Laporan e-Conomy SEA 2025: Ekonomi Digital Indonesia Terus Bertumbuh
Cakrawala Gintings December 01, 2025 11:34 PM

Google dan Bain beberapa waktu yang lalu di Jakarta membagikan beberapa temuan yang dikemukakan pada laporan e-Conomy SEA 2025, khususnya untuk Indonesia. Menggambarkan perkembangan ekonomi digital tanah air, laporan yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company tersebut menunjukkan ekonomi digital Indonesia bertumbuh signifikan pada tahun 2025 dan melanjutkan pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya. Sejumlah pendorong pertumbuhan tahun ini adalah pertumbuhan sektor e-commerce dan media daring.

Seperti telah disebutkan, salah satu temuan yang dibagikan adalah pertumbuhan ekonomi digital Indonesia secara keseluruhan. Google, Temasek, dan Bain & Company memperkirakan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 adalah sekitar 14% dibandingkan tahun 2024 lalu. Ekonomi digital Indonesia tahun ini diprediksi mencapai GMV (gross merchandise value) hampir US$100 miliar, yakni kira-kira US$99 miliar.

“Ekonomi digital Indonesia sendiri tumbuh sebesar 14% dibandingkan tahun lalu. Artinya Indonesia masih tetap menjadi ekonomi digital paling besar se-Asia Tenggara dan GMV-nya sekarang mencapai hampir 100 miliar US dollar. Yang menarik, seluruh sektor kunci ekonomi digital kita juga mencatatkan pentumbuhan dua digit,” ujar Veronica Utami (Country Director, Google Indonesia).

Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang signifikan ini pun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital kawasan Asia Tenggara, tepatnya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam—disebut dengan SEA-6. Google, Temasek, dan Bain & Company memprediksikan pertumbuhan ekonomi digital SEA-6 pada tahun 2025 adalah sekitar 15% dibandingkan tahun 2024 lalu. Ekonomi digital SEA-6 tersebut diperkirkan mencapai GMV kira-kira US$299 miliar.

“Ringkasan singkat tentang kondisi keseluruhan kawasan, bagaimana perkembangan sang kawasan,” sebut Aadarsh Baijal (Partner, Bain & Company). “Jadi, Anda melihat GMV total naik sebesar 15% di semua sektor, pertumbuhan di semua sektor. Kami telah melihat momentum positif di sektor e-comm, e-commerce, makanan dan transportasi, perjalanan, serta media daring, dan kemudian pertumbuhan pendapatan juga, bisa mengikuti, bahkan di beberapa sektor sesungguhnya lebih cepat daripada GMV.”

Semuanya Bertumbuh, E-commerce Tetap Terbesar

Seperti laporan tahun lalu, sesuai dengan yang dituliskan di sini, sektor yang menjadi penyumbang terbesar ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 adalah e-commerce. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2025, sektor e-commerce diperkirakan bertumbuh sekitar 14% pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2024 sehingga mencapai GMV kira-kira US$71 miliar. Namun, peningkatan tersebut adalah bukan dari GMV sekitar US$65 miliar seperti yang diperkirakan pada laporan tahun lalu, melainkan dari kira-kira US$62 miliar.

Sejalan dengan tahun lalu pula, pertumbuhan e-commerce pada tahun 2025 ini pun didorong video commerce. Google, Temasek, dan Bain & Company memprediksikan jumlah penjual yang menggunakan video meningkat sekitar 75% pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2024 sehingga menjadi kira-kira 800 ribu. Hal ini mendorong peningkatan volume transaksi sekitar 90% dari sebelumnya, diprediksikan mencapai kira-kira 2,6 miliar transaksi pada tahun 2025.

Penyumbang terbesar kedua ekonomi digital Indonesia pada tahun ini adalah transportasi dan makanan daring. Sektor transportasi dan makanan daring diperkirakan bertambah sekitar 13% pada tahun 2025 dibandingkan tahun lalu sehingga mencapai GMV kira-kira US$10 miliar. Pada sektor ini, peningkatan yang dimaksud adalah dari GMV sekitar US$9 miliar seperti halnya yang diperkirakan pada laporan tahun 2024.

