Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Sudah dua hari air banjir belum juga surut di Desa Panguragan Kulon, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon.
Di balik genangan setinggi betis hingga dada orang dewasa, keluhan kesehatan mulai bermunculan.
Gatal-gatal, pusing, hingga tekanan darah tinggi menyerang warga yang terpaksa bertahan di rumah-rumah mereka yang masih terendam.
Senin (15/12/2025) siang, sejumlah warga, mayoritas ibu-ibu tampak mendatangi posko kesehatan mobile yang digelar di Blok 1 Desa Panguragan Kulon.
Dengan kaki masih basah dan sebagian dibalut sandal seadanya, mereka mengantre untuk memeriksakan kondisi tubuh yang mulai tak nyaman sejak banjir datang.
Sebagian besar warga mengeluhkan gatal hebat di kaki dan tangan.
Jamur kulit dan kutu air mulai menyerang, dipicu oleh air banjir yang kotor dan tak kunjung surut.
Kondisi itu diperparah karena pemukiman masih terendam air setinggi 70 sentimeter hingga satu meter.
Muniroh (58), salah seorang warga Panguragan Kulon, mengaku sudah dua hari merasakan gatal-gatal di kaki dan tangannya.
Ia mengatakan, kondisi banjir membuat penyakitnya sulit sembuh.
“Ini kaki dan tangan gatal-gatal udah dua hari kemarin."
"Masih banjir ini rumah, masih kelem,” ujar Muniroh saat ditemui di posko kesehatan, Senin (15/12/2025).
Ia menyebut, keluhan serupa dialami banyak warga lainnya di lingkungan tempat tinggalnya.
“Yang dikeluhkan gatal-gatal. Ya banyak (warga) yang gatal-gatal,” ucapnya.
Muniroh mengaku, sudah mendapatkan obat dari petugas kesehatan, namun tetap khawatir karena kondisi rumahnya belum memungkinkan untuk hidup bersih.
“Ini obat dari puskesmas, obat gatal dikasih. Ya bantuan uang sini, makanan. Belum datang bantuan pemerintah,” ujar dia.
Tak hanya penyakit kulit, posko kesehatan juga mencatat banyak warga yang mengalami peningkatan tekanan darah.
Kecemasan akibat banjir yang tak kunjung surut membuat kondisi psikologis warga menurun, berimbas pada kesehatan fisik.
Petugas Kesehatan Puskesmas Panguragan, Slamet Raharjo mengatakan, mayoritas keluhan warga berkaitan dengan gatal-gatal dan pusing.
“Rata-rata yang dikeluhkan oleh pasien, baik di posko kesehatan sama yang di puskesmas induk Panguragan itu rata-rata gatal-gatal, pusing,” kata Slamet.
Menurutnya, faktor psikologis memegang peranan besar dalam meningkatnya kasus hipertensi di tengah bencana banjir.
“Yang paling utama itu karena gangguan psikologis, sehingga banyak yang hipertensi atau darah tinggi,” ujarnya.
Slamet menjelaskan, penyakit gatal yang dialami warga umumnya disebabkan oleh jamur akibat kaki terlalu lama terendam air banjir.
“Selain itu gatal-gatal karena jamur, kalau bahasa Jawanya rangen."
"Titik gatalnya kebanyakan di kaki karena terdampak banjir, sehingga jari-jari kakinya banyak jamur,” ucap Slamet.
Kondisi lingkungan Panguragan yang didominasi usaha barang rongsok juga diduga memperparah situasi.
“Gatal-gatal bisa jadi karena banyak kotoran. Di Panguragan itu dominannya usahanya rongsok, sehingga banyak barang-barang bekas, otomatis banyak kuman dan bakteri yang menyebabkan gatal-gatal,” ujar dia.
Ia menyebut, pihaknya tidak hanya memberikan obat, tetapi juga terapi untuk menenangkan kondisi mental warga terdampak banjir.
“Sehingga kita harus memperbaikinya secara mentalnya, kita memberikan obat terapinya hipertensi dan obat gatalnya seperti obat jamurnya,” katanya.
Hingga Senin sore, banjir masih menggenangi sejumlah titik di Desa Panguragan Kulon.
Kontur tanah yang rendah dan buruknya sistem drainase membuat air bertahan lama akibat luapan Sungai Winong.
Baca juga: Sekolah Terendam Banjir, SD Negeri 3 Panguragan Kulon Cirebon Diliburkan