Kisah Pria Sehat dan Bugar Kena Serangan Stroke Pasca Konsumsi Minuman Ini
GH News December 15, 2025 10:08 AM
Jakarta -

Dikenal sebagai pria sehat dan bugar, di usia 54 tahun, seorang pria di Inggris masih aktif berlari dan jauh dari gaya hidup berisiko. Ia tidak merokok, tidak minum alkohol, apalagi menggunakan narkoba. Namun, kondisi fisik yang tampak prima itu runtuh seketika setelah ia mengalami serangan stroke mendadak.

Pria asal Sherwood, Nottingham, itu tiba-tiba merasakan lemas di sisi kiri tubuh, mati rasa, hingga kesulitan menjaga keseimbangan, berjalan, menelan, dan berbicara. Anggota keluarganya segera membawanya ke klinik terdekat.

"Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darahnya sangat tinggi, sekitar 254/150 mmHg. Padahal dari luar, ia tampak sangat sehat. Inilah mengapa hipertensi sering disebut silent killer," beber dr Sunil Munshi, dokter konsultan di Nottingham University Hospitals NHS Trust.

Kasus tersebut kemudian dilaporkan dalam jurnal BMJ Case Reports, dengan identitas pasien dirahasiakan.

Sebagai gambaran, tekanan darah normal orang dewasa berada di bawah 120/80 mmHg. Sementara tekanan darah 180/120 mmHg atau lebih sudah masuk kategori medis yang membutuhkan penanganan darurat.

Pemeriksaan lanjutan menunjukkan pria itu mengalami stroke di bagian dalam otak, tepatnya di talamus, yang menjelaskan gangguan keseimbangan dan mati rasa pada sisi kiri tubuhnya. Ia pun harus dirawat dan diberikan lima jenis obat untuk menurunkan tekanan darah, hingga akhirnya turun ke kisaran 170 mmHg.

Namun persoalan belum selesai. Setelah pulang ke rumah, tekanan darahnya kembali melonjak hingga 220 mmHg, meski sudah mengonsumsi berbagai obat. Tim medis kebingungan. Beragam tes lanjutan dilakukan selama berminggu-minggu, tetapi hasilnya nihil.

Jawaban akhirnya datang dari pengakuan sederhana pasien, kebiasaan mengonsumsi minuman energi.

"Setiap hari ia minum delapan kaleng minuman energi berkadar tinggi untuk tetap terjaga saat bekerja di gudang, dua kaleng, empat kali sehari," kata Munshi. Setiap kaleng mengandung sekitar 160 miligram kafein.

Artinya, pria tersebut mengonsumsi 1.200 hingga 1.300 miligram kafein per hari, hampir tiga kali lipat dari batas aman. Di Inggris dan AS, batas konsumsi kafein yang dianjurkan adalah maksimal 400 miligram per hari.

"Begitu kami mengetahui itu, diagnosisnya langsung jelas," tutur Martha Coyle, penulis pertama studi tersebut.

Beberapa minggu setelah berhenti total mengonsumsi minuman energi, tekanan darah pria itu kembali normal. Bertahun-tahun kemudian, ia tetap hidup sehat, tetapi masih harus menanggung dampak stroke berupa mati rasa di tangan, kaki, dan jari-jari sisi kiri tubuhnya.

"Saya benar-benar tidak menyadari bahaya minuman energi yang saya konsumsi," ungkapnya kepada tim dokter.

Menurut Munshi, masalahnya bukan hanya kafein. Minuman energi modern juga mengandung taurine, gula tinggi, ginseng, guarana, serta stimulan lain seperti theophylline dan theobromine.

"Kombinasi kafein dan taurine terbukti meningkatkan tekanan darah jauh lebih tinggi dibanding kafein saja. Kandungan gulanya juga merusak pembuluh darah," jelas Munshi.

Zat-zat tersebut dapat memicu gangguan irama jantung, merusak lapisan pembuluh darah, hingga membuat trombosit menggumpal dan membentuk bekuan darah,faktor utama pemicu stroke.

Literatur medis, kata Munshi, telah banyak mencatat dampak serius minuman energi, mulai dari fibrilasi atrium, perdarahan otak, hingga stroke akibat sumbatan pembuluh darah.

Ia menekankan pentingnya kewaspadaan, terutama karena minuman energi kerap dipasarkan secara agresif kepada anak muda.

"Dokter perlu lebih aktif menanyakan konsumsi minuman energi, terutama pada pasien muda dengan masalah jantung atau stroke. Kandungan minuman ini semakin kuat dan semakin berbahaya," ujarnya.

Kasus ini menjadi pengingat keras: tubuh tampak sehat bukan jaminan aman, terutama jika kebiasaan konsumsi harian menyimpan risiko yang sering diremehkan.

Saksikan Live DetikPagi :

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.