Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog membagikan kiat yang bisa dilakukan dalam membantu kendalikan diri supaya tidak impulsif dalam pengambilan keputusan finansial dengan teknik “S-T-O-P”.
“Teknik ini sebenarnya diturunkan dari teknik Dialectical Behavior Therapy (DBT) namanya. Jadi ini untuk membantu orang-orang yang punya kondisi emosi yang disregulasi atau yang sulit untuk mengelola emosinya secara mandiri, diperkenalkan teknik S-T-O-P singkatan ya,” kata Disya dalam acara diskusi bersama Kredivo, di Jakarta, Selasa.
Disya menjelaskan singkatan teknik “S-T-O-P" untuk membantu mengendalikan diri agar tidak bertindak impulsif termasuk saat membuat keputusan finansial, dimulai dengan langkah “Stop” atau berhenti melakukan apapun yang sedang dilakukan di saat itu, seperti contohnya saat muncul keinginan untuk berbelanja.
“Misalkan, hentikan proses scroll atau langkah menuju pembayaran. Jadi kayak stop dulu atau boleh handphone-nya diletakkan dulu secara terbalik, itu juga sebagai bentuk stop,” ujar dia.
Setelah menghentikan aktivitas, lanjut Disya, langkah kedua yang bisa dilakukan “Take a breath” yaitu menarik dan mengatur napas tiga hingga lima kali untuk menurunkan impuls emosional.
Kemudian melakukan langkah “Observe” yaitu mengamati emosi dan pikiran yang muncul, misalkan saat ingin membeli barang apakah benar-benar membutuhkannya atau hanya terpengaruh ikut-ikutan.
Langkah terakhir adalah “Proceed” yakni melanjutkan pembelian hanya bila keputusan tersebut berasal dari kebutuhan bukan dari emosi.
“Tapi at least kita jadi tahu dulu mana sih yang sebenarnya kita butuhkan dan mana yang mungkin cuman keinginan sesaat atau emosi,” tutur dia.
Psikolog yang juga berpraktik di Mayapada Medical Center Kuningan Jakarta itu menjelaskan bahwa menerapkan “Jeda 24 Jam” juga bisa menjadi langkah pengendalian diri supaya tidak implusif dalam pengambilan keputusan finansial.
Menurut Disya, menerapkan langkah dengan menunggu selama 24 jam sebelum membeli sesuatu di luar kategori kebutuhan dasar dalam hal ini guna mengevaluasi apakah barang tersebut diperlukan atau hanya dorongan sesaat.
“Strategi ini juga sangat efektif sebenarnya untuk menekan impulsive spending karena ini dalam rangka memutus siklus emosi, belanja, nyesel. Menyesal itu kan juga emosi ya, enggak harus sedih, marah, kecewa, cemas. Tapi juga tadi emosi yang senang, emosi excited yang bikin terdorong untuk membelanjakan sesuatu di luar kebutuhan kita,” tutur dia.






