TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Di tengah gempuran jajanan modern, sagon tetap bertahan sebagai salah satu kudapan tradisional khas budaya Jawa yang hingga kini masih digemari di sebagian wilayah Solo Raya, Jawa Tengah.
Kue kering berbahan dasar kelapa ini dikenal luas di berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatra, terutama sebagai camilan hangat yang akrab menemani waktu sore bersama secangkir teh atau kopi.
Sagon merupakan penganan sederhana yang sejak dahulu lekat dengan kehidupan masyarakat kebanyakan.
Baca juga: 5 Rekomendasi Kuliner di Pasar Tawangmangu Karanganyar Jateng : Surganya Jajanan Tradisional
Meski tidak tercatat secara pasti kapan pertama kali hadir, sagon telah menjadi bagian dari tradisi kuliner Jawa, khususnya dalam aktivitas pasar dan perayaan hari-hari tertentu.
Nama sagon diyakini berasal dari bahan dasarnya, yakni tepung sagu.
Dalam catatan yang dihimpun dari berbagai sumber, sagon awalnya dibuat dari campuran parutan kelapa, gula, dan tepung sagu.
Dari sinilah muncul sebutan “sagon” yang secara harfiah berarti penganan berbahan sagu.
Namun, seiring perkembangan zaman dan kelangkaan sagu di beberapa daerah, bahan tersebut kerap digantikan dengan tepung ketan atau tepung kanji.
Baca juga: Sejarah Kue Kembang Goyang, Jajanan Jadul Populer di Solo, Bentuknya Punya Makna
Pergantian bahan ini tidak mengubah bentuk dasarnya secara signifikan, meski sedikit memengaruhi tekstur dan cita rasa.
Sagon berbahan tepung ketan cenderung lebih lembut di bagian dalam, sementara yang berbahan sagu atau kanji lebih kering dan renyah.
Ciri khas sagon terletak pada perpaduan rasa gurih dari kelapa dan manis dari gula
Biasanya, bagian atas sagon ditaburi gula pasir sebagai pugasan.
Saat dibakar, bahan-bahan tersebut mengalami karamelisasi yang menghasilkan aroma harum khas, menjadi daya tarik utama kue tradisional ini.
Proses pembuatan sagon tergolong sederhana, meski terdapat variasi teknik di tiap daerah.
Baca juga: Sejarah Kue Terang Bulan : Kuliner Asli Tiongkok yang Kini jadi Jajanan Populer di Solo
Adonan parutan kelapa dan tepung dipadatkan dalam loyang khusus, umumnya berbentuk setengah lingkaran.
Namun, di beberapa daerah seperti Wonosobo, sagon justru berbentuk lingkaran penuh.
Di Wonosobo, sagon dimasak dengan cara tradisional menggunakan arang.
Loyang diletakkan di atas nampan logam berisi bara panas, sementara bagian atasnya juga dipanaskan dengan arang.
Teknik pemanasan dua sisi ini menghasilkan sagon dengan bagian luar yang agak keras, tetapi lembut dan “meleleh” saat masuk ke mulut.
Dalam budaya Jawa tempo dulu, sagon bukanlah kudapan yang tersedia setiap hari.
Penganan ini biasanya hanya muncul saat hari pasaran Jawa, yakni Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing.
Pada hari-hari tersebut, masyarakat berbondong-bondong ke pasar untuk berjual beli, dan sagon menjadi salah satu jajanan yang mudah dijumpai.
Selain itu, sagon juga kerap dihidangkan saat hari raya, hari besar, maupun perayaan adat Jawa.
Di daerah berhawa dingin, sagon sering disantap setelah bekerja, baik siang maupun sore hari, sebagai pengganjal lapar sekaligus penghangat tubuh.
Baca juga: Sejarah Sempol, Jajanan Populer di Solo Raya yang Berasal dari Jawa Timur, Favorit Anak Sekolahan
Memasuki era modern, sagon mengalami “kenaikan kelas”.
ika dahulu hanya dijumpai di hari-hari tertentu, kini sagon dapat ditemukan hampir setiap hari. Bahkan, di sejumlah daerah di Jawa Tengah seperti Karanganyar, Wonosobo, dan Magelang, sagon telah menjadi buah tangan khas yang diburu wisatawan.
Sagon yang dikemas untuk oleh-oleh umumnya diproses hingga benar-benar kering agar tahan lama. Berbeda dengan sagon khas Wonosobo yang masih menyisakan tekstur agak lunak di bagian dalam, sehingga hanya bertahan satu hingga dua hari.
Salah satu tempat yang dikenal sebagai surganya sagon adalah Pasar Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Di pasar yang berada di kawasan wisata pegunungan ini, sagon menjadi camilan favorit wisatawan.
Penjual sagon biasanya mangkal di sekitar pintu masuk Pasar Tawangmangu, dekat tangga menuju lantai atas.
Kue sagon dengan aroma kelapa yang menggoda kerap dibeli untuk disantap langsung atau dijadikan oleh-oleh karena praktis dan mudah dibawa.
Pasar Tawangmangu sendiri beralamat di Jalan Raya Matesih–Tawangmangu No.16, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
Lokasinya berjarak sekitar 39 kilometer dari pusat Kota Solo dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 10 menit menggunakan kendaraan pribadi.
(*)