TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana melaporkan kasus sopir Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menabrak siswa dan guru di SDN Kalibaru 01, Cilincing, Jakarta Utara, kepada Presiden Prabowo Subianto.
Laporan itu disampaikan Dadan dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/12/2025).
"Saya ingin melaporkan terkait dengan kejadian insiden kemarin di mana ada satu mobil pengantaran yang menabrak pagar dan kemudian masuk di SD Cilincing," ujar Dadan Hindayana.
Menurutnya, saat itu sopir utama pengantar makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sedang sakit sehingga sopir cadangan ditelepon pada pukul 03.00 WIB.
"Dan kelihatannya (sopir cadangan) dalam kondisi kurang prima dan tetap bekerja untuk melayani dan timbul kejadian di halaman, berikutnya ada 22 korban yang mengalami cedera. Di hari yang sama setelah 6 jam diobservasi itu ada 10 siswa yang sudah kembali."
"Kemudian ada delapan siswa dan satu guru di Rumah Sakit Koja yang dirawat dan tiga siswa di Rumah Sakit Cilincing," ungkapnya.
Pada hari ini, tersisa empat korban yang dirawat di Rumah Sakit Koja dan satu orang yang dirawat di Rumah Sakit Cilincing.
"Satu masih di PICU karena mengalami fraktur di wajah, tapi sudah dioperasi selama 5 jam, 2 hari yang lalu."
"Sekarang dalam proses pemulihan dan ditangani oleh tiga orang dokter spesialis dari dokter spesialis anak, bedah saraf, dan termasuk juga bedah plastik," terangnya.
Baca juga: Aturan Baru Distribusi MBG Usai Insiden Siswa Tertabrak, Mobil Pengantar Dilarang Masuk ke Sekolah
Aturan Baru Distribusi MBG
Imbas kejadian di Cilincing, BGN memperbarui Standar Operational Procedure (SOP).
Mobil berlogo BGN yang mengantarkan makanan MBG kini dilarang masuk pagar sekolah.
Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang menegaskan, mobil pengantar makanan kini hanya boleh di luar pagar, tidak masuk ke halaman sekolah.
“Usahakan tidak masuk ke halaman sekolah. Cukup diantar di depan pagar. Karena anak-anak itu kan sering lari-lari di halaman,” kata Nanik dalam keterangannya ditulis di Jakarta, Senin.
Pihaknya juga memperketat rekrutmen sopir, di mana dapur MBG harus mempekerjakan sopir profesional, bukan sopir cabutan atau orang yang belum mahir mengendarai mobil.
“Harus punya SIM A. Tapi tidak asal punya SIM A, sopir harus bisa mengendarai mobil matic ataupun manual. Dia harus berprofesi sopir,” kata Nanik.
Nanik menegaskan, sopir operasional Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) ini juga harus orang yang berkepribadian baik, tidak pernah terlibat dalam kasus narkoba, serta dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
Adapun proses rekrutmen sopir dapur MBG ini dilakukan oleh Kepala SPPG.
Kepala SPPG juga harus mengatur jam kerja, agar dapat mengawasi distribusi MBG.
“Ini yang kejadian, Ka SPPG-nya nggak tahu ke mana, pada saat sopir mengantar makanan, kepala SPPG harus bertanggung jawab, harus memastikan makanan sampai ke sekolah, hidupkan handphone, jangan susah dihubungi,” kata Nanik.
Penggantian sopir pun harus sepengetahuan Kepala SPPG.
SOP tentang sopir operasional SPPG harus dipatuhi setiap SPPG.
Sebab, jika tidak dipatuhi dan kemudian terjadi insiden fatal, maka tak hanya sopir yang harus bertanggung jawab.
Operasional SPPG bisa di-suspend dan Kepala SPPG yang mengabaikan prosedur juga bisa diberhentikan.
(Tribunnews.com/Deni/Rina)