknya berkomitmen untuk memastikan anak-anak mendapat hak-hak dasar mereka seperti tempat tinggal sementara yang layak, akses air bersih, dan dukungan kebutuhan anak sesegera mungkin.

Dessy Kurwiany mengatakan bahwa riset Save the Children secara global menunjukkan krisis iklim merupakan ancaman terbesar bagi pemenuhan hak anak.

"Riset tahun 2025 yang berjudul Born Into the Climate Crisis 2 mengungkapkan bahwa anak-anak yang lahir saat ini akan mengalami bencana iklim dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.

Menurut dia, hampir semua anak yang lahir sejak tahun 2020 akan mengalami lebih banyak gelombang panas, banjir sungai, kekeringan, kebakaran hutan dan kegagalan panen dibandingkan generasi kakek-nenek mereka.

Hujan deras di sejumlah daerah di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat beberapa hari terakhir menyebabkan setidaknya 90 orang meninggal dunia, tiga di antaranya adalah anak-anak, dan puluhan lainnya dilaporkan hilang.

Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh menyebutkan selama periode 18 November - 27 November 2025 sebanyak 33.817 KK/119.988 jiwa terdampak, termasuk ribuan anak yang turut mengungsi.


Baca juga: Kemenhut telusuri sumber gelondongan kayu terseret banjir di Sumatera