Fenomena Supermoon akan kembali menghiasi langit Indonesia pada 4 Desember 2025. Meski terlihat indah, ada bahaya yang mengintai.
Fenomenasupermoon kali ini juga dikenal dengan sebutan Cold Moon. Menurut lamanTellus Science Museum, istilah Cold Moon berasal dari orang-orang Mohawk, suku asli Amerika.
Penamaan ini datang karena kondisi dingin yang terjadi pada periode jelang winter solstice (titik balik Matahari musim dingin) sehingga disebutkan Cold Moon atau 'Bulan Dingin'. Bagi suku Mohican, fenomena ini disebut 'Bulan Malam Panjang' karena Winter solstice menandai hari terpendek dalam setahun dan malam terpanjang.
Besar Supermoon 4 Desember nanti bisa terlihat lebih besar 14 persen hingga 30 persen dari umumnya. Cahayanya juga akan lebih terang dari bulan purnama lain. Menurut BBC Sky At Night Magazine, Supermoon akan terlihat pada 4 Desember 2025 sekitar pukul 14.48 UTC atau 21.48 WIB.
DampakSupermoon 4 Desember
Fenomena Supermoon ini akan berdampak pada peningkatan permukaan air laut seperti banjir rob. Dalam Instagram resminya, BMKG menjelaskan jika naik turunnya permukaan air laut berkaitan dengan tarikan gravitasi Bulan dan Matahari terhadap Bumi.
Diketahui, Bulan mengelilingi Bumi setiap bulan, sementara Bumi mengelilingi Matahari setiap tahun. Pada waktu tertentu, posisi Bulan dan Matahari berada lebih dekat ke Bumi sehingga tarikangravitasinya meningkat. Akibatnya, pasang air laut menjadi lebih tinggi dan berpotensi menimbulkan banjir rob di wilayah pesisir.
Wilayah pesisir yang memiliki elevasi rendah dan dekat dengan laut lebih rentan terhadap dampak banjir Rob selama periode Supermoon. Oleh karena itu, BMKG mengeluarkan daftar wilayah yang berpotensi terdampak banjir rob. Berikut daftarnya:
Pesisir utara Serang dan Tangerang: 5-13 dan 20-26 Desember 2025Pesisir Selat Sunda barat Pandeglang: 10-16 dan 23-24 Desember 2025Pesisir selatan Pandeglang dan Lebak: 9-17 dan 21-28 Desember 2025
Itulah dampak Supermoon pada 4 Desember mendatang. Tetap waspada dan pantau informasi lebih lanjut mengenai banjir rob dalam laman resmi BMKG.