Google, Temasek, dan Bain & Company menyatakan pertambahan sektor transportasi dan makanan daring adalah berkat platform-platform pada sektor ini terus memperluas penawaran melalui berbagai cara. Beberapa di antaranya adalah paket berlangganan, peningkatan frekuensi perjalanan, serta iklan dalam aplikasi.

Sementara itu, dua sektor lain, perjalanan daring serta media daring, menjadi penyumbang terbesar selanjutnya, masing-masing diprediksikan dengan GMV berkisar US$9 miliar. Google, Temasek, dan Bain & Company memang membagi ekonomi digital yang dimaksud ke dalam empat sektor utama. Menurut laporan e-Conomy SEA 2025, sektor perjalanan daring diprediksikan meningkat sekitar 11% pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2024, sedangkan sektor media daring meningkat sekitar 16% pada jangka waktu yang sama. Semuanya bertumbuh, sektor media daring menjadi yang tercepat/tertinggi.

Sektor perjalanan daring serta media daring ini, keduanya juga meningkat dari GMV yang serupa, kira-kira US$8 miliar. Namun, pada laporan e-Conomy SEA 2024, sektor perjalanan daring diperkirakan mencapai sekitar US$9 miliar pada 2024. Pencapaian “sebenarnya” yang kira-kira US$8 miliar adalah lebih rendah. Adapun sektor media daring adalah sejalan dengan laporan tahun lalu tersebut.

Peningkatan pada sektor perjalanan daring didorong kembalinya volume perjalanan ke tingkat prapandemi serta kebijakan pemerintah Indonesia, termasuk perluasan skema visa untuk menarik wisatawan dari negara seperti Cina dan India. Pertumbuhan pada sektor media daring sendiri didorong gim. Sekitar 40% unduhan gim mobile di kawasan disebutkan adalah dari Indonesa. Begitu pula dengan kira-kira 35% pendapatan. Pemerintah Indonesia pun diklaim menghadirkan insentif dan kebijakan yang mendukung.

Layanan Keuangan Digital dan AI Meningkat

Serupa dengan tahun lalu, temuan mengenai layanan keuangan digital dan AI (artificial intelligence) tanah air juga menjadi yang dibagikan. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2025, layanan keuangan digital Indonesia secara keseluruhan diprediksikan meningkat signifikan pada tahun 2025. Seperti tahun 2024 pula, dua sektor yang menjadi penyumbang terbesar layanan keuangan digital ini pada tahun 2025 adalah pembayaran digital dan pinjaman digital.

Menariknya lagi, keduanya diprediksikan bertumbuh paling besar, lebih besar dari dua sektor lain: investasi digital dan asuransi digital. Pembayaran digital diperkirakan meningkat sekitar 27% dari tahun 2024 sehingga mencapai GTV (gross transaction value) kira-kira US$538 miliar pada tahun ini. Sementara itu, pinjaman digital diprediksikan bertumbuh sekitar 29% dari sebelumnya dan mencapai GMV berkisar US$13 miliar pada tahun 2025. Peningkatan ini pun adalah dari sekitar US$423 miliar dan US$10 miliar dan bukannya US$404 miliar dan US$9 miliar seperti perkiraan laporan tahun lalu.

Google, Temasek, dan Bain & Company menyebutkan pendorong bertumbuhnya layanan keuangan digital Indonesia pada tahun 2025 adalah terobosan pada perbankan digital dan infrastrutur pembayaran digital yang dipimpin pemerintah. Mereka menggarisbawahi pula pertumbuhan tinggi QRIS yang menyatukan pasar dan menggerakan adopsi digital yang luas. Bahkan, QRIS diklaim mendorong kepemimpinan Indonesia dalam pembayaran digital di kawasan.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.