SRIPOKU.COM - Situasi mencekam di rooftop PT Terra Drone saat terjadi kebakaran di kantor PT Terra Drone pada Selasa (10/12/2025).
Seorang pegawai, Hansel, masih ingat betul bagaimana ia dan beberapa rekannya saling menguatkan agar tidak menyerah.
Mereka sudah berupaya untuk keluar jauh sebelum petugas pemadam kebakaran tiba.
Sekedar info, 22 orang meninggal dunia dalam insiden kebakaran kantor PT Terra Drone di Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat.
Karodokpol Pusdokkes Polri, Brigjen Pol Nyoman Eddy Purnama Wirawan, memastikan seluruh korban diduga meninggal akibat keracunan gas karbon dioksida (CO2) yang terhirup saat kebakaran terjadi.
Meski sumber pastinya belum dapat dipastikan, kondisi kebakaran seperti yang terjadi di Terra Drone umumnya menghasilkan gas beracun dalam jumlah besar.
"Gas ini bisa jadi karena pembakaran. Dalam berbagai kejadian kebakaran, bukti-bukti data-data menyimpulkan bahwa dalam kondisi seperti ini lebih banyak gas karbon dioksida yang berperan," jelasnya.
CO2 bersaing dengan oksigen dalam tubuh dan menyebabkan korban tidak bisa bernapas normal hingga akhirnya kehilangan nyawa.
Selain keracunan gas, para korban juga mengalami luka bakar derajat dua.
Kondisi tersebut membuat proses identifikasi berlangsung lebih lama.
"Karena juga beberapa bagian dari korban itu melepuh," kata Nyoman.
Hansel (31), korban selamat, mengatakan ada 19 orang terjebak di rooftop.
Kurang lebih, mereka berada di sana selama 30 menit sejak terjadinya kebakaran.
Sebelum kejadian, Hansel mengaku tidak mendengar ledakan apapun.
Ia hanya mendengar teriakan rekan kerja yang menyebut ada kebakaran.
Saat mencoba turun ke lantai bawah, asap telah memenuhi area sehingga mereka terpaksa naik ke rooftop.
“Pas mau turun lantai 4, temen dari bawah bilang sudah enggak bisa. Jadi mau nggak mau ke atas,” tuturnya ditemui di lokasi kebakaran, Rabu (10/12/2025).
Ia mengingat waktu tersebut masih dalam jam istirahat makan siang.
Meski begitu, tim Terra Drone sudah melakukan makan lebih awal sehingga ruangan sedang terisi karyawan.
Pada saat kejadian itu terjadi, para karyawan berusaha saling menenangkan.
“Kita di atas saling nenangin aja. Ya mungkin yang cewek histeris, tapi kita tenangin,” ujar Hansel.
Diceritakan Hansel, seingatnya ia sudah di rooftop sekira pukul 12.35 WIB, atau asap sudah mulai naik ke atas dan semakin pekat.
Bahkan, menurut Hansel, asap terlihat keluar dari seluruh unit outdoor AC di atap.
“Asepnya cepet. Di rooftop itu banyak outdoor AC, asep udah keluar dari semua. Jadi kita cuma berharap sama angin. Sekali angin gak ada, kita ya ngap-ngapan,” katanya.
Pada saat terjebak, Hansel merasakan sesak napas akibat asap yang menurutnya berbau kimia.
Ia mencoba mencari udara bersih di celah-celah tralis atap.
“Sesak. Asepnya bau kimia, kayak beracun gitu. Jadi cari oksigen, hidung dikeluarin di tralis,” katanya.
Dalam situasi itu, ia hanya sempat menghubungi keluarga melalui WhatsApp.
“Minta pertolongan ya ke Tuhan saja lah. Teman-teman juga pada selamat. Ya sudah, sampai sini selamat,” ucapnya.
Hansel menyebut sekira 30 menit terjebak sebagaimana video yang viral merekam sejumlah karyawan di rooftop kantor meminta untuk dievakuasi.
“Kebetulan ada yang bisa iket-iket tangga. Turun tangga itu inisiatif dari karyawan. Lima menit setelah kita turun, damkar baru evakuasi dari bawah,” jelasnya.
Lantaran di kantor tersebut hanya ada satu akses untuk masuk dan keluar, para karyawan yang terjebak di rooftop berinisiatif mengikatkan tangga untuk turun ke gedung sebelah.
Proses ini dilakukan mandiri sebelum petugas pemadam tiba.
Proses turun dilakukan bergantian. Dua karyawan laki-laki turun lebih dulu untuk membantu para perempuan dari bawah.
Setelah berhasil turun ke gedung sebelah, mereka langsung mendapatkan pemeriksaan kesehatan seperti pengecekan saturasi dan pemberian oksigen, sebelum akhirnya didata.
“Selamat semua,” ujar Hansel lega.