Harga Jual Turun Lebih Dalam, Simak Penyebab NTP Sumbar Merosot di November 2025
December 16, 2025 02:27 PM

 

TRIBUNPADANG.COM, PADANG - Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sumatera Barat pada November 2025 tercatat sebesar 125,75.

Angka ini mengalami penurunan 0,49 persen dibandingkan Oktober 2025 yang berada di level 126,37.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat dilansir Selasa (16/12/2025) menunjukkan,  penurunan tersebut terutama dipicu oleh melemahnya harga jual hasil pertanian yang diterima petani.

Penurunan NTP terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan Indeks Harga yang Dibayar Petani.

Pada November 2025, indeks harga yang diterima petani turun sebesar 1,15 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani hanya turun 0,67 persen.

Baca juga: Peringatan Dini Cuaca Sumbar 16 Desember 2025, Hujan Lebat dan Petir Landa Padang hingga Mentawai

Kondisi ini menyebabkan daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi petani melemah.

Secara umum, NTP menjadi indikator penting untuk menggambarkan kemampuan daya beli petani di perdesaan.

Ketika NTP berada di atas angka 100, kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan petani relatif masih mampu menutup kebutuhan konsumsi dan biaya produksi.

Namun, penurunan NTP tetap menjadi sinyal perlunya kewaspadaan terhadap tekanan ekonomi yang dihadapi petani, khususnya akibat fluktuasi harga jual komoditas.

BPS Sumatera Barat mencatat, penurunan harga jual terutama terjadi pada dua subsektor utama, yakni hortikultura dan tanaman perkebunan rakyat.

Baca juga: Jadwal Kapal KMP Ambu Ambu Desember 2025: Berangkat dari Tuapejat ke Padang Malam Ini

NTP hortikultura pada November 2025 turun sebesar 2,43 persen, dari 150,54 menjadi 146,88. Penurunan ini dipicu oleh merosotnya indeks harga yang diterima petani hortikultura sebesar 2,88 persen.

Harga jual sayur-sayuran mengalami penurunan cukup tajam sebesar 3,02 persen. Selain itu, kelompok tanaman obat-obatan juga mencatat penurunan harga paling dalam, mencapai 5,30 persen.

Sementara itu, harga buah-buahan masih menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,44 persen, namun belum mampu menahan tekanan penurunan secara keseluruhan pada subsektor hortikultura.

Subsektor tanaman perkebunan rakyat juga mengalami kondisi serupa. NTP subsektor ini turun 2,32 persen dari 152,19 pada Oktober 2025 menjadi 148,66 pada November 2025.

Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat sebesar 2,97 persen.

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 5 Halaman 104 Kurikulum Merdeka: Menemukan Akronim

Penurunan harga komoditas perkebunan menjadi faktor utama yang menekan pendapatan petani di subsektor ini.

Di sisi lain, meskipun harga jual hasil pertanian mengalami tekanan, beban pengeluaran petani juga tercatat mengalami penurunan.

Indeks Harga yang Dibayar Petani pada November 2025 turun 0,67 persen. Penurunan ini dipengaruhi oleh menurunnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga petani, khususnya pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang turun sebesar 1,24 persen.

Penurunan biaya konsumsi ini sedikit menahan dampak negatif dari melemahnya harga jual. Namun, karena penurunan harga jual lebih besar dibandingkan penurunan biaya yang dikeluarkan, NTP Sumatera Barat tetap mengalami kontraksi.

Tidak semua subsektor pertanian mengalami tekanan. BPS mencatat, subsektor tanaman pangan justru mengalami peningkatan NTP sebesar 2,05 persen, dari 103,88 menjadi 106,01.

Baca juga: Guru ASN Pelaku Sesama Jenis di Padang Langsung Dipecat, Tak Boleh Mengajar Mulai Hari Ini

Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya harga jual padi dan palawija, serta menurunnya biaya produksi dan konsumsi rumah tangga petani tanaman pangan.

Subsektor peternakan juga mencatat kenaikan NTP sebesar 1,52 persen menjadi 104,33. Peningkatan harga hasil ternak dan produk unggas menjadi faktor pendorong utama kenaikan tersebut.

Sementara itu, subsektor perikanan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,79 persen, dengan perikanan tangkap menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan perikanan budidaya.

Meski demikian, kontribusi subsektor yang mengalami kenaikan belum cukup kuat untuk menahan tekanan dari subsektor hortikultura dan perkebunan rakyat yang memiliki bobot besar dalam struktur pertanian Sumatera Barat.

Selain NTP, BPS juga mencatat Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Sumatera Barat pada November 2025 sebesar 130,64.

Angka ini turun 0,31 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan NTUP mengindikasikan bahwa keuntungan usaha pertanian secara umum juga mengalami tekanan, meskipun masih berada di atas angka 100.

Baca juga: Wali Kota Pariaman Hadiri Lepas Sambut Dandim 0308 Pariaman

Kondisi ini menunjukkan bahwa pergerakan harga jual hasil pertanian masih menjadi faktor kunci yang memengaruhi kesejahteraan petani.

Fluktuasi harga, terutama pada komoditas hortikultura dan perkebunan rakyat, berperan besar dalam menentukan arah NTP di Sumatera Barat.

Ke depan, stabilitas harga hasil pertanian menjadi salah satu faktor penting untuk menjaga daya beli petani.

Data NTP November 2025 menjadi gambaran bahwa meskipun biaya konsumsi petani mengalami penurunan, tekanan dari sisi harga jual yang lebih dalam tetap berpotensi memengaruhi kondisi ekonomi petani di perdesaan Sumatera Barat.(*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.